Half a Heart - Bab 24 Rasa Bersalah Adrian

Adrian yang ketahuan keluar makan siang bersama Anindya merasa tidak enak kepada istrinya. Walaupun hubungan mereka tidak sehangat suami-istri pada umumnya, namun tetap saja mereka ada hubungan terikat yang harus dijaga. Terlebih lagi kakaknya, Aliando, melihat mereka dengan tatapan banyak arti.

Grizelle dengan wajah dinginnya seperti tidak peduli dengan Adrian yang pergi bersama Anindya. Sebenarnya tidak seperti itu, Grizelle hanya menyembunyikan perasaannya saja karena tidak mau terlihat berlebihan. Jadi, lebih baik diam dan bersikap seperti tidak peduli itu rasanya lebih baik untuk sekarang.

Saat berkumpul bersama, sebenarnya Grizelle tahu jika Adrian terus saja melihat dirinya. Namun ia menahan diri untuk tidak peduli dengan Adrian. Dari gerak-gerik Adrian, ia seperti ingin mengucapkan sesuatu dan menyesal, namun tidak bisa tersampaikan.

Sedangkan Grizelle lebih memilih untuk fokus dengan berkas yang sudah tersedia di hadapannya. Aliando juga membantu Grizelle dalam menangani kasus ini, ia lebih aktif untuk menangani kasus Abel. Adrian bukan tidak membantu sama sekali, namun ia sudah terlanjur hanyut dalam rasa bersalahnya.

Adrian terus saja seperti mencari perhatian kepada Grizelle dengan bertanya atau memberitahu sesuatu. Grizelle tidak menanggapi Adrian yang terus mencari perhatiannya, tujuannya ke kantor adalah mengurusi berkas. Grizelle sadar jika Adrian memang sangat merasa bersalah, tapi ia tak mau berlanjut.

Adrian meminta tim legal untuk membantu istrinya menyiapkan berkas yang ada. Ia mengadakan pertemuan dadakan agar proses cepat selesai. Anindya sudah tidak lagi diikutsertakan dalam urusan ini karena bagiannya sudah selesai.

Tim legal pun datang ke ruang pertemuan, dan melihat Grizelle yang sama sekali tidak pernah mereka jumpai. Semua menyapa Grizelle dengan sopan, istri Adrian itu merasa tidak enak diperlakukan seperti orang yang penting. Grizelle pun tak tahu harus bersikap seperti apa seharusnya.

“Untuk mengurus berkas penting biasanya dengan siapa?” tanya Grizelle pada tim yang membantunya.

“Paling sering Bu Zahra, Bu,” ujar Lara salah satu staf legal.

“Baik, saya akan jabarkan berkas ini.” Grizelle meletakan beberapa kertas di hadapan tim.

Grizelle yang tampak sangat cerdas mulai menunjukan potensi dirinya. Adrian sangat kagum melihat istrinya yang fokus itu. Andai mereka bisa menjalin hubungan suami istri dengan harmonis, akan sangat membanggakan bagi Adrian.

*

Grizelle yang merupakan sarjana hukum di Belanda, sudah pasti sangat fasih dengan berkas seperti ini. Walaupun S2 ia mengambil jurusan financial di Melbourne tidak melunturkan ilmu hukumnya sama sekali. Setidaknya jika ia tidak bisa menjadi pengacara hebat seperti ayahnya, ia bisa membantu dalam bidang hukum.

Aliando terus tersenyum melihat bagaimana Grizelle mengolah berkas-berkas ini. Adik iparnya itu tampak begitu cerdas dan luwes dalam bidangnya. Aliando pun sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Grizelle, dan memuji di hadapan Adrian.

“Memang tak salah kamu memiliki istri seperti Grizelle,” ujar Aliando tersenyum.

Adrian hanya memberikan senyuman kepada Aliando. Kakaknya tak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada rumah tangga mereka. Adrian pun tak bisa berbicara banyak atau membanggakan istrinya secara terang-terangan. Sikap Grizelle yang tidak bisa ia tebak menjadi semua hal yang akan dilakukan Adrian, entah memuji atau hanya berbicara, terasa berat.

Dia sadar, walaupun dia sudah membuka hatinya kepada Grizelle, namun Grizelle belum dapat membuka hatinya kepada Adrian. Kalaupun Grizelle sepertinya kesal melihat dia makan siang dengan Anindya, Adrian tahu itu bukanlah cemburu karena cinta. Tetapi lebih kepada status Adrian sebagai suami Grizelle.

Grizelle yang cukup banyak menjabarkan kepada tim legal pun merasa tim ini sangat gampang diajak kerjasama. Mereka sangat kompeten dalam bidangnya masing-masing, menjadikan urusan ini tampak mudah sekali. Lama mereka berdiskusi akhirnya semua hampir selesai, dan mereka dapat bubar.

“Semuanya sudah jelas?” tanya Grizelle.

“Sudah, Bu,” jawab serempak tim legal.

“Baik kalau begitu. Kalian bisa kembali,” ujar Adrian.

“Terima kasih, Pak,” ujar Zahra.

Mereka pun bubar, Adrian, dan keluarganya kembali ke ruangan Direktur Utama. Grizelle mengembalikan berkas yang ia bawa ke pertemuan. Adrian pun menyimpan kembali berkas tersebut ke tempat semula.

