Rahasia Istriku - Bab 17
Bab 17
"Jadi maksudmu, mereka mengetahui keberadaanmu?"
"Seharusnya tidak mungkin, aku sangat berhati-hati sepanjang jalan." Nada suara Winny ragu-ragu, dalam sekejap kembali berubah menjadi yakin. "Kamu tidak tahu bagaimana aku berdandan malam ini, mungkin bahkan ibuku tidak bisa mengenaliku, apalagi dia."
"Baiklah, sepertinya aku harus pergi ke situ." Yudi memandang ke sebuah vila beratap merah di kejauhan, kucing liar seksi pernah mengatakan kepadanya, itu adalah tempat yang digunakan oleh para kru untuk memgambil gambar. "Tadi aku berbicara agak kasar, jangan kamu ambil hati."
"Tidak masalah, aku bisa mengerti. Oh iya, kamu bilang kamu mau pergi kemana?"
"Maaf, sebelumnya aku tidak memberitahumu, sebenarnya aku sudah tahu tempat di mana Taman Eden melakukan siaran langsung. Sekarang istriku hilang secara misterius, aku curiga kemungkinan besar dia datang ke sini untuk melakukan siaran langsung, jadi aku harus masuk dan menemukannya."
"Mengapa kamu menutupinya dariku?" Winny berkata dengan marah.
"Jika kamu tahu, kamu pasti akan mencari cara untuk masuk, tapi tempat ini terlalu berbahaya, tidak cocok untuk anak perempuan."
"Apakah ada yang pernah mengatakan bahwa kamu sangat chauvinistik?"
"Tidak, kamu yang pertama." Setelah selesai berbicara, Yudi langsung menutup telepon.
Dia datang ke depan pintu vila, dua penjaga keamanan keluar dari bilik keamanan, menilainya beberapa saat, bertanya apakah dia bernama Yudi, dia mengangguk dan mengakui, kemudian penjaga keamanan menggunakan interkom mengucapkan beberapa kata, lalu membuka pintu.
Yudi berjalan di sepanjang jalan yang berliku, sampai di pintu depan vila beratap merah, dengan pelan mengetuk pintu sebanyak tiga kali, setelah beberapa saat, pintu terbuka. Berdiri di belakang pintu adalah dua gadis kelinci seksi yang cantik, keduanya membungkuk dan mengatakan bahwa Tuan Yudi disambut di Taman Eden.
"Bagaimana kalian bisa tahu kalau itu aku, tidak takut jika ada orang yang menyamar?" Dalam perjalanan ke lantai atas, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada dua gadis kelinci yang memimpin jalan.
"Tentu saja tidak, kakak kucing sudah menunjukkan fotomu kepada kami." Salah satu gadis kelinci itu menjawab.
Dia dibawa masuk ke sebuah kamar besar seperti auditorium, ada beberapa anggota staf mengatur alat peraga di panggung berbentuk semi-lingkaran, ada lebih dari selusin pria yang duduk di bawah panggung.
"Tuan tunggu sebentar, Rose masih di jalan, tapi akan segera tiba." Gadis kelinci itu memberi penjelasan pada Yudi, kemudian membungkuk hormat keluar dari kamar.
Setelah mendengarkan ini, suasana hati Yudi menjadi semakin tertekan, bagaimanapun Rani menghilang dari Hotel Star beberapa menit yang lalu, jika dia benar-benar adalah Rose, jadi justru dia sedang berada di jalan.
Pada saat ini, seorang pria gemuk paruh baya tersenyum berjalan ke arahnya, menepuk-nepuk bahu Yudi. "Hei, teman, pendatang baru?"
Yudi mengangguk, pria gemuk itu menilai ekspresinya, melihat kesedihan di antara alisnya. "Hei, kamu sepertinya tampak tidak senang?"
"Tidak ada, aku hanya sedikit gugup."
Pria gendut itu tertawa, lalu merangkul bahunya, berjalan ke arah sofa. "Pendatang baru, ketegangan tidak bisa dihindari, bisa dimengerti. Kuberitahu padamu, saat aku pertama kali menggauli wanita di atas panggung malah keluar dengan sangat cepat, benar-benar memalukan."
Pria gemuk paruh baya ini sangat banyak bicara, mengambil inisiatif untuk mengatakan banyak hal mengenai Taman Eden. Yudi tidak bisa tidak bertanya-tanya, apakah pria gemuk ini juga pernah menggauli istrinya?
"Kak, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, apa kamu mengenal Rose?" Yudi pura-pura bertanya dengan sangat santai.
"Rose, tentu saja aku mengenalnya, gadis itu benar-benar energik." Begitu mendengar nama Rose, pandangan mata pria gendut itu bersinar kegirangan, dia berkata dengan terang-terangan tentang masa lalu bagaimana dia memainkan Rose. "Aku berkata kepadamu, menggauli Rose dari belakang benar-benar sangat memuaskan, nanti kamu harus mencobanya."
