Half a Heart - Bab 19 Setelah Tadi Malam
Grizelle hampir tidak bisa tidur karena malam tadi, ia masih meneteskan air mata. Tubuhnya yang masih terbalut selimut tanpa busana membuatnya merasa menyesal, dan kesal. Grizelle juga terus bertanya-tanya, mengapa harus terjadi, mengapa ia harus menerima, mengapa Adrian tiba-tiba tidak bisa menahan.
Wanita polos situ merasa tak bisa menjaga dirinya dengan baik karena melayani suaminya. Memang terdengar aneh jika dipikirkan, ini karena ia tak melakukannya dengan cinta. Grielle berusaha menerima kenyataan yang ada, tetapi tetap tidak bisa menahan rasa kesalnya kepada Adrian terutama dirinya sendiri yang terbawa suasana.
Grizelle melihat jam yang terletak di meja samping kasurnya, sudah pagi. Walaupun terlalu pagi untuknya bangun, tetapi ia lebih baik keluar dari kamar itu, dan tidak melihat Adrian. Rasa malu dan sesal akan memuncak jika ia terus berada di samping suaminya itu.
Dengan begitu pelan Grizelle keluar dari selimutnya, duduk sejenak, dan menoleh ke arah Adrian. Ia kembali bertanya kepada dirinya sendiri apakah ia bisa mencintai Adrian dan apakah Adrian bisa mencintainya dengan sepenuh hati? Entahlah. Setelah tadi malam, Grizelle begitu bingung untuk bersikap. Ia pun mengenakan baju, dan keluar kamarnya, berusaha tidak menimbulkan suara yang akan membangunkan Adrian.
Saat keluar dari kamar, Grizelle melihat ruang tamu yang biasanya di pagi hari berantakan sudah rapi. Ia pun duduk sejenak untuk menenangkan dirinya, dan melihat ke jendela di ruang tamu, matahari masih belum menampakan dirinya. Grizelle menghela nafas dalam, dan memejamkan matanya. Grizelle pun memilih membersihkan dirinya pada kamar mandi di luar kamar.
“Nanti akan menjadi terbiasa, tenanglah,” gumam Grizelle pada dirinya sendiri. Lalu, ia menuju dapur untuk melihat apa yang bisa dimasak untuk sarapan. Grizelle khawatir tidak ada makanan untuk pagi ini, mengingat kemarin ia tidak belanja sama sekali.
Masih ada beberapa butir telur, roti, dan susu. Selai yang biasa mereka konsumsi juga sudah habis. Grizelle benar-benar harus pergi berbelanja hari ini karena sudah banyak yang habis, mereka juga sudah tidak ada bahan makanan lagi.
Jika sendirian di rumah, atau Adrian belum bangun dari tidur, Grizelle merasa sangat tenang karena tidak akan ada yang memperhatikannya. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa Grizelle selalu bangun pagi selain untuk menyiapkan sarapan.
*
Adrian sudah mulai tersadar dari tidurnya, matahari juga sudah mulai menampakan dirinya walau masih terlihat malu-malu. Adrian yang masih terpejam tersenyum membayangkan apa yang telah dilakukan semalam bersama istrinya. ia pun ingin kembali bermesraan sejenak sebelum benar-benar bangun.
Namun, ketika Adrian meraba samping tempat tidurnya, tidak ada siapa-siapa, dan saat ia membuka mata Grizelle sudah tidak ada. Adrian pun seketika sadar, dan terduduk untuk mengumpulkan nyawanya. Ia kembali tersenyum sambil melihat ke sisi tempat Grizelle tidur, Adrian benar-benar merasakan hal yang berbeda.
Adrian pun tersadar jika tubuhnya masih polos, hanya terbalut selimut. Ia pun bangkit dari tempat tidurnya untuk mengenakan baju. Tubuh tinggi, gagah itu tampak sangat bersemangat untuk menyambut hari ini.
