Evan's Life As Son-in-law - Bab 36 Sniper
Ryan Fang sangat menjaga gengsinya, tapi hari ini malah ditampar di depan begitu banyak rekan kerjanya. Wajahnya memerah, sepasang mata memancarkan amarah, telapak tangannya mulai terkepal, tangannya sudah bergerak di bagian pinggang.
Orang di sekitar mulai menyadari keanehan, lalu saling bertatap-tatapan.
Naomi Li melihatnya dengan tatapan datar: "Kamu masih belum sanggup melawanku."
Kantor polisi memang merupakan markas wilayah Ryan Fang, tapi memangnya kenapa kalau begitu? Mau beradu secara keras? Sebanyak apa polisi di kantor polisi, Naomi Li pun mampu mengerahkan jumlah orang yang sama banyak dari Tim SWAT, orang-orang yang suka cari masalah itu pasti akan langsung datang ke sini dengan persediaan lengkap dalam satu panggilan. Naomi Li sama sekali tidak takut hal ini akan membesar, tapi entah apakah Ryan Fang bakalan takut atau tidak.
Raut wajah Ryan Fang sangat garang, kemudian mengeluarkan ponsel dan keluar, terlihat jelas dia menelepon untuk meminta bantuan.
Tidak lama kemudian, ponsel Naomi Li langsung berdering berulang kali. Dia pura-pura tidak mendengarnya, bahkan sama sekali tidak melihat siapa yang meneleponnya, membiarkan suara deringan ponsel terus berbunyi di dalam lorong yang sunyi.
Waktu berlalu menit demi menit dan detik demi detik, suasana masih tetap menegang, saat Evan Shen akhirnya keluar dari ruang tahanan, baru Naomi Li menghela napas lega.
15 menit, tidak terbilang lama, namun juga tidak termasuk singkat, setidaknya, tekanan yang ditanggung oleh Naomi Li dalam 15 menit ini sangat sulit untuk dibayangkan. Karena Direktur Departemen Liu baru saja meneleponnya, namun Naomi Li...... malah tidak mengangkat panggilan telepon dari polisi dengan pangkat tertinggi di Jiangdong.
"Tangkap!" Urat di kening Ryan Fang langsung muncul, suasana hatinya langsung meledak setelah melihat Evan Shen muncul.
"Kabareskrim Fang pintar juga, mengerti taktik menindas yang lemah, hal ini dari awal sampai akhir merupakan kesalahanku, bagaimana kalau kamu menangkapku?" Naomi Li menyindirnya.
Meskipun Ryan Fang sudah hampir mati kesal, tapi tetap masih berakal sehat, dia tahu apa saja yang sedang dipertanggung jawabkan oleh Naomi Li dalam beberapa hari ini, dalam situasi sekarang, jangankan dirinya, orang lain pun belum tentu berani menyentuhnya.
Karena sadar dia hari ini tidak bisa melampiaskan amarahnya terhadap Evan Shen, Ryan Fang jadi tidak berbicara lagi, langsung berlari ke ruang tahanan. Tapi Edward Lu yang merupakan saksi mata yang berada di dalam ruang tahanan masih duduk dengan baik-baik saja, dan terlihat sedikit kaget dan takut saat melihat Ryan Fang masuk dengan ekspresi galak.
Tadi pun sepertinya ada orang yang tak dikenalnya masuk ke dalam, sudah sepenuhnya lupa terhadap apa yang dibicarakan, kemudian pikirannya sedikit buyar, saat kembali membuka mata, Kabareskrim Fang langsung masuk ke dalam, Edward Lu bahkan mengira dia sedang bermimpi.
Oh, akhirnya kembali terpikirkan, dia adalah Kepala Bareskrim Polri tim kedua, Ryan Fang, juga merupakan orang yang perlu dia dekati saat ini.
"Apa kabar Kabareskrim Fang!" Edward Lu menganggukkan kepala dan membungkuk, terlihat bagaikan monyet dengan wajah yang penuh senyuman palsu.
"Tadi adakah orang yang melakukan sesuatu padamu?"
"Melakukan apa? Tadi memang ada orang yang masuk, tidak melakukan apa-apa kok!" Edward Lu bingung, meskipun suara gumamannya kecil, tapi orang di luar malah telah mendengarnya.
"Tidak mungkin, dia sudah masuk begitu lama, apa yang telah kalian bicarakan?
"Aku...... Aku tidak ingat, sepertinya tidak membicarakan apapun kok" Edward Lu mulai panik, dia sekarang masih merasa bingung, sikap Kabareskrim Fang ini sepertinya sedikit aneh, seakan-akan ingin menggunakan tatapan mata untuk membuatnya binasa.
"Kabareskrim Fang, kami sudah boleh pergi?" Meskipun Naomi Li sangat penasaran terhadap apa yang sebenarnya telah terjadi, juga merasa lega saat melihat situasi ini, dan meskipun dia percaya dengan Evan Shen, tapi masih saja merasa sedikit khawatir. Sekarang, dia sedikit penasaran bagaimana cara Evan Shen melakukannya, Naomi Li jelas-jelas ingat Evan Shen telah masuk ke dalam selama 15 menit.
Ryan Fang saat ini sama sekali tak berdaya, dia berniat untuk menahan Evan Shen dan menanyakannya dengan jelas, namun malah dilindungi oleh Naomi Li, sang pria sungguh tak berdaya. Tapi kalau membiarkan mereka berdua pergi begitu saja, Ryan Fang merasa dirinya akan benar-benar kehilangan muka.
Naomi Li sudah mendapatkan jawaban, makanya langsung menarik Evan Shen pergi dari sana.
"Evan, ingat jangan sampai jatuh ke tanganku, kalau tidak, aku pasti akan membuatmu menanggung akibatnya."
Tujuan Evan Shen sudah tercapai, jadi tidak perlu beromong kosong dengan Ryan Fang lagi, hanya menoleh dan tersenyum, lalu pergi dengan santai. Evan Shen memiliki kartu andalan, hanya saja dia tidak ingin menggunakannya dengan gegabah, kalau sampai dia menggunakannya, Ryan Fang pasti tidak akan berbicara dengan mengandung pengancaman terhadapnya seperti ini.
Setelah keluar dari kantor polisi, Naomi Li tidak meladeni Evan Shen. Naomi Li menyuruh sang pria duluan naik ke mobil, sedangkan dirinya berjalan jauh ke samping untuk diam-diam melakukan panggilan telepon.
Naomi Li tadi sengaja tidak mengangkat panggilan telepon dari atasannya demi bisa mengulur waktu, sekarang masalah sudah selesai, dia sebagai seorang bawahan sudah seharusnya melaporkan seluruh kejadian pada atasannya. Sifatnya sangat keras dan mudah marah, tapi tidaklah bodoh, kalau tidak, mana mungkin bisa menduduki posisi Kapten Detasemen SWAT Kota Jiangdong di usia semuda ini.
Evan Shen tidak mampu mendengar apa yang dikatakannya, tapi mampu menyadari raut wajah Naomi Li sudah memburuk, sepertinya pengaruh masalah hari ini baginya cukup besar.
Evan Shen merasa sedikit bersalah, dia sama sekali tidak mengira hal ini bakalan berkembang sampai tahap seperti ini, dia awalnya mengira kalau tidak ada halangan apapun, dengan mengandalkan identitas Naomi Li ini, seharusnya dia bisa bertemu dengan saksi mata kasus 8.13 dengan mudah, lagipula ini bukanlah sebuah kasus yang besar.
Tepat pada saat ini, Naomi Li mulai berjalan kemari dari kejauhan, terlihat merasa lega setelah selesai menelepon.
Evan Shen menghilangkan pemikirannya tadi, dan kembali tersenyum, membantali kepala dengan lengannya di pintu mobil dan melambaikan tangan sambil tersenyum: "Nanti malam ingin makan apa, akan kubalas jasamu baik-baik."
Naomi Li membalasnya dengan senyuman: "Aku sudah rugi besar demi masalah hari ini, jangan harap bisa membalasnya hanya dengan mentraktir makan saja, persyaratannya masih belum terpikirkan untuk saat ini, ke depannya saja baru kubilang."
Naomi Li bermaksud menolak ajakan makan Evan Shen, Evan Shen pun mengerti, sang wanita belakangan ini memang sangat-sangat sibuk.
Pergi membuka pintu mobil, saat hendak minggir untuk memberikan tempat bagi Naomi Li, Evan Shen tiba-tiba terlihat bagaikan tergigit ular berbisa, sepasang matanya sangat mengerikan. Karena sedetik saat pintu terbuka, Evan Shen sepertinya menyadari suatu pancaran sinar.
"Hati-hati!"
Sang pria tidak sempat mempertimbangkannya, bergerak dengan cekatan bagaikan macan tutul, menekan Naomi Li yang sedang mengangkat kaki hendak naik ke mobil.
Prang!
Di saat bersamaan, kaca jendela mobil pecah berkeping-keping, sebuah anak peluru meluncur masuk ke tempat duduk kulit.
Naomi Li langsung mengerti apa yang telah terjadi dalam waktu singkat, dia ditembak secara diam-diam. Target dari anak peluru tadi adalah kepalanya, tapi karena ditekan oleh Evan Shen, Naomi Li bahkan mampu melihat lintasan anak peluru di depan matanya, jarak anak peluru dengan lehernya Evan Shen sangat-sangat dekat.
Sang wanita berkeringat dingin, spontan melihat ke arah gedung tinggi di samping, karena anak peluru datang dari arah sana.
"Evan, kamu tidak kenapa-napa bukan?"
"Sialan!" Suara Evan Shen sangat dingin mengerikan, ini adalah pertama kalinya dia sangat ingin membunuh orang semenjak jadi veteran, suasana hati ini jauh lebih pekat dibandingkan saat di Yuandong hari itu.
Untung saja dirinya membuka pintu, untung saja bisa menyadari keganjilan dari pantulan sinar di jendela mobil, kalau tidak...... Naomi Li mungkin sudah mati sekarang, bahkan mati tanpa menyadari bahaya sama sekali, karena anak peluru dibidik ke arah kepalanya.
"Tunggu aku di sini." Evan Shen tak berekspresi apapun, langsung berdiri dengan cekatan, dan menghilang dari pandangan mata Naomi Li dalam sekejap.
Ada polisi yang kebetulan melihat kejadian di depan pintu, seketika langsung membunyikan alarm peringatan.
Melakukan penembakan terhadap Naomi Li di depan kantor polisi sudah bukan hanya keterlaluan, ini juga merupakan semacam sindiran terhadap pihak kepolisian, sama sekali tidak boleh diabaikan.
......
China Central Mall adalah gedung pusat perbelanjaan terkenal dalam wilayah ini, dengan ketinggian 18 tingkat, jumlah pengunjung per hari tak kurang dari puluhan ribu, apalagi kebanyakan adalah orang-orang kaya, dan sniper yang menembak Naomi Li tadi sedang bersembunyi di sana, mungkin tidak hanya seorang, karena sniper biasanya memerlukan bantuan dari penembak jitu saat melakukan penembakan dari jarak sejauh itu.
Jarak waktu yang telah berlalu dari tembakan berbunyi sampai Evan Shen masuk ke dalam mall hanya 13 detik.
Dalam 13 detik ini, Evan Shen telah memikirkan banyak hal. Pertama, kalau pelakunya hanya satu orang, maka ini benar-benar bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami, kecuali kalau pihak polisi menangkap semua orang dalam mall yang berjumlah puluhan ribu ini ke kantor polisi dan menginterogasi satu per satu, tapi ini tentu saja mustahil. Kalau pelakunya terdiri dari 2 orang atau lebih, maka dia akan lebih mudah menyadari jejak mereka.
Saat pikiran ini muncul, Evan Shen segera pergi ke basement.
Kamera pengawas biasanya berada di basement, basement mall adalah tempat parkiran mobil, ruang pengawasan kamera CCTV kemungkinan besar berada di basement 2.
Reaksi pihak polisi pun sangat cepat, karena takut pelakunya akan bertindak gegabah, 30 orang personil lebih langsung bergegas menerobos ke kerumunan lautan manusia, sepasang mata menerawang ke setiap orang yang mencurigakan, sisa polisi selebihnya masih terus bertambah masuk, seluruh pintu di sekitar gedung telah dikepung dengan ketat.
Tepat pada saat ini, Evan Shen telah tiba di basement 2, dan berhasil menemukan letak ruang pengawasan kamera CCTV dengan akurat, lalu menerobos masuk.
Saat ini hanya ada seorang security yang terlihat kantuk di depan begitu banyak layar dalam ruang pengawasan, saat melihat Evan Shen masuk, dia sontak terkejut, berkata: "Kamu siapa, memangnya ini tempat yang bisa kamu datangi, cepat keluar......"
Sebelum perkataannya selesai, dia malah mengangakan mulutnya dengan penuh ketakutan, sekujur tubuhnya gemetaran. Karena sebuah pistol sedang membidik ke arah kepalanya, ini adalah pistol QSZ-92 yang diambil Evan Shen dari bagian pinggang Naomi Li saat menekannya tadi.
"Aku adalah polisi, tidak akan melukaimu, seorang kriminal telah menyelinap ke dalam mall, mohon kerja samanya untuk membantuku menemukan mereka." Evan Shen terlihat sangat serius, sampai-sampai orang lain sama sekali tidak merasa curiga meskipun dia bukanlah seorang polisi.
Security langsung menganggukkan kepala: "Aku pasti akan membantumu, pasti akan membantu polisi memecahkan kasus."
Evan Shen menyimpan kembali pistolnya, sambil menerawang ke layar sejumlah 72 lebih, sambil menanyakan security.
Sang security sama sekali tidak berani menunda waktu: "Gedung mall ini memiliki 18 tingkat, kamera pengawas terbagi 4 wilayah di setiap lantai, kamera pengawas dalam 18 lantai ini sudah berada di 4 layar ini, dibagi berdasarkan wilayah timur, barat, selatan dan utara. Lantai 5 adalah supermarket, adalah tempat dengan jumlah pengunjung rata-rata terbanyak pada biasanya."
Evan Shen menghitung-hitung waktu, kalau dia adalah snipernya, dia pasti harus mencari lantai dengan pengunjung terbanyak untuk bisa menyelinap dalam kerumunan. Dan orang itu pasti tidak akan menaiki lift karena faktor waktu yang mepet, kemungkinan besar akan mengambil jalur tangga. Dari suara tembakan terdengar sampai Evan Shen masuk ke ruang pengawasan, waktu yang sudah berlalu sekitar selama 1 menit, kalau menghitung-hitung waktu bagi sniper untuk membereskan perlengkapan senapannya, ditambah waktu tempuh sang pelaku dalam menuruni tangga, Evan Shen langsung memusatkan pandangan matanya pada lantai 5, 6 dan 7.
Ternyata benar, sedetik kemudian, pintu tangga darurat lantai 5 bergerak, meskipun orang itu sengaja menghindari rekaman kamera pengawas, sehingga penampilannya secara keseluruhan tidak bisa terlihat jelas, tapi Evan Shen tetap saja mampu melihat dengan jelas mereka terdiri dari 2 orang, berjalan berbarengan, sosok mereka menghilang dari layar dalam sekejap.
Yang satunya memakai setelan jas abu-abu, yang satunya mengenakan pakaian olahraga, sama-sama merupakan pakaian yang biasa dikenakan pada umumnya, tapi cara mereka dalam berjalan yang begitu cepat malah jarang ditemui. Tidak ada benda apapun di tangan mereka, jelas senapan sniper tersebut telah dibereskan.
