Rahasia Istriku - Bab 9
Bab 9
Yudi terkejut beberapa saat, kemudian dengan cepat bertanya: "Apa hubunganmu dengannya?"
Rani menghela napas panjang, tersenyum dengan pahit. "Hanya hubungan sebatas teman sekelas."
Yudi tidak berbicara, hanya menatapnya dengan dingin, menyatakan keraguan dengan pandangan matanya. Rani ragu sejenak, kemudianlanjut mengatakan: "Selain teman sekelas, juga bisa dianggap sebagai musuh."
Selanjutnya, Rani menatap bulan sabit yang terlihat dari jendela,menceritakanpada Yudi mengenai masa kuliahnya dulu.
Ketika Rani adalah mahasiswa tahun kedua, dikarenakan dia membantu teman sekamarnya Winny berkali-kali, hubungan mereka makin lama makin erat, akhirnya menjadi sahabat baik. Sedangkan pacar Winny adalah Kevin, jadi beginilah dia dan Kevin saling kenal.
Kevin adalah seorang penggemar fotografi. Suatu kali, dia mengundang Rani untuk menjadi model fotografinya, Rani berulang kali memastikan bahwa itu hanyalah sesi fotografi biasa, bukan model telanjang, dan dia setuju. Hanya saja dia khawatir Winny salah paham, jadi dia tidak memberitahunya.
Sesi proses fotografi berjalan sangat lancar, Kevin juga bersikap sangat gentle, namun setelah selesai, Kevin malah berlaku tidak seperti biasanya dan memutar film mesum, bahkan mulai bertindak macam-macam padanya.
"Apa yang terjadi kemudian?" Yudi bertanya dengan gugup, buku jari-jarinya berbunyi karena dijepit olehnya.
"Aku dengan tegas menolaknya, tetapi pada saat itu, Winny datang." Rani menarik rambutnya yang panjang, wajahnya tampak cemberut. "Kebetulan dia mendengar suara dalam video itu, dan dia pikir itu adalah suara yang dikeluarkan olehku, bagaimana pun akumejelaskan kebenaran, dia sama sekali tidak memercayaiku. Karena hal itu, dia lalu bertengkar denganku, sering berkata kepada siswa lain mengenai hal burukku, jadi kemudian aku jarang berbicara dengan teman sekelasku."
Yudi menganggukkan kepalanya, berpikir mengenai kata-kata Rani seberapa besar yang bisa dia percaya, tapi dia tidak bisa menilainya, sepertinya memang harus bertanya pada gadis bernama Winny itu. Dia ingat, hari ini telah menambah kontak teman istrinya itu, informasi pribadi yang ditulisnya memang adalah Winny.
"Selain itu, apa ada lagi yang ingin kamu katakan padaku?" Yudi lanjut bertanya.
"Ada." Rani mengangguk. "Sebenarnya hari itu aku tidak pergi seorang diri ke Klub Kecantikan Lexie, masih ada Kevin."
"Dia menemanimu membuat tato?" Yudi hampir menggertakkan giginya menanyakan kalimat ini, pandangan matanya galak membuat Rani tidak bisa menahan diri untuk tidak menyusut.
"Sayang, jangan marah, dengarkan penjelasanku."
Tiga bulan yang lalu, Kevin menambah kontak Rani dengan menggunakan nomor yang baru terdaftar, kemudian terus menerus mengirim pesan kepada Rani. Awalnya Rani tidak meladeninya. Tetapi beberapa hari yang lalu, Kevin mendapatkan nomor ponsel Rani, kemudian meneleponnya.
Kevin meminta untuk bertemu dengan Rani di luar, jika tidak dia akan pergi mencari Yudi, memberitahu mengenai Rani yang dulu telah merayunya. Rani tidak punya pilihan, hanya bisa menyetujuinya. Kebetulan saat itu Rani ingin pergi ke Klub Kecantikan Lexie, jadi Kevin mengantarnya ke sana.
"Sayang, saat itu aku berpikir, di dalam Klub ada Kak Siti, dan juga merupakan area publik, walaupun dia memiliki nyali yang besar, dia juga tidak akan berani berbuat macam-macam padaku.
"Jadi kamu membiarkannya melihat tato di pinggulmu?" Yudi berkata dengan penuh amarah.
"Mana mungkin?" Rani tertawa. "Aku berbicara dengannya di ruang tamu Klub, pintu juga tidak dikunci. Selesai berbicara, aku pergi sendirian melakukan tato, dia menolak untuk pergi, ingin menunggu di luar, apa yang bisa aku lakukan?"
