Love and Trouble - Bab 6 Bus Umum (1)
Karena tidak sejalan, Wanda Li setelah berpisah di depan perumahan itu, langsung berjalan ke arah halte bus.
Sebuah bus datang perlahan dari jalan besar ke arahnya.
Di dalam bus itu terdapat banyak orang di dalamnya.
Orang yang berdiri di halte bus itu walaupun sudah melihat di dalam bus itu banyak orang, dan saat bus itu belum berhenti dengan benar, orang-orang di sana sudah mulai naik.
Wanda Li takut kalau dia terlambat ke kantor, jadi dia tanpa ragu ikut naik ke dalam bus di dalam keramaian itu.
Dia dengan mengeluarkan sekuat tenaganya baru bisa berhasil untuk naik ke dalam bus itu.
Karena itu adalah waktu padat jam kerja, orang-orang di dalam bus itu sangatlah banyak, semua orang saling berdekatan.
Saat masuk ke dalam bus itu, Wanda Li langsung ditempeli dengan banyak orang. Badannya yang lembut bak kapas itu tertekan di badan seorang lelaki paruh baya.
Orang di depannya juga sangatlah rapat, benar-benar tak ada celah lagi, dan orang dari belakang juga terus mendorongnya ke depan.
Dengan memanfaatkan kesempatan itu, lelaki paruh baya itu dengan sengaja merasakan tubuh Wanda Li yang sangat lembut itu, dan memberikannya perasaan yang sangat nyaman.
Sreet!
Suara pintu itu tertutup.
Pintu bus itu akhirnya tertutup, dan busnya mulai berjalan.
Orang-orang di mobil itu sangat sulit untuk berganti posisinya, dan akhirnya semuanya mulai berdiri dengan diam.
Lelaki paruh baya itu terus menempel dengan tubuh Wanda Li dengan sangat dekat, mereka berdua berdiri di bagian tengah bus itu.
Orang di sini sangat banyak. Selain 2 baris kursi itu, orang yang berada di tengah itu ada 4 baris orang.
Lelaki paruh baya itu dan Wanda Li terjepit di tengah, arah depan dan belakangnya itu benar-benar sangat rapat.
Awalnya lelaki paruh baya itu hanya menempel di bagian punggung Wanda Li.
Karena tinggi Wanda Li dan lelaki paruh baya itu tak berbeda jauh tingginya, bagian pantatnya itu tepat berada di bagian bawah perut lelaki paruh baya itu.
Dengan busnya yang bergerak-gerak, lelaki paruh baya itu juga terus menempeli Wanda Li, hanya dengan dibatasi roknya yang tipis itu, dapat merasakan tubuh bagian bawahnya yang panas itu.
Lelaki paruh baya itu perlahan-lahan memperbesar tenaganya, kedua kakinya mulai maju ke depan dan menjepit kaki Wanda Li. Bagian perutnya juga maju ke depan dan menekan ke arah pantat lembutnya Wanda Li.
Wanda Li setelah merasakan hal aneh itu, dia langsung membalikkan kepalanya dan melihat ke arah lelaki paruh baya itu sekilas. Dia baru menyadari bahwa tubuh dan wajah lelaki itu sangat mirip dengan ayah mertuanya, hanya saja lebih muda sedikit dari ayah mertuanya.
Tiba-tiba dia terpikirkan kejadian pagi tadi. Di saat dia sedang tiduran di atas ranjang, dan saat dia sedang melakukannya dengan suaminya itu. Ayah mertuanya mengintip kejadian itu. Sesaat dia memiliki rasa nafsu dan panik secara bersamaan.
Jadi, wajahnya memerah, dan membalikkan kepalanya lagi. Dan dia langsung memegang gantungan pegangan tangan yang ada di atas kepalanya, dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, dan membuka kedua kakinya sedikit.
Lelaki paruh baya itu menyadari pergerakan kecil dari Wanda Li ini, dan langsung semakin berani dengan perbuatannya itu.
Lelaki itu langsung melepaskan pegangan tangannya di gantungan itu, dan kedua tangannya langsung mengarah ke depan. Dia dengan perlahan-lahan menaruh tangannya di kedua pantat Wanda Li yang montok itu. Dengan keramaian itu, ia langsung memeluk pantatnya, dengan begini dia baru bisa merasakan pantat montoknya yang sangat indah itu.
Lelaki paruh baya itu menggerakkan bagian pinggangnya, perut bawahnya juga menempel dengan dekat di bagian pantatnya. Posisinya benar-benar pas di depan dan belakang.
Gerakan seperti ini, sama persis seperti gerakan saat dia dan suaminya Dino Liu sedang melakukan hal itu tadi pagi.
Walaupun lelaki paruh baya itu bukan bermaksud seperti itu, tapi dia juga dapat merasakan “tingkat kekerasan” dari dirinya. Wanda Li dalam hatinya tiba-tiba menjadi semangat. Kedua pantatnya yang bulat itu bergerak perlahan-lahan.
“Dia sudah merasakan bahwa aku sedang mencabulinya, tapi tidak menolaknya, apakah dia malu jadi hanya bisa menahannya saja?” Lelaki paruh baya itu memutuskan untuk mencobanya lagi.
Dia sementara itu langsung mundur sedikit dan satu tangannya memegang paha bagian dalam dari Wanda Li. Dia terus merabanya.
Sambil meraba, dia sambil memperhatikan ekspresi Wanda Li. Saat melihat Wanda Li tidak menolaknya, tetapi wajahnya malah menjadi merah, dan mengeluarkan ekspresi yang sangat nikmat itu. Dia langsung meremas pahanya itu dengan sedikit tenaga.
Wanda Li langsung sadar dari fantasinya itu, dan membalikkan kepalanya dan menaikkan alisnya sedikit.
Keempat mata mereka bertemu, hati lelaki paruh baya itu menjadi sangat tidak karuan.
Dalam hatinya berpikir, kali ini benar-benar habislah, baru ingin menyingkirkan tangannya sendiri, tapi dia langsung menyadari kalau Wanda Li melihat dirinya, dan langsung membalikkan kepalanya lagi.
Lelaki paruh baya itu diam-diam memperhatikan rambut panjangnya yang menutupi setengah wajahnya itu. Wajahnya itu benar-benar sangat merah, sampai-sampai telinganya juga merah!
Hati lelaki paruh baya itu menjadi senang, dan langsung meraba kakinya Wanda Li menggunakan tangannya lagi.
Badan Wanda Li bergerak sedikit, dia ingin melepaskan diri, tapi sekelilingnya itu bagaikan tembok manusia, benar-benar tak dapat menghindarinya.
Lelaki paruh baya itu saah mengira bahwa dia itu malu, jadi dia tak berani berteriak. Jadi dia mulai merabanya dengan lebih berani lagi, kedua tangannya itu memeluk kakinya yang mulus itu. Jari tangannya juga perlahan-lahan naik dari kaki bagian luar sampai ke bagian di bawah rok.
Karena banyak sekali orang di sekelilingnya, jadi tidak ada orang yang melihat pergerakan lelaki itu saat itu.
Wanda Li dalam kondisi diraba lelaki paruh baya itu, dia perlahan-lahan tidak melakukan perlawanan yang sia-sia itu lagi, badannya mulai bergetar sedikit.
“Hehehehe.......” Lelaki paruh baya itu tertawa jahat.
Dia sedikit demi sedikit memperbesar tenaganya, dan perlahan lahan, kedua tangannya sudah menempel di pantat Wanda Li yang sangat montok itu, dia terus meraba kulitnya yang sangat lembut dan mulus itu.
Lelaki paruh baya itu perlahan-lahan mulai melepaskan hasratnya tanpa rasa takut lagi, dia terus meraba tubuh Wanda Li. Satu tangannya meraba pantatnya Wanda Li yang menggoda itu, dan satu tangannya lagi memegang tubuhnya, dan kedua itu dilakukan bersamaan.
Karena salah satu tangan Wanda Li memegang gantungan pegangan tangan di bus itu, jadi lelaki paruh baya itu dapat dengan mudah meraba pegunungannya yang berisi itu.
Pegunungan Wanda Li itu sangatlah berisi, lembut dan juga sangat kenyal, dan dengan segera pegunungannya itu diremas oleh tangan nakal lelaki paruh baya itu sampai tak berbentuk lagi.......
Novel Terkait
Ten Years
VivianKing Of Red Sea
Hideo TakashiMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyI'm Rich Man
HartantoAsisten Bos Cantik
Boris DreyLove and Trouble×
- Bab 1 Kunci Kamar
- Bab 2 Mengintip
- Bab 3 Merasakan Keanehan
- Bab 4 Suara dari Toilet
- Bab 5 Tidak Rela
- Bab 6 Bus Umum (1)
- Bab 7 Bus Umum (2)
- Bab 8 Proposal
- Bab 9 Mengobrol
- Bab 10 Makan Siang Perpisahan (1)
- Bab 11 Makan Siang Perpisahan (2)
- Bab 12 Musim Semi Tiba Kembali
- Bab 13 Daerah Terlarang
- Bab 14 Pergi Tanpa Pamitan
- Bab 15 Kewarasan dan Perasaan
- Bab 16 Lembur (1)
- Bab 17 Lembur (2)
- Bab 18 Target Lainnya
- Bab 19 Kesialan (1)
- Bab 20 Kesialan (2)
- Bab 21 Tertolong
- Bab 22 Terbangun
- Bab 23 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 24 Terlalu Beruntung
- Bab 25 Suara dari Dalam Kantor
- Bab 26 Dijaga dengan Sangat Baik
- Bab 27 Bajingan
- Bab 28 Suram
- Bab 29 Keluar Rumah Sakit
- Bab 30 Gosip
- Bab 31 Ada Rahasia Lain
- Bab 32 Selamat Malam (1)
- Bab 33 Malam (2)
- Bab 34 Malam (3)
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Semangat Tinggi
- Bab 37 Membunuh Tapi Mengangguk