Sedetik kemudian, mereka berdua muncul dalam kamera pengawas di supermarket, yang satunya berada di tempat penjualan makanan daging-dagingan, yang satunya lagi di kawasan perabotan, yang satu di selatan, yang satu di utara, saling berjauh-jauhan, apalagi tangan mereka dari awal samar-samar terlihat diletakkan di bagian pinggang.
Saat ini, mereka berdua seharusnya sudah mulai merasa lega, selain wajah mereka yang tak diketahui jelas karena tidak menghadap ke kamera pengawas, Evan Shen sudah sepenuhnya mengingat sosok tubuh mereka berdua dengan jelas. Evan Shen meminta security pergi menekan lift khusus bagi pegawai, namun saat security kembali memanggilnya, Evan Shen sudah bergegas pergi ke supermarket lantai 5, karena tidak begitu yakin apakah dua orang sniper ini telah melihatnya saat menembak Naomi Li atau tidak, sebelum pergi, Evan Shen telah melepaskan jaketnya, dan hanya memakai kemeja.
Lantai 5, dua orang sniper itu mungkin sama sekali tidak menyangka lawan mereka sudah berhasil menemukan mereka dalam waktu sesingkat ini, saat ini, mereka berdua sedang berjalan santai di dalam supermarket, bersiap-siap bertindak sesuai keadaan, kalau pihak polisi bertindak secara besar-besaran, mereka akan menyandera seseorang. Kalau pihak polisi bertindak secara diam-diam, mereka berdua sangat yakin bisa keluar dengan menyelinap di antara kerumunan.
Novel Terkait
My Secret Love
Fang FangDemanding Husband
MarshallIstri Yang Sombong
JessicaMy Charming Wife
Diana AndrikaAfter The End
Selena BeeAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaEvan's Life As Son-in-law×
- Bab 1 Istri yang Baik
- Bab 2 Gelas Besar Dan Kecil
- Bab 3 Kesalahan yang Tak Terduga
- Bab 4 Masalah Besar di Bar Streets
- Bab 5 Rubah Betina
- Bab 6 4 Wanita Dalam Sebuah Drama (1)
- Bab 6 4 Wanita Dalam Sebuah Drama (2)
- Bab 7 Misi Kelas S
- Bab 8 Basement 2
- Bab 9 Memukul Adik Ipar
- Bab 10 Hubungan Ibu Mertua Dengan Menantu
- Bab 11 A, B, C, D
- Bab 12 Sebuah Kartu Bank
- Bab 13 Kemampuan Akting Alena Liu
- Bab 14 Jabatan Tangan Yang Sangat Lama
- Bab 15 Menantu Yuandong's Corp.
- Bab 16 Dunia Sangat Luas, Namun Dia Bertemu Dengannya Di Sini
- Bab 17 Di Depan Ada Lubang Jebakan, Apakah Kamu Akan Melompat Masuk
- Bab 18 Maaf, Aku Tidak Melihatmu Tadi
- Bab 19 Ketajaman
- Bab 20 Cara Bertarung Para Preman
- Bab 21 Hati Sedingin Besi
- Bab 22 Singa dan Tikus
- Bab 23 Foto-foto
- Bab 24 Aturan
- Bab 25 Saling Memutar Balikan Fakta
- Bab 26 Pak Pak Pak Pak Pak
- Bab 27 Kekuatan Jari Tangan Indah yang Kuat Tiada Tara
- Bab 28 Istriku, Tidurlah Kalau Kantuk
- Bab 29 The Wrong Couples
- Bab 30 Golden Jade Tower
- Bab 31 Darius Shi
- Bab 32 Apa Ini Penculikan (1)
- Bab 32 Apa Ini Penculikan (2)
- Bab 33 Tembak Aku
- Bab 34 Pertimbangkan Aku Setelah Bercerai
- Bab 35 Lelaki Sejati dan Istri Penurut
- Bab 36 Sniper
- Bab 37 Perasaan Dalam Ciuman Itu