Mendengarkan penjelasan dari pria gendut ini, di pikiran Yudi muncul bayangan ketika istrinya digauli oleh si gendut ini, dan juga terdapat adegan cabul lainnya, dia mencoba dengan sekuat tenaga, baru bisa menahan dorongan untuk tidak memukuli wajah pria gemuk itu.
Sekarang bukan waktunya, harus menunggu hingga orang licik itu muncul, dia berpikir demikian.
Set di atas panggung sudah diatur, kasur springbed, meja rias, lemari pakaian, dan juga kamar mandi kaca yang terletak di sudut, menciptakan suasana kamartidur.
Setelah beberapa saat, tirai itu perlahan turun. Ketika tirai dibuka kembali, cahaya lampu di panggung telah berubah menjadi warna kuning temaram, di dalam dinding kamar mandi kaca, muncul punggung seorang wanita.
Wanita ini adalah Rose.
Wanita itu mulai menanggalkan pakaian secara perlahan-lahan, pertama-tama dia melepaskan kamisol dan rok pendeknya, lalu menarik pintu terbuka, melemparkan pakaiannya ke bawah panggung yang menyebabkan beberapa pria berebut.
Yudi menatap sosok tubuh wanita itu tanpa berkedip, jika hanya melihat tubuhnya, benar-benar persis sama dengan Rani. Dia mengepalkan tinjunya, berdoa agar wanita itu segera memperlihatkan wajahnya, tetapi pada saat yang sama dia juga takut melihat wajah asli wanita itu.
Wanita ini jelas memahami psikologi pria, makin tidak bisa didapat makin indah. Dari awal hingga sekarang, dia tidak pernah memalingkan wajahnya, tetapi perlahan-lahan menanggalkan bra, meninggalkan sosok yang membuat pria yang ada di bawah panggung bergairah.
"Hei, apa kamu sudah membaca naskahnya?"
"Ya, aku sudah membacanya." Yudi teringat pada naskah yang dikirim oleh kucing liar seksi. Pemeran utama wanita sedang mandi di rumah, para perampok memasuki rumah untuk merampok, tetapi melihat bahwa wanita itu seksi dan cantik, jadi dia diperkosa.
"Baguslah, tunggu ketika Rose mulai mandi, kita akan naik, kamu jangan terlalu tidak sabaran." Pria gendut itu berkata sambil menyeringai.
Akhirnya, wanita itu mulai melepas celana dalamnya.
Ketika wanita itu melepas celana dalamnya sampai ke pahanya, Yudi hanya merasa jantungnya tiba-tiba meledak, darah mengalir ke kepalanya. Dia tidak mengatakan apa-apa, langsung bergegas naik ke panggung.
Karena dia melihat tato kupu-kupu hitam di pinggul kanan wanita itu, sama persis dengan yang ada di pinggul kanan Rani.
Yudi membuka pintu kaca kamar mandi, wanita itu menjerit. Kemudian, dia menampar wajah wanita itu, tubuh wanita itu terjatuh ke belakang, rambutnya yang tergerai juga berkibar ke belakang, memperlihatkan wajah yang sangat cantik.
Pada saat yang sama, Winny dengan kesal meletakkan ponselnya. Dia mengirim puluhan pesan pada Yudi secara berturut-turut, bertanyapadanya posisinya saat ini, tetapi tidak ada respon, ponselnya juga tidak ada yang menjawab.
Masalah penculikan sebelumnya, telah membuatnya merasakan betapa mengerikannya Taman Eden. Jika Yudi melihat Rani di Taman Eden, pasti akan menyebabkan konflik, lalu bagaimana Yudi seorang diri melawan sekelompok penjahat itu?
Dia mengerutkan kening, meletakkan kedua tangannya di roda kemudi, mencoba mencari cara untuk mengatasiya. Tiba-tiba, dia teringat sebelum Yudi menutup telepon, terdengar suara lonceng gereja berbunyi.
Lonceng-lonceng itu bersuara rendah tapi jelas, tanpa jeda, terus menerus, seolah-olah bagai ombak yang tumpang tindih, dari jauh hingga dekat. Itu adalah suara lonceng Gereja Katolik ketika melakukan misa.
Winny adalah penduduk asli Kota H, dia tahu bahwa ada tiga Gereja Katolik di Kota H. Satu terletak di dekat lingkungan lama, di situ sering terdapat Ibu-ibu yang sering menari, jadi grup Taman Eden tidak mungkin memilih untuk melakukan syuting di sana; satu lagi sudah ditinggalkan, jadi tidak mungkin ada orang yang membunyikan lonceng; Gereja yang tersisa adalah yang terletak di sekitar Komunitas Internasional Heaven, ini adalah area vila, jarang ada orang, jarak antara bangunan sangat jauh, bahkan jika ada masalah pun tidak mudah menarik perhatian.
Jadi jawabannya sudah jelas, grup Taman Eden pasti tersembunyi di Komunitas Internasional Heaven.