Setelah semuanya dirasa sudah selesai, Adrian, Aliando, dan Grizelle pun pulang. Namun Aliando akan memisahkan diri karena harus bertemu dengan temannya. Alhasil, Adrian dan Grizelle pulang bersama.

*

Sebenarnya Adrian mengajak Grizelle ke salah satu restoran yang menjual makanan kesukaannya, namun Grizelle menolak. Seperti rutinitas biasanya mereka akan makan malam bersama dengan orang tua Adrian. Sebenarnya tidak masalah jika mereka tidak ikut makan malam bersama, namun Grizelle saja yang sedang tidak ingin berduaan dengan suaminya.

Sesampainya di rumah, Grizelle langsung membersihkan dirinya. Adrian lebih memilih untuk duduk di sofa kamar terlebih dahulu. Ia pun menunggu Grizelle sambil berbaring untuk menghilangkan capek sejenak.

Ketika memejamkan matanya, terlintas sosok Anindya di benak Adrian. Ia jadi galau dengan sikap Anindya kepadanya. Bagaimana tidak, direktur muda itu seperti terus mendekatinya. Apalagi dengan kejadian hari ini, humornya membuat Adrian sempat terlarut.

Adrian seperti tak bisa membohongi perasaannya jika ia merasa telah mendua. Grizelle yang terlalu tertutup membuatnya membandingkan dengan Anindya. Terlebih lagi dengan sikap Grizelle yang sangat dingin kepada Adrian.

Grizelle keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kimono handuk, dan handuk di atas kepalanya. Adrian melihat ke arah istrinya itu, ia berusaha mengajak mengobrol. Grizelle yang sedang memakai lotion di meja rias bersikap santai dan tidak terlalu memedulikan keberadaan suaminya.

“Apakah kamu capek?” tanya Adrian.

“Tidak juga,” jawab Grizelle.

“Kita akan segera makan malam. Aku akan mandi dulu,” ujar Adrian.

Adrian berjalan ke kamar mandi, namun masih melihat istrinya. Ia menghela nafas panjang, memikirkan kapan hubungannya bisa normal seperti suami istri lainnya. Grizelle terlalu dingin, dan tidak peduli sama sekali.

Setelah Adrian selesai mandi, mereka pun bergegas untuk makan malam bersama dengan keluarga. Grizelle tampak berusaha menjadi seorang istri yang baik di hadapan keluarga Adrian yang mengetahui mereka baik-baik saja.

Syahreza pun menanyakan bagaimana hari pertama Grizelle ke kantor? Grizelle menjawab dengan jawaban yang umum saja. Adrian pun hanya mendengarkan pembicaraan itu saja dengan sesekali ikut di dalamnya.

*

Setelah makan malam Adrian masih duduk bersama ayahnya untuk berbincang, sedangkan Grizelle memilih memasuki kamar. Ia merindukan Australia yang sudah seperti rumah baginya, terlebih lagi ia mengkhawatirkan kuliahnya. Selain itu, ia juga memikirkan Lunara yang sedang berjuang sendiri.

Grizelle pun mendapatkan email dari Lunara yang menanyakan sebuah tugas kepadanya. Tak lupa Lunara juga mengirimkan sebuah tulisan yang mengatakan bagaimana ia merindukan Grizelle. Grizelle pun tersentuh karena perlakuan Lunara yang begitu menghargainya sebagai seorang teman.

Adrian memasuki kamar, dan melihat Grizelle sedang sibuk dengan laptopnya. Adrian melihat ke arah laptop Grizelle, ia sedang membaca berita di Australia. Grizelle seperti tidak mempedulikan Adrian yang berada di sampingnya.

Adrian mencoba untuk merayunya, sesekali ia merayu dengan candaan. Namun seperti biasa, tawa tipis yang diberikan oleh Grizelle. Bukan tanpa sebab Adrian merayu Grizelle, ia memiliki maksud tertentu pula.

Adrian memeluk Grizelle dari belakang, ia benar-benar menggoda istrinya. Grizelle sudah paham apa yang diinginkan suaminya. Sebagai seseorang yang tertutup Grizelle bukan orang yang terlalu polos. Apalagi kewajibannya sebagai isteri sudah cukup sering dituntut dan dilakukannya dengan suaminya. Grizelle merasa itu adalah salah satu cara Adrian agar pernikahan mereka menuju arah yang lebih baik.

Grizelle merasa tidak yakin dengan apa yang dilakukan oleh suaminya, ia pun mengabaikan Adrian. Adrian masih terus menggoda istrinya itu agar tidak fokus dengan laptop saja. Sampai akhirnya, Adrian pun menutup laptop itu, dan membaringkan Grizelle di kasur.

“Malam ini, please,” bisik Adrian sambil tersenyum menatap Grizelle.

Grizelle sudah tidak bisa menolak, ini memang kewajibannya sebagai seorang istri yang wajib ia penuhi. Grizelle memang mau saja melayani Adrian sebagai seorang isteri, tetapi tidak pernah menunjukkan kehangatan atau antusiasme dalam hubungan mereka. Malam ini sekali lagi Adrian merasakan hubungan suami isteri tanpa kehangatan dari Grizelle, hanya sebatas memenuhi tanggung jawab saja.

***

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu