Evan's Life As Son-in-law - Bab 22 Singa dan Tikus
Ada orang yang merasa tegang akibat suara tembakan ini, pada saat ini, Zoey Liu, Nolan Li dan yang lainnya yang sedang mengkhawatirkan Evan Shen, terutama Zoey Liu, dia berekspresi putus asa, mulut terbuka namun tak berbicara. Ada juga orang yang merasa lega akibat suara tembakan ini, berakhir sudah, semuanya sudah berakhir, akhirnya orang yang bagaikan seorang iblis ini mati juga, dan mereka tidak lagi perlu menanggung tekanan semacam ini lagi.
"Berhenti!"
"Berhenti!"
Mason Sun dan Naomi Li tiba di waktu yang hampir sama, Naomi Li merasa marah sampai matanya melotot tajam, dia tidak sempat membawa personelnya, makanya duluan bergegas ke sini seorang diri, tapi tetap saja terlambat, pistol telah ditembakkan. Mason Sun juga menerima telepon dari First Division, dan sudah menduga masalah di sini akan menjadi gawat, tapi tidak pernah menyangka situasinya berada jauh diluar dugaannya. Benar, berada di luar dugaan, suara jeritan berbunyi di mana-mana, darah segar berlumuran di sekitar, dan orang yang berdiri rata-rata pada gemetaran, seluruh tatapan mata mereka tertuju pada seseorang——Evan Shen, seseorang yang biasanya tidak pernah diperhatikan.
Benar, pistol telah ditembakkan, tapi Evan Shen masih berdiri.
Reaksi Mason Sun sangat cepat, tapi ada orang lain yang reaksinya jauh lebih cepat darinya, Naomi Li lari secepat kilat ke sana dan merampas senjata api yang meluncurkan tembakkan dan mengakibatkan suasana menegang dari tangan sang bodyguard, dia yang sepasang matanya memerah sudah melupakan segala aturan, sepasang tangannya bergerak dan memukul bodyguard itu dengan keras hingga memar, lalu mencengkram rambutnya dan melemparkannya ke sandaran tangan yang ada di samping.
"Evan, kamu tidak apa-apa bukan!" Naomi Li berlari ke arah Evan Shen, dia sangat jarang kehilangan kendali, terus memeriksa tubuh Evan Shen dari atas sampai bawah dengan teliti, takut benar-benar menemukan luka di tubuh Evan Shen.
Dia tadi jelas-jelas melihat bodyguard itu telah membidik ke arahnya dan menembak, dalam selang waktu tersebut, otak Naomi Li menjadi hampa, sangat sedikit orang yang bisa mengerti kenapa hubungannya dengan Evan Shen dari dulu hingga kini begitu baik, tapi saat mereka memiliki pengalaman di mana ada pria yang sudah berada di sisi dari kecil hingga besar, mereka pasti akan mengerti perasaan saling percaya dan saling rela melakukan segala pengorbanan antar satu sama lain yang tidak kalah dari hubungan keluarga dan kekasih semacam ini. Apalagi Evan Shen adalah satu-satunya sahabat karib Naomi sejak kecil.
Evan Shen mengangkat kaki, di daerah belakang yang tak jauh kakinya terdapat sebuah lubang yang dalam, anak peluru mendarat di sana. Ternyata di bawah situasi kehilangan kendali, sang bodyguard tadi sudah sepenuhnya kehilangan keakuratan yang biasanya dia miliki, tapi, kalaupun dia bisa membidiknya dengan akurat, dia belum tentu bisa melukai Evan Shen. Pistol, bukanlah senjata yang serba bisa, karena akan ada pergerakan sebelum menembak, yaitu menggerakkan pelatuk pistol, bahkan arah pistol bisa membuat Evan Shen duluan memperkirakan apakah ini akan berbahaya baginya atau tidak, ataupun pantaskan dia duluan melakukan penghindaran atau tidak.
"Bagus kalau tidak kenapa-napa, bagus kalau tidak kenapa-napa!" Naomi Li merasa senang, lalu memeluknya.
Alis Evan Shen berkerut, saat tubuh Naomi Li mendekat, hampir tidak ada satu pun bagian tubuhnya yang tidak merasa sakit. Sang pria telah melukai banyak orang, tapi di saat bersamaan, dirinya juga telah menerima banyak pukulan, hanya saja dia jauh lebih bisa menahan rasa sakit dibandingkan orang biasa.
Setelah memastikan Evan Shen tidak kenapa-napa, Naomi Li maju dan menutup pintu kamp pelatihan khusus dengan ekspresi datar, mengambil kursi dan duduk di pintu, berkata: "Sebelum polisi datang, siapa pun tidak boleh melakukan panggilan telepon, juga tidak boleh keluar."
