Cinta Tapi Diam-Diam - Bab 22 Bayi Prematur
Bab 22 Bayi Prematur
"Sudah terlambat, pendarahan besar, hanya bisa melakukan operasi caesar ..."
Di bawah pengaruh obat bius, Qiu Xinlan dalam keadaan linglung menutup matanya.
Ketika terbangun, Mo Xichen berada di samping ranjangnya.
Dia tampak lelah, sepertinya tidak tidur semalaman.
Melihat Qiu Xinlan bangun, mata yang lelah itu kemudian bersinar.
"Bagaimana? Masih baik-baik saja bukan?" Suara Mo Xichen sangat lembut dan penuh perhatian, tetapi Qiu Xinlan dengan gugup membelai perutnya, di sana sudah tidak ada beban, sudah kosong.
Bibir kering wanita itu sedikit terbuka, belum mengatakan apapun, Mo Xichen sudah meneruskan perkataannya: "Anak itu sangat baik, karena lahir prematur, masih berada di kotak inkubator di sebelah, aku akan membawanya untuk dilihat olehmu."
Qiu Xinlan mengangguk.
Mo Xichen bangkit, setelah kembali di lengannya menggendong sesuatu yang kecil.
Dia menempatkan anak itu di sisinya, sangat berhati-hati, membuat hatinya menghangat.
Anak itu benar-benar kecil, lebih kecil dari bayangannya, telapak tangan yang kecil, kaki yang kecil, matanya segaris, mulut bisa membuat suara dengan kencang, sangat istimewa.
Mulut Mo Xichen tertarik ke atas, melihat ibu dan anak perempuan di hadapannya, hatinya penuh dengan sesuatu yang disebut kebahagiaan.
Itu adalah perasaan yang belum pernah ada sebelumnya.
Qiu Xinlan bertanya, "Apa ini anak perempuan?"
"Ya, itu putri kecil, masih belum diberi nama."
"Nama?" Qiu Xinlan tertegun.
"Yueyi, Mo Yueyi, bagaimana?"
Yueyi? Tidak buruk, hanya saja ... apakah nama panjangnya Mo Xichen?
Apakah anak ini miliknya?
Hati Qiu Xinlan bingung, tidak menanyakannya, hanya menganggukkan kepala, berkata baik.
......
Selama Qiu Xinlan dirawat di rumah sakit, Mo Xichen selalu ada menemaninya, bahkan ketika dia ingin pergi ke Wc pun, dia akan menggendongnya ke WC, tidak membiarkannya menginjak lantai.
Luka bedah di perutnya belum pulih, lochia di dalam tubuhnya juga perlu didorong keluar dengan menggunakan tangan oleh perawat.
Ketika perawat meletakkan tangannya di atas luka bedah kemudian mengelusnya, Mo Xichen berada di sisinya, wajahnya mendung.
Seluruh prosesnya membuatnya sangat kesakitan hingga matanya memerah.
Mo Xichen merasa sakit untuknya, kemudian berkata dengan suara dingin: "Tidak bisakah kamu pelan sedikit?"
Perawat serba salah, "Jika dipelankan, tidak akan bisa mengeluarkan lochia dia dalamnya, itu akan menjadi lebih menyakitkan di masa depan ..."
Praktek perawat itu sudah benar, Qiu Xinlan juga berkata: "Tidak masalah."
Tapi Mo Xichen bertampang seperti ingin menagih hutang, menatap perawat itu hingga perawat itu gemetar.
Setelah akhirnya selesai dengan tidak mudah, dahi perawat itu mengeluarkan keringat yang cukup banyak, bukan karena kelelahan melakukan pijatan untuk pasien, tetapi dikarenakan ketakutan akan tatapan Mo Xichen.
Sebulan kemudian, Qiu Xinlan keluar dari rumah sakit, Tang Lingyu yang menjemputnya.
Setelah naik mobil, mata Qiu Xinlan yang sedang menggendong anak itu terus melihat ke luar jendela, ketika melewati pusat kota, sebuah berita sedang diputar di layar digital gedung komersial.
"Pangeran kecil PT Media sudah lahir, saham PT Media sekali lagi naik."
Qiu Xinlan mengerutkan kening, tidak mengerti mengapa ketika Su Mengning melahirkan anak bisa menaikkan harga saham?
Dia juga tidak mengerti, mengapa Mo Xichen yang sudah sangat kaya, tapi masih menginginkan lebih banyak uang?
Tang Lingyu mengamati setiap gerakan Qiu Xinlan dari kaca spion, tiba-tiba Qiu Xinlan berbalik, sepasang mata yang bersinar itu bertatapan dengan pandangannya.
