My Only One - Bab 17 Cintanya Terhadapnya

John Lee tiba di rumahnya ketika hari menjelang subuh.

Setelah turun dari mobil, ia langsung bergegas menuju pekarangan belakang vilanya, lalu mengetok kamar pelayannya.

Jam segini, pelayannya sudah tertidur lelap. Mendengar suara ketukan pintu, ia langsung terbangun kebingungan.

“Siapa di depan, tengah malam begini belum tidur juga?”

Ketika ia membuka pintu, di antara hembusan debu dan angin, ia melihat John Lee berdiri di hadapannya dengan wajah dingin. Penampilannya seperti baru kembali dari luar rumah, ia ternganga kaget.

“Tuan Muda, ada keperluan apa semalam ini?”

“Paman Chu, setiap saya mabuk, siapa yang mengantar saya pulang dan menggantikan pakaian saya?” tanya John Lee tanpa basa-basi.

Raut wajah Paman Chu langsung berubah, ia tidak langsung menajawab.

Tuan Muda bisa menanyakan seperti ini, tentu karena ia sudah tahu apa yang terjadi.

“Rasanya Tuan Muda sendiri sudah tahu, untuk apa bertanya lagi?” Pelayan rumah itu menundukkan kepalanya, menjawab dengan penuh hormat.

John Lee mengernyitkan matanya, ia kembali berkata: “Saya ingin kamu katakan dengan mulutmu sendiri!”

“Tiga tahun ini, setiap kali Tuan Muda mabuk, orang yang mengantarkan Tuan Muda pulang adalah Nyonya Muda. Ia juga lah yang menggantikan pakaian, membersihkan tubuh, dan memberi sup penghilang mabuk. Setiap kali ia melihat Tuan Muda pergi, ia akan mengikuti Tuan Muda. Ia takut Tuan Muda sakit bila tidak ada yang mengantar Tuan Muda pulang saat mabuk,” ujar Paman Chu patuh.

Meski sudah tahu jawabannya, John Lee tetap ingin memastikan sekali lagi.

Dua jawaban yang sama persis terasa seperti arus listrik yang melintasi hatinya. Hatinya sungguh sesak.

Semua ini, hanya membuatnya semakin marah. Semua ini, ia bahkan tidak tahu!

Ia mengepalkan tangannya, suaranya agak serak: “Mengapa kamu tidak beritahu saya sejak dulu?”

“Tiga tahun ini, kami semua memperhatikan sendiri sikap Tuan Muda pada Nyonya Muda, saya yakin Nyonya Muda menyadari hal ini. Nyonya Muda takut Tuan Muda marah, juga takut Tuan Muda akan semakin membencinya, jadi ia tidak mengizinkan kami memberi tahu apa pun pada Tuan Muda. Semua baju Tuan Muda sebenarnya juga dicuci dan disiapkan sendiri oleh Nyonya Muda, barang kebutuhan sehari-hari pun begitu. Nyonya Muda tidak mengizinkan siapapun untuk mengikutinya."

Ia meninggalkan pekarangan belakang, tubuhnya yang tinggi besar berjalan menuju taman bunga. Angin malam bertiup kencang, membuatnya makin merasa kesepian.

Pikirannya yang barusan pening karena minum setengah botol lebih bir merah kini sangat segar.

Rasa bencinya terhadap Clarry Song kini berkurang drastis.

Ia melangkahkan kaki naik ke lantai dua. Ia kembali ke kamar dan membuka lemari bajunya. Melihat pakaiannya yang tertumpuk rapi, di hadapannya tiba-tiba terlintas bayangan seorang wanita cantik. Wanita itu sedang melipat pakaiannya sambil tersenyum-senyum sendiri.

Ia buru-buru mendekap dan memeluknya.

“Clarry Song, mengapa, mengapa kamu berkorban sebanyak ini untukku? Mengapa, mengapa kamu bilang kamu mencintaiku, tapi kamu juga menyakiti adikku sendiri? Apakah semua ini palsu?”

Ia tiba-tiba tersadar, ia hanya memeluk udara kosong.

Raut wajahnya langsung putus asa dan kesal. Ia lebih paham dari siapa pun, bahwa Clarry Song memang sungguh-sungguh mencintainya. Clarry Song hanya tidak mau ia tahu.

Mengurus semua kebutuhan hidupnya, memperhatikan perasaan dan keselamatannya, menikah selama tiga tahun, seribu malam lebih tinggal seatap, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan semua orang!

John Lee pergi ke kamar mandi untuk berendam, ia ingin menenangkan pikiran. Tetapi, ia tanpa sadar melewati kamar bekas Clarry Song. Melihat selimut Clarry Song yang terlipat rapih dan beraroma seperti aroma tubuh wanita itu, ia langsung membayangkan wajah Clarry Song saat tidur terlelap. Hatinya lemas.

Ia langsung memeluk selimut itu dan tertidur pulas.

Keesokan harinya, ia baru bangun sekitar pukul 12.

Sepeninggalan Clarry Song dan Jayden Lee, ia tidak pernah tidur selama dan sepulas ini. Ia merasa sangat damai dan tenang.

Matanya menyapu ruangan, dering telepon genggamnya tiba-tiba memecah kesunyian.

Ia sedikit kesal, dengan nada kurang ramah mengangkat telepon: “Ada urusan apa?”

“John Lee, beberapa hari lagi ayah saya berulang tahun. Hari ini saya ingin mengundangmu makan, apakah kamu bisa datang setelah pulang kerja?” tanya Carla Song lemah lembut.

“Saya akan datang agak malaman, sudah dulu ya.” Ia langsung mematikan telepon tanpa menunggu respon Carla Song.

Carla Song sangat kesal, sudut bibirnya hampir berkerut. Ini pertama kali John Lee mematikan teleponnya.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu