Love and Trouble - Bab 12 Musim Semi Tiba Kembali
Wanda Li tahu bahwa Dedi Liu mengintipnya tadi pagi, dia juga sudah lupa untuk mengunyah makanan di mulutnya. Lalu dia melihat lagi Dedi Liu yang menatapnya dengan pandangan mesum, dan kedua matanya terus menatap ke arah dadanya itu, benar-benar membuatnya merasa sangat senang.
Jadi, dia sengaja untuk memperlambat gerakannya, dan memberikan pemandangan untuk Dedi Liu sampai dia puas.
Tidak tahu karena Dedi Liu melihat sampai lupa diri, atau benar-benar kebetulan saja. Di saat Wanda Li selesai mengambilkan sup kuah untuknya, dan kembali ke tempat duduknya, sumpit Dedi Liu langsung terjatuh ke lantai, dan dia langsung mengambilnya.
Saat ini, reaksi dari Wanda Li adalah membuka kedua kakinya dengan lebar, dan memberikan Dedi Liu kesempatan lagi untuk melihatnya.
Dedi Liu berjongkok di bawah meja dan “memungut” sumpit dengan sangat lama, dan masih belum kembali ke tempat duduknya.
Wanda Li merasakan bahwa seperti ada dua bola mata yang menatapnya dengan sangat ganas, dan dia membungkukkan pinggangnya juga untuk melihat Dedi Liu yang sedang mengintipnya.
Dedi Liu terpesona oleh rok dari Wanda Li itu, dan tidak mengetahui pergerakan dari menantu perempuannya sendiri. Kedua bola matanya terus menatapi ke arah kakinya yang mulus dan putih itu.
Hari ini, Wanda Li memakai celana dalam warna putih yang hampir transparan. Celana dalam itu sepertinya hanya bisa menutupi bagian intim terpenting saja.
Saat Dedi Liu sedang berada di lantai, kedua matanya terus menuju ke arah kaki Wanda Li itu, dan terus melihat ke arah bagian bawahnya itu.
Mata Dedi Liu begitu panas, dan membuat Wanda Li merasa bahwa dia sedang memegang bagian tubuhnya yang sedang “membesar” itu.
Wanda Li tiba-tiba merasa bahwa bagian bawahnya juga mulai memanas, setiap kali pikirannya terbayang pemandangan tadi pagi itu, dia pasti akan merasakan hal itu.
Jadi, saat dia duduk di atas kursi itu, bagian pantatnya secara tak sadar bergerak sendiri, dan membuat kakinya terbuka, dia menunggu untuk diserang oleh laki-laki tua di bawah meja itu.
Setelah melihat begitu lama, Dedi Liu akhirnya sadar kembali. Dia mengangkat kepalanya dan akhirnya menyadari kalau Wanda Li sedang melihat dirinya.
Keempat mata saling bertemu, keduanya pun menjadi sangat canggung beberapa saat.
Wanda Li merasa sangat sedih, dan berpura-pura tak terjadi apa-apa sambil bertanya: “Ayah, kenapa? Apakah sumpitnya tidak ketemu?”
“Ohh....... Ada, sudah ada...... Aku sudah...... melihatnya.......” Dedi Liu tergagap-gagap, seperti berbicara sambil menelan air ludahnya saja.
Dedi Liu memungut kembali sumpitnya dan kembali ke tempat duduknya untuk makan.
Setelah makan siang itu, Dedi Liu bersiap untuk merapikan meja, tapi ditahan oleh Wanda Li. Dia berkata bahwa pagi ini Dedi sudah begitu sibuk untuk memasak, seharusnya pergi beristirahat, dan dia pun langsung membersihkan meja dan membawa peralatan makan ke dapur untuk dibersihkan.
Dedi Liu langsung duduk di sofa ruang tamu untuk menonton televisi.
“Ayah, minum jusnya!” Wanda Li setelah membersihkan meja, piring dan segala macamnya, lalu membersihkan dapur, dan memberikan segelas jus pada ayah mertuanya.
Ded Liu saat menerima segelas jus dari Wanda Li, sengaja bersentuhan dengan tangan Wanda Li.
“Ahh!”
Wanda Li kaget, dan berteriak.
Saat Dedi Liu belum memegang gelas itu dengan baik, tangan Wanda Li sudah melepaskannya.
“Pluuk!”
Suara itu terdengar, dan gelas itu jatuh di badan Dedi Liu.
“Ayah, maafkan aku, aku tak sengaja, aku.......” Wanda Li terus meminta maaf pada ayah mertuanya, dan membungkukkan badannya untuk mengambil gelas itu, lalu mengambil beberapa lembar tisu, dan mengelap badan ayah mertuanya itu.
Saat dia membungkukkan badannya, sepasang dada berisi itu terlihat jelas lagi, dan Dedi Liu yang sedang duduk di sofa itu terus memelototi bagian dada Wanda Liu.
Bagian resleting celana dari Dedi Liu ketumpahan banyak jus, Wanda Li juga mengambil beberapa lembar tisu, dan mengelapnya di bagian itu.
Lalu dia teringat lagi bahwa ayah mertuanya memasukkan tangannya ke resletingnya tadi pagi, Wanda Li langsung menaruh tangannya di atas celana itu dan pelan-pelan menggeseknya.
Lalu dia menyadari bahwa bagian celananya tiba-tiba menonjol ke atas, dan dia berpura-pura tidak tahu, dan semakin menggunakan tenaga untuk mengelapnya.
Dedi Liu benar-benar dibuat tak tahan lagi oleh Wanda Li, wajahnya memerah, dia benar-benar tak tahan lagi, dan langsung mengangkat tangannya, lalu mendekatinya perlahan-lahan.
Wanda Li juga mengeluarkan gaya yang tak tahu apa-apa, lalu terus mengelap bagian celana Dedi Liu yang menonjol itu.
Tiba-tiba, Dedi Liu membuka lebar kedua tangannya, dan memeluk pinggang ramping Wanda Li. Dan respon Wanda Li itu, bukannya langsung melepaskan diri, tapi dia hanya menggerak-gerakkan badannya saja, agar Dedi Liu tak mendekat.
Dedi Liu di saat ini, sudah terbawa hawa nafsu, dan sudah kehilangan kelogisannya, telapak tangan dia terus bergerak-gerak di bagian pinggang Wanda Li, lalu terus menyentuhnya dengan liar.
Wanda Li disentuhnya sampai hatinya terus berdegup kencang. Tangan Dedi Liu terus menggila, dan terus menyentuh bagian sensitifnya.
Tangan Dedi Liu terus mengarah ke bawah, dan memegang kedua pantat Wanda Li, dia juga memeluk Wanda Li, dan akhirnya badan kedua orang itu saling menempel.
“Aih!” Wanda Li juga sedikit panik, tapi dia juga sangat semangat, hanya berteriak kaget saja, tapi dia tidak ada niatan untuk menghindari ataupun kabur, dia hanya melakukan perlawanan ringan, dan dengan wajah memerah berkata: “Jangan begini!”
Dedi Liu dengan sekuat tenaga memeluk Wanda Li, dan mencium wajah cantiknya, lalu menggigit daun telinga Wanda Li dengan ringan.
Seluruh badan Wanda Li merasakan rasa nikmat yang menggelitik, dan telinganya juga cukup gatal.
Lalu lidah Dedi Liu mulai masuk ke dalam telinga Wanda Li.
“Ah!”
Wanda Li berteriak sesaat, lalu seluruh tubuhnya lemas dan terus bergetar.......
Dedi Liu menjadi lebih semangat lagi, lalu dia menggunakan tangan kirinya untuk memegang pinggang Wanda Li, dan tangan kanannya memegang dada Wanda Li yang berisi, lalu dia meremas-meremas gunung yang padat itu dengan lembut.
