Love and Trouble - Bab 14 Pergi Tanpa Pamitan
Tring, Tring, Tring!
Tiba-tiba terdengar suara ponsel Wanda Li yang berbunyi dari atas meja.
Wanda Li langsung tersadar dengan cepat, dan dengan cepat menutup kedua kakinya.
Dedi Liu juga menjadi sangat kaget dengan suara ponsel yang datang tiba-tiba itu, gerakan dia juga sama dengan Wanda Li yang begitu kaget saat mendengar suara itu, jadi dia dengan cepat mengeluarkan kepalanya dari kedua kaki Wanda Li.
Di saat itu, dia seperti anak kecil yang telah berbuat kesalahan, dia berdiri di depan Wanda Li dengan sangat canggung, dan dengan wajah penuh keraguan dan kebingungan melihat ke arah dia.
Wanda Li berdiri dengan cepat dan mengambil ponselnya untuk melihat, dan di layar ponselnya terpampang nama suaminya, dia langsung menjadi sangat panik.
“Ah, kenapa dia telepon di saat seperti ini?” Wanda Li tiba-tiba tidak tahu apakah dia harus mengangkatnya atau tidak. Setelah dia menstabilkan emosinya, dia akhirnya mengangkat telepon itu, dan bertanya: “Suamiku, apakah kamu sudah sampai bandara dan bersiap untuk naik ke pesawat?”
“Istriku, kamu sudah makan selesai belum?” Dari ponsel itu terdengar suara Dino Liu yang sedikit terburu-buru.
“Su...... Sudah makan, ada apa?” Wanda Li bertanya dengan panik.
“Ayahku bagaimana?” Dino Liu bertanya lagi.
“Dia.......” Wanda Li sekali lagi melihat ke arah Dedi Liu dan berkata: “Dia sedang mencuci piring di dapur, apakah kamu ingin menyuruhnya mengangkat teleponnya?”
“Bukan begitu, aku lupa membawa pasporku, aku menaruhnya di laci dekat ranjang, awalnya ingin pulang sendiri ke sana untuk mengambilnya, tapi di jalan tiba-tiba ada kecelakaan, jadi jalanan sangat macet. Aku meneleponmu untuk menyuruhmu mengantarkannya kemari......” Dino Liu menjelaskannya.
“Baiklah, aku akan langsung mengantarkannya ke tempatmu, kamu sekarang ada di mana?” Wanda Li bertanya padanya.
“Aku ada di pintu bagian utara.”
“Baiklah, kamu tunggu aku di sana, aku segera ke bawah.”
Setelah menutup telepon dari suaminya, Wanda Li langsung berkeringat dingin, dan dalam hatinya berkata: “Kalau suamiku pulang, dan menyadari bahwa aku dan ayah mertua bermain di belakangnya, ini benar-benar akan menjadi masalah yang runyam....”
“Siapa yang menelepon kemari?” Walaupun percakapan anaknya dan menantu perempuannya itu terdengar jelas di telinga Dedi Liu, tapi dia masih sengaja bertanya.
“Anakmu.” Wanda Li dengan sedikit kecewa berkata.
“Dia kenapa?”
“Dia bilang paspornya tertinggal di dalam laci, sekarang jalanan macet, dan menyuruhku untuk mengantarkan itu padanya.”
“Kalau begitu kamu cepat antarkan padanya!”
Wanda Li baru saja dirangsang oleh ayah mertuanya itu, dan hatinya masih merasa belum cukup puas, tapi ia menganggukkan kepalanya dan berkata: “Kalau begitu kamu tunggu aku sebentar di sini, aku akan mengantarkan paspor padanya dan akan kembali lagi.”
“Baiklah, kamu pergi saja.” Dedi Liu menganggukkan kepalanya sambil berkata.
Wanda Li dengan cepat langsung mengambil celana dalamnya dan memakainya lagi, setlah itu dia membenarkan bajunya, dan dengan terburu-buru berlari ke arah kamarnya dan mengambil paspor dari laci langsung keluar rumah.
Saat melihat bayangan dari menantu perempuan yang perlahan menghilang di pintu itu, Dedi Liu merasakan sedikit kelegaan.
“Untung saja anakku mengalami kemacetan di jalan, kalau dia pulang ke rumah dan menyadari kalau aku dan menantu perempuanku sendiri melakukan hal itu, dia akan melakukan apa, apakah dia akan memutuskan hubungan ayah dan anak denganku?” Dedi Liu berpikir dengan sangat serius.
Saat berpikir sampai sini, rasa bersalah yang besar itu muncul.
..........
Wanda Li mengambil paspor suaminya dan langsung meninggalkan rumah, dengan cepat sampai ke arah pintu timur, dan menyadari kalau mobil yang ditumpangi Dino Liu sudah berhenti di samping jalan. Jadi dia dengan cepat berlari menghampirinya.
Mobil yang ditumpangi Dino Liu saat berada di daerah pintu timur itu, karena tiba-tiba di dekat sana ada kecelakaan, jadi seluruh jalanan menjadi macet, lalu karena takut waktunya tak cukup, dan dalam kondisi terpaksa, barulah dia telepon ke tempat istrinya, dan menyuruhnya membawakan paspornya padanya.
Dia benar-benar tidak tahu kejadian antara istri dan ayahnya yang terjadi di rumahnya, saat melihat istrinya datang dari sebrang jalan itu, dia langsung membuka pintu mobil dan menyambutnya.
Wanda Li dengan langkah besar langsung menuju ke depan suaminya, dan langsung mengangkat buku yang ada di tangannya, dan bertanya: “Suamiku, paspor yang kamu suruh aku ambil apakah yang ini?”
“Benar, benar yang ini.” Dino Liu menganggukkan kepalanya dan langsung mengambil paspor yang diberikan Wanda Li, dan berkata: “Istriku, aku benar-benar minta maaf karena telah merepotkanmu, terima kasih!”
“Ini adalah hal yang seharusnya kulakukan, untuk apa berterima kasih padaku?” Wanda Li saat melihat wajah suaminya yang tampan dan juga sangat semangat itu, hatinya menjadi sangat panik, dan dengan cepat mengusirnya: “Kamu cepatlah naik mobil, kalau tidak, tidak akan sempat lagi, dan akan ketinggalan pesawat.”
“Baiklah, jaga dirimu baik-baik!”
Dino Liu setelah berkata itu langsung membuka pintu mobil dan naik ke dalamnya.
Mobil Nissan putih itu mulai bergerak dan masuk ke kerumunan mobil lainnya, dan dengan cepat menghilang dari pandangan mata Wanda Li.
Wanda Li masih terbengong di tempatnya, dan dia teringat kejadian yang terjadi di rumah tadi, lalu dia merasa tidak enak terhadap ayah mertuanya dan merasa sedikit perih hatinya.
Perlahan-lahan, matanya mulai menjadi basah, dan air mata secara tak ia sadari jatuh dari matanya, dan terus turun dari wajahnya sampai ke lantai.
Setelah beberapa saat, dia baru tersadar kembali dan mengelap air matanya. Dia tiba-tiba teringat bahwa Dedi Liu masih di rumah menunggu kepulangannya, dan hatinya menjadi berat.
“Apakah aku masih harus kembali pulang? Kalau kita benar-benar melakukan hubungan itu, kita seterusnya akan bagaimana dalam saling menghadapi? Kalau aku mempunyai anak dari Dedi Liu bagaimana?”
Setelah memikirkan pertanyaan yang tak ada jawabannya, Wanda Li merasakan kegalauan.
Jadi, dia menggertakkan gigi dan langsung pulang untuk berbicara baik-baik dengan Dedi Liu. Mereka tak boleh terus begini, ini namanya sedang bermain api, dan juga sangat tak sesuai moral yang ada, pasti bisa dimarahi orang lain.
