Love and Trouble - Bab 9 Mengobrol
Dedi Liu berjalan keluar dari perumahan Flower Garden dan langsung pergi ke toko sayur.
Dia berjalan di antara perkumpulan banyak orang, dia mengelilingi toko sayur, hatinya belum dapat tenang. DI pikiran dia terus muncul pemandangan anaknya dan menantu perempuannya yang sedang melakukan hubungan itu, dan dirinya sedang mengintip mereka dari luar pintu.
Tiba-tiba, dia teringat bahwa cairan yang berada di lantai itu belum dibersihkannya, dan dia merasa tidak baik.
“Kalau anaknya dan menantu perempuannya keluar dari kamar dan menyadarinya bagaimana?”
Saat berpikir sampai sini, Dedi Liu langsung merasa bersalah. Dia baru ingin kembali untuk membersihkannya, tapi dia juga takut anak dan menantu perempuannya ada di dalam rumah, dan di depan mata mereka menghilangkan barang bukti.
Bagaikan menyerahkan diri saja, kalau begitu malah akan membuat mereka lebih curiga, jadi dia memutuskan untuk membeli sayur dulu baru pulang. Setelah itu baru membersihkannya.
Setelah berpikir itu, Dedi Liu menawar harga dengan penjual di sana, dan membeli 1 kg daging, setengah bagian ayam, setengah bagian kelinci, ikan dan beberapa sayur hijau beserta bumbu masak lainnya. Lalu dia pulang dan bersiap untuk memasak bahan-bahan makanan itu.
Makanan-makanan ini adalah kesukaan anaknya dan menantu perempuannya. Dia berharap sebelum anaknya ke luar negeri, dapat memakan masakannya yang paling enak itu.
“Tuan Liu, kamu pergi melihat anak dan menantumu ya, dan membuatkan makanan untuk mereka?” Saat Dedi Liu mengangkat kantong plastik besar dan masuk ke dekat perumahan itu, dia melihat Kakek Wang sedang menyapa dirinya.
"Benar sekali." Dedi Liu menganggukkan kepalanya, dan berkata dengan bangga: "Hari ini anakku mau ke luar negeri, jadi aku mengantarkan kepergiannya."
"Anak laki-lakimu memanglah hebat, sudah bisa menikahi istri cantik, masih bisa ke luar negeri mencari uang pula. Kamu harus menikmati keberuntunganmu ini ya!" Kakek Wang berkata dengan sedikit perasaan iri.
Dedi Liu tertawa sambil berkata: "Pepatah berkata, setiap orang memiliki keberuntungannya sendiri, jangan meminta keberuntungan dari orang itu, asalkan mereka hidup dengan baik, aku sudah sangat puas. Aku ketularan keberuntungan mereka atau tidak, aku juga tak begitu memikirkannya."
"Anakmu k luar negeri berapa lama?" Kakek Wang bertanya dengan penasaran.
Karena umur keduanya tak berbeda jauh, jadi setiap kali kedatangan Dedi Liu melihat anaknya, dia pasti akan mengobrol dengan Kakek Wang itu. Mengobrol kehidupan sehari-hari maupun hal lainnya. Karena itu Kakek Wang ini cukup paham dengan kondisi keluarga Dino Liu.
"Katanya dua tahun." Dedi Liu berkata dengan sejujurnya.
"Apa? Selama itu?" Kakek Wang bertanya dengan kaget.
"Benar sekali, proyek perusahaan mereka memang selama itu." Jawab Dedi Liu dengan jujur.
Kakek Wang mengedipkan matanya beberapa kali, dan tertawa dengan misterius sambil bertanya: "Kalau begitu apakah setelah anakmu pergi, kamu akan sering ke sini memasak untuk menantu perempuanmu?"
"Ini...ini..." Dedi Liu tiba-tiba teringat pemandangan yang dia lihat tadi pagi, dan menjawab dengan panik: "Ini tak tentu, kalau menantu perempuanku terlalu sibuk, dan membutuhkan bantuanku, aku pasti akan datang. Kamu... kamu bertanya ini ada apa?"
"Tak apa." Kakek Wang menjawab: "Aku melihat menantu perempuanmu itu sangatlah cantik, kulitnya pun halus, terlihat jelas seperti wanita kaya yang sering dimanjakan, jadi aku mengira dia tak bisa mengurus rumah. Aku hanya bertanya seperti itu, kamu berpikir sampai ke mana?"
"Kamu sudah salah." Dedi Liu langsung menjelaskan dengan cepat: "Menantu perempuanku sangatlah hebat, urusan pekerjaan rumah dia yang selalu mengurusnya, anakku bisa dibilang hanya tinggal makan saja di rumah."
"Wah, anakmu beruntung sekali." Kakek Wang berbicara dengan ucapan yang sedikit membawa rasa iri.
Dedi Liu merasa takut membocorkan rahasianya itu, jadi dia tidak ingin banyak ngobrol lagi dengan Kakek Wang, dan langsung mengucapkan salam perpisahan, dengan cepat mengangkat kantong plastik itu masuk ke dalam perumahan itu.