Diam seribu bahasa, tidak ada seorang pun yang berani membantah.
Ada sebuah legenda tentang Naomi Li di kalangan SWAT, Kapten Detasemen SWAT Kota Jiangdong biasanya selalu dijabat oleh laki-laki, Naomi Li adalah orang pertama yang menduduki kedudukan ini dengan identitasnya sebagai seorang perempuan, apalagi dia meraihnya dengan mengandalkan kemampuannya sendiri.
Raut wajah Mason Sun tidak begitu baik, First Division adalah gengsinya, sekarang dia merasa sangat kehilangan muka, seakan-akan telah ditampar oleh orang lain dengan keras.
Sang pria mendekat untuk berkompromi: "Ketua Li, orang yang terluka di sini sangat banyak, aku rasa perlu segera membawa mereka pergi ke rumah sakit sekarang juga. Apalagi ini adalah rumahnya Raja Jiangdong, tidakkah kamu sedikit keterlaluan......"
Meskipun dari luar terlihat sedang berkompromi, tapi nada bicara Mason Sun sangat tegas, tapi dia memang berhak seperti ini, karena Mason Sun memiliki relasi dengan petinggi di kepolisian, makanya dia tidak perlu merendahkan diri di hadapan Naomi Li.
"Instruktur Sun, aku adalah seorang polisi, memiliki hak untuk menyelidiki seluk beluk permasalahan ini. Mengenai orang yang terluka, aku telah menelepon meminta bantuan, pihak 120 (nomor ambulans China) sebentar lagi akan tiba. Kuulangi sekali lagi, siapa pun tidak boleh keluar sebelum pihak polisi tiba, termasuk kamu, Instruktur Sun."
"Kalau orang yang terluka sampai kenapa-napa, kamu bisa mempertanggung jawabkannya?" Nada bicara Mason Sun semakin tegas, sepasang matanya sangat tajam.
"Aku mampu mempertanggung jawabkannya atau tidak bukan ditentukan olehmu." Naomi Li berdiri, sangat tegas. Sang wanita melihat Mason Sun dengan ekspresi wajah sedingin es, tidak mengalah sedikit pun.
"Baik baik baik, aku akan segera menghubungi atasanmu sekarang juga, kuperlihatkan padanya betapa arogannya bawahannya."
"Maaf, Instruktur Sun, aku tadi sudah bilang, dilarang menelepon dan keluar sebelum pihak polisi tiba, telingamu sudah rusak atau aku yang mengatakannya dengan kurang jelas?" Naomi Li mengeluarkan pistol dan menghantamkannya ke atas meja.
Wajah Mason Sun terkadang menjadi garang, terkadang memerah, telapak tangannya terkepal dan kembali melonggar, berkata dengan kesal: "Akan kubicarakan hal ini dengan atasanmu baik-baik."
Nada bicaranya ini dengan jelas menandakan dia sudah mengalah, Naomi Li hanya tersenyum dingin dan tak mengatakan apapun.
Zoey Liu saat ini sedang melamun, entah sedang memikirkan apa, saat melihat Evan Shen masih selamat, dia awalnya juga ingin menghampirinya, tapi saat menyaksikan hubungan Evan Shen dan Naomi Li yang seakrab itu, langkah kakinya terhenti, terlebih lagi saat melihat Naomi Shen membantu Evan Shen mencari keadilan secara terang-terangan, hatinya entah kenapa malah merasa sangat tidak senang.
"CEO Liu, masalah ini tidak boleh diperbesarkan, kalau sampai pihak polisi ikut campur, takutnya ini akan menjadi permasalahan besar bagi Anda." Maya Yin berangsur menjadi tenang, lalu segera memperingati Zoey Liu.
Zoey Liu tersenyum canggung, lalu melihat Evan Shen yang sudah menemukan tempat untuk duduk di kejauhan sana sekilas, mana mungkin dia tidak tahu apa yang dikatakan oleh Maya Yin itu memang benar, para dewan direksi dari awal sudah menentangnya menjabat posisi CEO sementara perusahaan, hanya saja wewenang ayahnya sangat besar, dan telah menekan berbagai pertentangan. Tapi para dewan direksi tetap tidak terima, selalu saja ingin mencari letak kesalahannya, dia mampu membayangkan apa nasibnya nanti setelah masalah tentang First Division tersebar. Jangankan sebagai CEO sementara, kalaupun dia sudah menjadi CEO yang sesungguhnya, dia tetap tidak akan bernasib baik setelah terjadi masalah segawat ini dalam perusahaan, apalagi tokoh utama dari permasalahan ini adalah suaminya sendiri.