Lalu, saat dia memikirkan lagi kejadian bermain api dengan ayah mertuanya, dan juga saat dia sedang bermain dengan suaminya dan diintip oleh ayah mertuanya, dia mulai menjadi semangat lagi. Dan merasa sedikit deg-degan, lalu sedikit galau, dan juga hatinya menjadi gatal sekali, dan sangat ingin pulang ke rumah dan melanjutkan hal itu dengan Dedi Liu.
Jadi, dia mempercepat langkahnya dan berlari kecil pulang ke rumah.
Saat dia terburu-buru pulang ke rumah, dan membuka kunci rumahnya itu, dia menyadari bahwa Dedi Liu sudah tak ada di ruang tamu.
Dia juga masuk ke kamarnya dan masih tak menemukan Dedi Liu. Lalu dia membuka kamar lainnya, dan masih tak menemukan jejak keberadaan Dedi Liu sedikit pun, begitu pula di dapur, kosong......
Lalu dia berlari sampai ke depan toilet, saat melihat pintu toilet tertutup, dia mengira Dedi Liu ada di dalam, dan mengetuk pintunya.
Tok, Tok, Tok!
Suara pintu terketuk, dan dari dalam toilet tak ada balasan.
“Ayah, apa kamu di dalam?” Wanda Li berteriak dan langsung membuka pintu toilet, dia menyadari tak ada bayangan orang sedikit pun, hatinya langsung menjadi murung, dan berpikir: “Aku bukannya tadi sudah menyuruhnya untuk menungguku di rumah? Kenapa sekarang tidak ada? Dia pergi ke mana?”
Jadi, dia mengambil ponselnya dengan cepat, dan memencet nomor Dedi Liu.
“Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, silakan hubungi sesaat lagi.....” Dari ponselnya terus terulang suara itu.
“Orang ini, di saat seperti ini pergi ke mana?” Wanda Li sangat tidak puas dengan perlakuan Dedi Liu yang pergi tanpa pamitan itu, dan mulai mengeluh.
Novel Terkait
After The End
Selena BeeLove at First Sight
Laura VanessaKisah Si Dewa Perang
Daron JaySi Menantu Dokter
Hendy ZhangAwesome Husband
EdisonMy Tough Bodyguard
Crystal SongLove and Trouble×
- Bab 1 Kunci Kamar
- Bab 2 Mengintip
- Bab 3 Merasakan Keanehan
- Bab 4 Suara dari Toilet
- Bab 5 Tidak Rela
- Bab 6 Bus Umum (1)
- Bab 7 Bus Umum (2)
- Bab 8 Proposal
- Bab 9 Mengobrol
- Bab 10 Makan Siang Perpisahan (1)
- Bab 11 Makan Siang Perpisahan (2)
- Bab 12 Musim Semi Tiba Kembali
- Bab 13 Daerah Terlarang
- Bab 14 Pergi Tanpa Pamitan
- Bab 15 Kewarasan dan Perasaan
- Bab 16 Lembur (1)
- Bab 17 Lembur (2)
- Bab 18 Target Lainnya
- Bab 19 Kesialan (1)
- Bab 20 Kesialan (2)
- Bab 21 Tertolong
- Bab 22 Terbangun
- Bab 23 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 24 Terlalu Beruntung
- Bab 25 Suara dari Dalam Kantor
- Bab 26 Dijaga dengan Sangat Baik
- Bab 27 Bajingan
- Bab 28 Suram
- Bab 29 Keluar Rumah Sakit
- Bab 30 Gosip
- Bab 31 Ada Rahasia Lain
- Bab 32 Selamat Malam (1)
- Bab 33 Malam (2)
- Bab 34 Malam (3)
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Semangat Tinggi
- Bab 37 Membunuh Tapi Mengangguk