Tang Lingyu dengan segera menghindar, Qiu Xinlan malah membuka mulut berkata, "Yueyi, apakah anaknya?"
Tang Lingyu menyipitkan matanya, mengangguk kepala.
Sesuai dengan tebakan dalam hati Qiu Xinlan, jika tidak ... bagaimana mungkin dia bisa bersikap begitu berbesar hati padanya.
Jantungnya sedikit merasakan sakit, cahaya matanya juga sedikit meredup, "Apakah kamu tahu siapa nama anak Su Mengning?"
Tang Lingyu mengatupkan bibirnya, kemudian menjawab: "Mo Sining."
Sining? Rindu pada Su Mengning.
Artinya Mo Xichen rindu pada Su Mengning.
Dalam sekejap, wajahnya menjadi pucat, jantungnya terasa sakit seperti ditabrak oleh benda berat, sakit yang berasa nyeri, sangat sakit hingga susah untuk bernafas.
Air mata di matanya, entah kenapa mengalir keluar, dia tidak punya waktu untuk menahannya.
Bulir air matanya jatuh di pipi Yueyi, terbuka menjadi percikan kecil, dia dengan cepat menundukkan kepalanya, menekan emosi itu ke dasar hatinya.
Tang Lingyu menghela napas, tidak berkata apa-apa, mempercepat laju mobil, langsung menuju ke arah vila kecil.
......
Bibi Bu Chen membuat sup di rumah, menunggu Qiu Xinlan kembali.
Ketika Qiu Xinlan kembali, Bibi Bu Chen telah mengatur segalanya dengan rapi.
Benda yang dibutuhkan oleh anak kecil sudah tersedia, Qiu Xinlan tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.
Bibi Bu Chen berkata: "Pasti harus memberi minum ASI, ASI sangat baik untuk anak-anak, aku sudah membuatkanmu kaki babi dan juga ikan, semuanya baik untuk memperbanyak ASI-mu."
Hanya saja Qiu Xinlan benar-benar tidak bisa memakannya, terlalu berminyak, selalu merasa mual dan ingin muntah.
Untungnya ASI nya mencukupi, Bibi Bu Chen juga tidak memaksanya, hanya merasa sedih melihat tubuh lemahnya, selalu memikirkan cara-cara untuk memperbaiki gizinya, malam hari membuatkannya air gula pepaya.
Semangkuk air gula masuk ke dalam perut, Mo Xichen kemudian datang.
Novel Terkait
Cintaku Pada Presdir
NingsiCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaI'm Rich Man
HartantoIstri Pengkhianat
SubardiDon't say goodbye
Dessy PutriSi Menantu Buta
DeddyPergilah Suamiku
DanisUangku Ya Milikku
Raditya DikaCinta Tapi Diam-Diam×
- Bab 1 Ikut Denganku, Seratus Juta Rupiah Sebulan
- Bab 2 Kekasih Kecilnya
- Bab 3 Mengikutimu Menjadi Wanitamu
- Bab 4 Dia Akan Datang
- Bab 5 Memakan Tiga Butir Pil Kontrasepsi
- Bab 6 Jika Bukan Pacar, Lalu Apa?
- Bab 7 Su Mengning
- Bab 8 Pengakuan Cinta Yang Tiba-Tiba
- Bab 9 Aku Akan Pergi Besok
- Bab 10 Aku Ingin Mencari Pacar
- Bab 11 Apa Yang Kamu Sukai Dariku?
- Bab 12 Dicurigai Sebagai Pencuri
- Bab 13 Dia Mengatakan Semuanya
- Bab 14 Hamil
- Bab 15 Maafkan Aku, Oke?
- Bab 16 Aku Akan Baik Padamu
- Bab 17 Apa Kamu Percaya?
- Bab 18 Terima Kasih Telah Memberiku Kesempatan
- Bab 19 Aku Juga Tidak Tahu Anak Siapa Itu
- Bab 20 Kita Menikah
- Bab 21 Akte Nikah
- Bab 22 Bayi Prematur
- Bab 23 Xinlan, Aku Merindukanmu
- Bab 24 Pangeran Kecil Keluarga Mo
- Bab 25 Ibu, Qiu Yun
- Bab 26 Suka Itu Sangat Singkat
- Bab 27 Pergi
- Bab 28 Kamu Milikku
- Bab 29 Jangan Membuat Masalah
- Bab 30 Gedung Keuangan
- Bab 31 Anakmu Sudah Mati
- Bab 32 Dia Sudah Datang
- Bab 33 Merasa Amat Sangat Bersalah
- Bab 34 Kamu Sangat Cantik
- Bab 35 Akhir
- Bab 36 Epilog