Melihat Zoey Liu tidak menanggapinya, Maya Yin berjalan ke arah Evan Shen setelah merasa ragu sekian lama.
Terlihat jelas, Evan Shen mungkin adalah kunci utama dalam permasalahan ini, karena polwan bermarga Li itu sepertinya sangat perhatian terhadapnya.
"Ev...... Evan, bisa tidak kamu menyuruh Polisi Li jangan ikut campur dalam hal ini, ini merupakan masalah besar bagi CEO Liu."
Setelah memberanikan diri, Maya Yin berusaha tersenyum saat berdiri di hadapan Evan Shen. Sebelumnya-sebelumnya, Maya Yin masih memiliki perasaan benci ataupun perasaan lainnya yang rumit saat berhadapan dengan Evan Shen, tapi dia yang sekarang hanya mampu merasakan ketegangan, setelah menyaksikan penampilan Evan Shen yang dingin dan sadis tadi dengan mata kepalanya sendiri, Maya Yin mulai merasa takut terhadap Evan Shen, kalau bukan karena masalah ini benar-benar tidak boleh tersebar, Maya Yin mana mungkin berani datang mendekat.
Mental Evan Shen sekarang masih labil, tadi tidak terlihat jelas karena berada di bawah pengaruh kondisi yang tegang, sekarang bisa duduk dengan stabil sudah cukup bagus. Setelah mengamati Maya Yin yang terlihat tidak tenang itu, dia bersandar pada sofa dengan tangannya tanpa disadari orang lain, menggelengkan kepala dengan perlahan: "Mendapat hukuman setelah melakukan kesalahan adalah hal yang wajar, Ivan harus menebusnya, bodyguard yang melakukan tembakan juga harus menebusnya." Masih ada satu kalimat yang tidak diucapkannya, aura permusuhan Ivan Han terhadapnya terlalu terang-terangan, pasti ada yang memerintahkannya dari balik layar, Evan Shen harus meminjam bantuan Naomi Li untuk menemukan dalang di baliknya.
"Hukuman, coba lihat mereka, memangnya hukuman ini masih belum cukup?" Maya Yin menunjuk sekelompok orang yang tersungkur di lantai dengan emosi, saat ini, jiwa dan raga mereka semua telah mengalami cacat, semuanya sama-sama terlihat putus asa, terkadang akan meringis.
"Mereka ingin membunuhku!" Raut wajah Evan Shen menjadi dingin, Evan Shen sebenarnya sudah sangat mentoleransi mereka, dia awalnya bisa saja membuat semua orang ini tidak lagi mampu meneriakkan rasa sakit dengan mudah. Tapi di mata orang lain, dia tetap terkesan keterlaluan, dan tidak pernah ada orang yang mempertimbangkan apa nasib Evan Shen nantinya jika dia tidak melakukan perlawanan pada situasi seperti itu, 50 orang lebih, hanya menginjaknya pun bisa membuatnya tewas.
Maya Yin terbungkam, dia menghentakkan kaki, hendak kembali berkata tapi malah dihalangi oleh Zoey Liu yang datang menghampiri.
Zoey Liu berkata: "Yang dikatakan Evan memang benar, salah ya salah, tidak ada gunanya ditutupi, lebih baik menghadapinya secara terbuka."
"CEO Liu, omong kosong apa kamu, masalah ini sudah bukan hanya masalahmu seorang, ini sudah melibatkan apakah citra Yuandong secara keseluruhan akan terpengaruh atau tidak." Mason Sun pun mendekat pada saat seperti ini, dia membantah saat mendengar Zoey Liu berkata seperti itu. Diam sejenak, lalu berkata sambil melihat Evan Shen: "Kamu adalah menantunya Keluarga Liu, masalah ini pun menjadi besar gara-gara kamu, aku rasa kamu seharusnya mengambil inisiatif untuk maju dan menurunkan pengaruh masalah ini sekecil mungkin."
Nada bicaranya sangat aneh, seakan-akan Evan Shen memang sudah seharusnya menuruti perkataannya, kalau tidak menurutinya, maka Evan Shen akan menjadi orang yang tak pengertian, tidak mempedulikan Keluarga Liu, tak tahu diri."