"Apa saja yang kalian bicarakan?"
"Dia mengatakan ingin tidur denganku, aku lebih rela dia berbicara tentang hal macam-macam di hadapanmu, aku tidak akan menyetujui permintaannya yang seperti itu. Akhirnya, dia melihat sikapku yang gigih, kemudian menerimanya. Sejujurnya, beberapa hari ini aku sangat khawatir, khawatir dia akan mencarimu dan berbicara sembarangan.”
"Dia tidak mencariku."
Rani tiba-tiba menarik napas lega, kemudian Yudi berkata: "Tapi kenapa kamu mengijinkannya menyentuh wajahmu?"
Mata Rani perlahan membesar, penuh dengan rasa ketidakpercayaan. Jeda beberapa saat, Rani tersenyum dengan pahit kemudian berkata: "Sayang, aku tidak tahu bagaimana kamu mengetahuinya, tetapi kamu harus mempercayaiku. Setelah keluar dari klub hari itu, tadinya aku ingin pergi sendiri, tapi dia berkeras ingin mengantarku, dan mengatakan bahwa jika permintaan kecil ini saja aku tidak memenuhinya, dia akan berubah pikiran, akan mencarimu dan berbicara sembarangan. Aku hanya bisa menyetujuinya, tetapi suasana hatiku begitu buruk, sehingga ketika dia berbuat macam-macam aku tidak keburu untuk bereaksi, tapi setelah itu aku menegurnya lewat Wechat."
"Jadi, apakah kamu masih berhubungan sekarang?"
"Sudah tidak, aku jamin."
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
"Sayang, aku tidak tahu bagaimana cara agar membuatmu mempercayaiku, intinya aku benar-benar menyesalinya, jika tahu begitu tidak seharusnya aku membohongimu di awal, hasilnya sekarang ketika aku mengatakan kebenarannya malah kamu tidak mempercayaiku." Ekspresi Rani sangat kesepian, sama menyedihkannya seperti kucing yang ditinggalkan.
Hati Yudi terguncang, mungkinkah keraguannya sebelumnya itu hanya kecemasannya yang berlebihan?
Dua hari berikutnya, Yudi selalu ragu-ragu, apakah dia akan terus melacak. Setidaknya sudah sejauh ini, dia belum secara langsung menemukan bukti bahwa istrinya berselingkuh, semuanya hanya didasarkan pada spekulasi.
Jika hanya berdasarkan pada bukti-bukti tanpa dasar ini, kemudian merusak kepercayaan antara suami dan istri, takutnya jarak kehancuran pernikahannya sudah tidak jauh lagi. Jika dia secara pribadi merusak pernikahan di masa depan, lalu menemukan bahwa istrinya tidak bersalah, maka dia akan menyesali langkahnya pada hari ini.
Waktu berlalu dengan cepat, sudah waktunya bagi Rani untuk melakukan dinas. Pada akhirnya, Yudi masih haus akan kebenaran, berencana untuk mengikuti Rani.
Yudi sudah mengajukan cuti selama seminggu, dikarenakan hal ini atasannya sangat tidak senang padanya, tetapi dia sudah tidak terlalu peduli banyak hal. Selain itu, dia juga menyewa Toyota Camry hitam, untuk digunakan sebagai mobil untuk mengintai.
Pagi-pagi sekali, dia sudah meninggalkan rumah lebih awal, mengambil mobil ke tempat parkir di luar jalan, dia mengemudi ke dekat stasiun radio tempat di mana Rani bekerja, mengintai secara diam-diam.
Mengikuti perkataan Rani, dia perlu datang ke stasiun radio untuk menyelesaikan pekerjaannya dulu, baru kemudian naik bus dengan Mina untuk pergi ke kota H.
Di bulan Agustus, matahari sangat panas bagai minyak mendidih, menyebarkan panas ke mobil tanpa segan, membuat seluruh mobil seakan bagai kompor. Bahkan walaupun Yudi menyalakan AC secara maksimal, masih sulit untuk menahan panas di dalam mobil, keringat telah bercucuran turun dari wajah dan tubuhnya.
Dia ingin meninggalkan mobil, pergi ke bawah naungan pepohonan untuk menghindari hawa panas, tapi takut Rani akan pergi terlalu cepat, dia tidak bisa mengejar, jadi hanya bisa menetap di kursi pengemudi.
Setelah dua jam menderita, dia akhirnya melihat Rani keluar dari pintu stasiun radio.