Saat melihat bayangan kepergian Dedi Liu, raut wajah Kakek Wang terdapat sebuah senyuman yang tak mudah untuk disadari orang-orang.....
Demi menghindari kejadian yang canggung terulang lagi, Dedi Liu mendengar dari pintu masuk apakah ada suara aneh atau tidak, barulah akhirnya dia menggunakan kunci yang diberikan anaknya untuk membuka pintu rumah mereka.
Saat memasuki ruang tamu, Dedi Liu langsung menuju ke tempat dimana ia meninggalkan jejak cairan itu, dan menyadari kalau lantainya sudah dipel bersih. Hal itu membuat hatinya menjadi panik.
Tapi saat melihat bahwa kamar itu terbuka, dan dalamnya sudah kosong, dia mengira-ngira bahwa anak dan menantu perempuannya sudah pergi ke kantor mereka. Jadi dia langsung membawa kantongnya itu masuk ke dapur.
"Setelah aku meninggalkan rumah ini, sebenarnya siapa yang sedang mengepel lantai. Dan saat mengepel lantai itu, apakah dia menyadari jejak yang dia tinggalkan itu?" Dedi Liu saat sedang mencuci sayurnya itu terus berpikir hal ini. Dia sambil mencuci, sambil berpikir: "Kalau mereka menyadari kelakuan itu, wajahku ini mau taruh di mana nantinya? Kalau menantu perempuanku tahu aku punya hobi seperti itu, apakah nantinya dia tak akan mengizinkanku masuk lagi?"
Diaa semakin berpikir begitu, pikirannya semakin berantakan.
Suara air dari keran terus keluar dan tak berhenti, sampai tempat cuci sayur itu sudah penuh airnya, dan meluber keluar. Dia barulah sadar kembali, dan langsung mematikan kerannya, dan lanjut mencuci sayur.
"Sudahlah, jalani saja dulu." Dedi Liu menghibur dirinya sendiri: "Kalau kelakuan buruk ku sampai diketahui mereka, aku paling-paling hanya mengembalikan kunci saja pada mereka, lain kali tidak datang lagi...."
Saat berpikir sampai sini, Dedi Liu dalam hatinya berpikir, dan memutuskan untuk memiliki sikap "Sudah terlanjur basah, hantam lagi saja". Dia hanya bisa menghadapi semua ini saja.
Setelah mencuci sayurnya, dia juga memotong daging-dagingnya dan menyiapkan bahan pelengkapnya. Lalu dia melihat jam di ponselnya, dan menyadari sekarang baru jam 9.30 pagi.
Jam segini memasak nasi, masih terlalu pagi. Jadi dia keluar dari dapur, dan meninggalkan rumah itu, pergi ke supermarket terdekat, dan membeli sedikit makanan khas daerah itu, untuk diberikan kepada anaknya sebelum ke luar negeri.
Satu jam kemudian, dia mengangkat banyak bawaan lagi ke rumah, dan saat ini dia merasa sudah jam yang cocok untuk membuat makan siang, jadi dia mulai menyibukkan dirinya di dapur saat itu.
Dedi Liu baru saja selesai memasak untuk makan siang, dan mengeluarkan sayuran yang masih berasap itu keluar dari dapur. Dia baru saja menaruh sayurnya di meja makan, dan dari arah pintu masuk terdengar suara pintu yang dibuka.
Lalu setelah itu bayangan menantu perempuannya, Wanda Li yang cantik dan seksi terlihat di pandangan mata Dedi Liu. Saat memikirkan kejadian tadi pagi, wajah Dedi Liu langsung memerah sampai ke telinganya.
Novel Terkait
Love and Trouble×
- Bab 1 Kunci Kamar
- Bab 2 Mengintip
- Bab 3 Merasakan Keanehan
- Bab 4 Suara dari Toilet
- Bab 5 Tidak Rela
- Bab 6 Bus Umum (1)
- Bab 7 Bus Umum (2)
- Bab 8 Proposal
- Bab 9 Mengobrol
- Bab 10 Makan Siang Perpisahan (1)
- Bab 11 Makan Siang Perpisahan (2)
- Bab 12 Musim Semi Tiba Kembali
- Bab 13 Daerah Terlarang
- Bab 14 Pergi Tanpa Pamitan
- Bab 15 Kewarasan dan Perasaan
- Bab 16 Lembur (1)
- Bab 17 Lembur (2)
- Bab 18 Target Lainnya
- Bab 19 Kesialan (1)
- Bab 20 Kesialan (2)
- Bab 21 Tertolong
- Bab 22 Terbangun
- Bab 23 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 24 Terlalu Beruntung
- Bab 25 Suara dari Dalam Kantor
- Bab 26 Dijaga dengan Sangat Baik
- Bab 27 Bajingan
- Bab 28 Suram
- Bab 29 Keluar Rumah Sakit
- Bab 30 Gosip
- Bab 31 Ada Rahasia Lain
- Bab 32 Selamat Malam (1)
- Bab 33 Malam (2)
- Bab 34 Malam (3)
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Semangat Tinggi
- Bab 37 Membunuh Tapi Mengangguk