"Instruktur Sun, aku rasa kamu sudah salah paham. Membesar masalah ini bukan gara-gara aku, melainkan karena First Division. Kalau tidak salah ingat, kamp pelatihan khusus seharusnya berada di bawah pengawasanmu, tapi aku rasa, orang secerdik Wakil Instruktur Han pasti sudah duluan mematikan kamera pengawas sebelum bersiap-siap melanggar aturan, bagaimana kalau kau coba melihat dan menanyakannya sejenak ke ruang pengawasan kamera."
Mason Sun terbungkam, dia tentu saja tahu taktik-taktik yang biasa digunakan First Division saat bertindak, hanya saja dia selalu menutup sebelah matanya terhadap hal-hal seperti ini, sekarang malah dikuak oleh Evan Shen, namun gumpalan emosinya malah tak bisa dia lampiaskan, sesaat kemudian baru menghela napas kesal dan berkata: "Sekarang semuanya sudah terjadi, hal utama yang seharusnya dipikirkan sekarang harusnya adalah bagaimana cara mengatasinya."
"Penanganannya sangat mudah, keterlibatan pihak polisi belum tentu merupakan hal buruk, paling tidak hanya akan menahan beberapa dalang utamanya saja, memangnya bakalan ada pengaruh apa terhadap Yuandong? Apalagi ini merupakan sebuah hal yang baik, setidaknya, kalau para parasit ini menetap di Yuandong, mungkin saja nantinya bakalan memberikan pengaruh buruk yang lebih besar. Jangan-jangan Instruktur Sun tidak merelakan bawahanmu sendiri ya, kamu bukanlah benar-benar mempertimbangkan hal ini demi Yuandong." Nada bicara Evan Shen terdengar serius dan datar, tapi ucapan yang keluar malah bagaikan sebilah pisau yang menancap ke dalam jantung Mason Sun.
Mason Sun sudah terbiasa dihormati orang lain, terbiasa disanjung tinggi-tinggi, tapi saat ini malah mendengar Evan Shen berbicara dengannya seperti ini. sesaat kemudian dia berkata sambil tertawa sinis "Aku tidak ingin berdebat denganmu, aku akan membahas hal ini dengan Dirut sendiri. CEO Liu, aku harap kamu juga bisa membahas bagaimana cara penyelesaian masalah ini dengan Dirut."
Zoey Liu merasa kesal, maksud ancaman di balik ucapan Mason Sun sangatlah jelas, kalau bawahannya kenapa-napa, dia pasti tidak akan berdiam diri saja, nantinya, sang pria pasti tidak akan memedulikan nama baik Yuandong.
"Terserah Instruktur Sun saja, masalah ini sudah berada di luar wewenangku." Zoey Liu setidaknya sudah menduduki posisi CEO cukup lama, kharismanya tidaklah kalah, saat ini, auranya bahkan terlihat sangat pekat.
"Baik, baik, hebat juga kalian, kita lihat saja nanti."
"Instruktur Sun, tanpa perlu menunggu nanti, bisakah kamu langsung membuatku melihat apa yang bisa kamu lakukan sekarang juga? Sama seperti para sobat bodyguardmu tadi itu."
Suara Evan Shen tidak keras, tapi semua orang malah kebetulan telah mendengarnya, seketika suasana menjadi hening.
Mason Sun, seseorang yang selalu merasa angkuh, bodyguard andalan nomor 1 di Yuandong dan bahkan senasional, kemampuannya tiada tara. Dia tidak hanya bagaikan seorang dewa di First Division, juga telah menjadi legenda di Yuandong, tapi sekarang malah ada orang yang berani menantangnya secara langsung. Meskipun tidak menyatakannya dengan jelas, tapi maksud peremehan terhadap Mason Sun dari balik ucapannya itu, orang bodoh pun mampu menyadarinya.
Kalau pada dulunya, para bodyguard mungkin bakalan menjadi girang, merasa ini merupakan lelucon besar, dan akan menyindir Evan Shen bisa mengatakan ucapan ini karena otaknya bermasalah. Tapi sekarang...... saat melihat orang-orang yang terbaring di lantai, dan mengingat ekspresi wajah Evan Shen tadi, mereka menyadari Evan Shen benar-benar memiliki hak mengatakan ucapan semacam ini, dan hasil akhir sangat sulit ditebak. Meskipun tidak begitu tahu seberapa hebatnya kemampuan Instruktur Sun, tapi mereka yakin, dia pasti tidak bisa melakukan hal seperti yang dilakukan Evan Shen tadi, membuat nyali 50 orang lebih bodyguard yang terlatih menjadi gentar seorang diri.