Sebelum keluar kamar, Adrian juga sudah membayangkan bagaimana pagi ini ia akan memperlakukan istrinya dengan romantis. Adrian juga membayangkan respon Grizelle yang akan menyambutnya hangat setelah kejadian malam tadi. Ia pun akhirnya keluar untuk mencari Grizelle, dan ingin memeluknya dengan hangat.
Grizelle yang sedang berkutat di dapur mengerjakan kewajiban lainnya. Ia ingin cepat menyelesaikan semuanya, dan tidak berada di rumah sebelum Adrian terbangun. Namun, keinginannya itu tidak terwujud lagi, Adrian terdengar membuka pintu kamar.
“Good morning,” sapa Adrian mendekati Grizelle dengan jarak yang cukup dekat.
“Good … good morning.” Grizelle menjawab dengan penuh keragu-raguan.
Sangat terlihat jelas Grizelle seperti masih gugup, dan takut kepada Adrian. Gerak-geriknya ketika didekati oleh suaminya sendiri terlihat begitu kaku, tidak siap untuk hal romantis seperti yang diharapkan Adrian. Sejenak Adrian terdiam, menimbang apa yang harus dia lakukan. Padahal malam tadi Grizelle sama sekali tidak menolak, dan Adrian tidak memaksa.
Adrian yang melihat istrinya begitu kaku, entah mengapa ia tidak jadi memeluk, dan menciumnya hangat. Ia pun meninggalkan Grizelle sendirian untuk kembali ke kamar, dan membersihkan diri. Mungkin perhatiannya kepada Grizelle bisa dicurahkan ke dalam bentuk lain seperti mengantarkan ke kampus hari ini.
Adrian cukup bersemangat dengan idenya itu. Ia akan mengajak Grizelle untuk sama-sama berangkat, dan akan mengantarkan istrinya itu ke kampus. Adrian pun segera menyiapkan dirinya, dan setelah itu keluar kembali.
Grizelle yang lega melihat Adrian pergi darinya pun kembali tenang, dan melanjutkan pekerjaannya. Setelah selesai di dapur, Grizlle pun mengurusi pakaian kotor yang haru dicuci, dan mengambil yang sudah bersih. Ia tampak sangat ingin menyibukan dirinya untuk tidak memikirkan hal-hal lain, baik tentang Adrian, atau tentang malam kemarin.
*
Adrian yang sedang berada di kamar menunggu Grizelle untuk masuk, dan ingin memberikan perlakuan hangat kepada istrinya. Namun, lama ia berada di kamar, Grizelle sama sekali tidak memasuki kamar lagi. Akhirnya, Adrian pun bersiap, dan keluar dari kamarnya untuk menyantap sarapan.
Saat keluar, Grizelle hanya meninggalkan sarapan di meja, dan tak terlihat lagi. Adrian pun mencoba mencari istrinya, dan ternyata mendapati Grizelle sedang mencuci baju. Masih sepagi ini, dan Grizelle tetap sibuk dengan urusan rumah.
“Kamu sudah sarapan?” tanya Adrian.
“Sebentar lagi, aku tidak membereskan ini semalam, sudah dua hari,” jawab Grizelle tanpa menatap Adrian.
“Baiklah, aku duluan,” lanjut Adrian memberikan senyuman.
Grizelle pun tetap menunduk tanpa melihat Adrian berlalu, dan ketika Adrian sudah tak terlihat lagi ia pun menoleh untuk memastikan suaminya sudah tidak lagi ada di hadapannya. Grizelle pun menarik nafas lega, dan kembali memilah-milah baju yang akan dicuci. Sepertinya memang mencari kesibukan di rumah adalah yang lebih baik.
Setelah selesai membereskan baju di ruang cuci, Grizelle kembali ke ruang santai. Ia pun melihat Adrian masih menyantap sarapannya, mau tidak mau Grizelle pun memberikan senyuman, lalu masuk ke dalam kamar. Ia hanya ingin membereskan kamar saja karena Adrian sudah selesai di kamar.
Grizelle pun melihat ke atas kasur, ia menggeleng dan mengganti seprei mereka. Tak lama berselang, Adrian kembali memasuki kamar untuk mengambil tasnya, dan berpamitan pergi bekerja. Sedikit heran karena biasanya Grizelle sudah pergi duluan, namun kali ini ia masih berberes.
Adrian pun mendekati Grizelle, ia berbicara dengan sangat lembut, dan memberikan senyuman hangat. Grizelle berusaha untuk tetap terlihat biasa saja dengan kesibukannya membereskan kasur mereka. Ia hanya terlihat berusaha untuk mengalihkan ketidak nyamannya saja ketika berhadapan dengan Adrian.
“Kita bisa berangkat bersama, akan ku antar dengan mobil,” ujar Adrian.
“Kamu duluan saja, masih ada pekerjaan rumah yang harus aku kerjakan,” lanjut Grizelle tersenyum tipis.
“Baiklah kalau begitu. Hati-hati ketika kamu pergi nanti,” pesan Adrian.
Perhatian lelaki ini tidak biasanya, dan berbicara sedikit lebih lembut juga. Grizelle mulai sedikit tenang ketika berhadapan dengan Adrian. Ia tahu jika memang butuh waktu saja untuk menenangkan dirinya. Kejadian malam kemarin baru bagi dirinya, jadi wajar jika sedikit terguncang. Mungkin setelah ini akan lebih terbiasa, dan bisa menerima.
*
Sebenarnya Adrian cukup kecewa dengan penolakan Grizelle tersebut. Ia merasa Grizelle masih tidak mau untuk mencoba dekat dengannya. Walaupun begitu, Adrian tidak mau menunjukan rasa kecewanya saat ini, jadi ia lebih memilih diam, dan menyimpan.
Sebenarnya, jika Adrian ingin lebih berusaha lagi Grizelle mungkin akan luluh, tetapi memang butuh proses. Adrian pun menuju mobilnya dengan memikirkan penolakan Grizelle, dan memikirkan apa lagi yang harus ia perbuat. Setidaknya, harus ada sedikit kesan untuk Grizelle yang bagus, setelah menyempurnakan pernikahan mereka.
Adrian berpikir apakah ia harus membelikan Grizelle sesuatu? Mungkin seperti bunga, dan juga barang lainnya. Kali ini Adrian terlihat berusaha keras memikirkan itu, dengan hadiah itu dia juga ingin berterima kasih saja kepada Grizelle. Selama ini istrinya itu tidak pernah mengeluh, dan melayani dirinya dengan baik di rumah.
Mungkin Adrian akan membelikan sedikit hadiah kecil seperti cemilan ringan, dan bunga saja. Jika barang, ia tidak tahu apa yang akan disukai Grizele, jadi ia mengambil hal yang paling sederhana. Lagipula, jika Grizelle tidak suka dengan cemilan tersebut, ia bisa memakannya.
***
Novel Terkait
Cantik Terlihat Jelek
SherinEverything i know about love
Shinta CharityHarmless Lie
BaigeThe Gravity between Us
Vella PinkyUangku Ya Milikku
Raditya DikaDemanding Husband
MarshallMy Lifetime
DevinaHalf a Heart×
- Bab 1 Kesedihan Si Gadis Kecil
- Bab 2 Pemakaman
- Bab 3 Ibu Sambung
- Bab 4 Kelahiran Adik
- Bab 5 Pulang
- Bab 6 Perjodohan
- Bab 7 Harapan yang Salah
- Bab 8 Tanggal Pernikahan
- Bab 9 Kisah Cinta Adrian
- Bab 10 Gaun Pernikahan
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Kehidupan Setelah Menikah
- Bab 13 Teman Baru
- Bab 14 Rumah Tangga
- Bab 15 Kekhawatiran
- Bab 16 Menjemput Grizelle
- Bab 17 Dua Sisi Berbeda
- Bab 18 Menyempurnakan Pernikahan
- Bab 19 Setelah Tadi Malam
- Bab 20 Di Balik Sikap Dingin Grizelle
- Bab 21 Kabar Buruk
- Bab 22 Kumpul Keluarga
- Bab 23 Kedatangan Grizelle di Kantor
- Bab 24 Rasa Bersalah Adrian