Wanda Li dibuat menjadi sangat bernafsu oleh Dedi Liu, hatinya juga menggebu-gebu, dan mulai berkata kata-kata aneh.
.........
Tuan Qian, supir yang akan membawa Dino Liu ke bandara itu mengendarai mobil Nissan putihnya meninggalkan perumahan itu. Lalu Dino Liu tiba-tiba meraba tasnya yang ada di tubuhnya, dan menyadari bahwa paspornya tak ada di dalam.
Dia baru mengingat bahwa paspornya dia tinggal di laci di dekat kasur itu, dan dia berbicara pada supir itu.
“Adik Qian, pasporku ketinggalan, kamu boleh tidak kembali lagi, dan mengantarkanku untuk mengambilnya?”
“Baiklah, aku sekarang akan mengantar Anda kembali.” Adik Qian menjawabnya dan langsung memutar balik mobilnya ke perumahan yang tadi.
......
Dedi Liu menghiraukan ucapan Wanda Li, dan terus melakukan perbuatan itu pada Wanda Li.
“Anakku nasibnya sungguh baik, bisa memiliki istri yang begitu cantik, aku selaku ayah dan ibunya sudah membesarkannya sampai sukses, kenapa tidak boleh.........”
Sambil berkata begitu, dia langsung dengan kuat menarik tangan menantu perempuannya ke arahnya, dan memutar badannya.
Wanda Li langsung terbaring di atas sofa.
Dedi Liu langsung menindih di atas badan Wanda Li, dan sambil mencium bibirnya, tangannya terus bergerak untuk membuka kancing bajunya.
“Tidak, jangan.......” Wanda Li dengan sengaja menggelengkan kepalanya, dan menghindari ciumannya, tapi tak lewat berapa lama, dia dicium juga olehnya.
Dia ingin mengangkat baju Wanda Li, dan menaikkan bra ke atas, lalu membuka mulutnya, dan mulai mengisapinya dengan lembut.
“Ah...” Wanda Li mendesah ringan, dia merasa cukup pusing, dan mengehela napas dengan berat dan cepat, kedua tangannya juga memeluk kepala Dedi Liu, hanya saja di mulutnya tetap mengeluarkan kata-kata: “Tidak..... Jangan......”
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaCinta Yang Dalam
Kim YongyiDark Love
Angel VeronicaGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraNikah Tanpa Cinta
Laura WangLove and Trouble
Mimi XuMy Greget Husband
Dio ZhengIstri kontrakku
RasudinLove and Trouble×
- Bab 1 Kunci Kamar
- Bab 2 Mengintip
- Bab 3 Merasakan Keanehan
- Bab 4 Suara dari Toilet
- Bab 5 Tidak Rela
- Bab 6 Bus Umum (1)
- Bab 7 Bus Umum (2)
- Bab 8 Proposal
- Bab 9 Mengobrol
- Bab 10 Makan Siang Perpisahan (1)
- Bab 11 Makan Siang Perpisahan (2)
- Bab 12 Musim Semi Tiba Kembali
- Bab 13 Daerah Terlarang
- Bab 14 Pergi Tanpa Pamitan
- Bab 15 Kewarasan dan Perasaan
- Bab 16 Lembur (1)
- Bab 17 Lembur (2)
- Bab 18 Target Lainnya
- Bab 19 Kesialan (1)
- Bab 20 Kesialan (2)
- Bab 21 Tertolong
- Bab 22 Terbangun
- Bab 23 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 24 Terlalu Beruntung
- Bab 25 Suara dari Dalam Kantor
- Bab 26 Dijaga dengan Sangat Baik
- Bab 27 Bajingan
- Bab 28 Suram
- Bab 29 Keluar Rumah Sakit
- Bab 30 Gosip
- Bab 31 Ada Rahasia Lain
- Bab 32 Selamat Malam (1)
- Bab 33 Malam (2)
- Bab 34 Malam (3)
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Semangat Tinggi
- Bab 37 Membunuh Tapi Mengangguk