Mason Sun membalikkan badan, senyuman di wajahnya sirna, berkata dengan sinis: "Ada banyak orang yang pernah menantangku, tapi mereka semua gagal tanpa ada satu pun yang terkecuali. Memangnya kamu ingin menantangku dengan mengandalkan apa, duduk atau berdiri saja harus ditopang dengan tangan, ataupun mengandalkan tenagamu yang hanya tersisa 1/10."
"Mengandalkan kamu yang tidak terima akan kekalahan, karena kamu sendiri pun tahu, seekor singa yang lemah pun tetap bukanlah sosok yang bisa ditaklukkan oleh seekor tikus." Naomi Li berjalan mendekat, berdiri di samping Evan Shen, menyatakan posisinya dengan terang-terangan, sebelum identitasnya diperlihatkan keluar, dia adalah temannya Evan Shen tanpa ada batasan persyaratan apapun, hanya sekedar itu saja.
"Hahaha, aku tidak bisa menerima kekalahan." Amarah Mason Sun meningkat, pengandaian tikus dan singa membuatnya naik pitam.
Ekspresi wajah Naomi Li malah tidak berubah, ucapannya begitu tajam dan langsung menusuk hati: "Apapun tindakan yang kamu lakukan, semua hanya sekedar menutupi rasa takutmu saja, karena kamu tidak pernah berani menerima tantangan ini."
Para bodyguard mulai menyadari tatapan mata Mason Sun sudah mulai aneh, perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang yang sudah lama mereka anggap sebagai dewa ini memang mirip seperti yang dideskripsikan Naomi Li, sang pria sedang menghindar. Detik ini, entah sudah berapa banyak bodyguard yang selalu berpegang teguh terhadap keyakinan mereka mulai mengalami kegoyahan.
Tepat pada saat ini, suara sirine mobil polisi dan ambulans yang menusuk mulai terdengar.
Kerumunan orang menjadi kacau, membuat Mason Sun yang sedang berada di ujung tanduk menghela napas lega, juga bisa keluar dari kondisi canggung ini, dia segera memerintahkan bawahannya untuk mengurus orang-orang yang terluka, seakan-akan tidak pernah mendengar ucapan Naomi Li, juga tidak menyadari tatapan aneh dari banyak orang, terlebih lagi tidak memedulikan tantangan dari Evan Shen yang terdengar seperti sebuah pelecehan.
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaEternal Love
Regina WangCinta Yang Berpaling
NajokurataNikah Tanpa Cinta
Laura WangDewa Perang Greget
Budi MaBaby, You are so cute
Callie WangEvan's Life As Son-in-law×
- Bab 1 Istri yang Baik
- Bab 2 Gelas Besar Dan Kecil
- Bab 3 Kesalahan yang Tak Terduga
- Bab 4 Masalah Besar di Bar Streets
- Bab 5 Rubah Betina
- Bab 6 4 Wanita Dalam Sebuah Drama (1)
- Bab 6 4 Wanita Dalam Sebuah Drama (2)
- Bab 7 Misi Kelas S
- Bab 8 Basement 2
- Bab 9 Memukul Adik Ipar
- Bab 10 Hubungan Ibu Mertua Dengan Menantu
- Bab 11 A, B, C, D
- Bab 12 Sebuah Kartu Bank
- Bab 13 Kemampuan Akting Alena Liu
- Bab 14 Jabatan Tangan Yang Sangat Lama
- Bab 15 Menantu Yuandong's Corp.
- Bab 16 Dunia Sangat Luas, Namun Dia Bertemu Dengannya Di Sini
- Bab 17 Di Depan Ada Lubang Jebakan, Apakah Kamu Akan Melompat Masuk
- Bab 18 Maaf, Aku Tidak Melihatmu Tadi
- Bab 19 Ketajaman
- Bab 20 Cara Bertarung Para Preman
- Bab 21 Hati Sedingin Besi
- Bab 22 Singa dan Tikus
- Bab 23 Foto-foto
- Bab 24 Aturan
- Bab 25 Saling Memutar Balikan Fakta
- Bab 26 Pak Pak Pak Pak Pak
- Bab 27 Kekuatan Jari Tangan Indah yang Kuat Tiada Tara
- Bab 28 Istriku, Tidurlah Kalau Kantuk
- Bab 29 The Wrong Couples
- Bab 30 Golden Jade Tower
- Bab 31 Darius Shi
- Bab 32 Apa Ini Penculikan (1)
- Bab 32 Apa Ini Penculikan (2)
- Bab 33 Tembak Aku
- Bab 34 Pertimbangkan Aku Setelah Bercerai
- Bab 35 Lelaki Sejati dan Istri Penurut
- Bab 36 Sniper
- Bab 37 Perasaan Dalam Ciuman Itu