Cinta Tapi Diam-Diam - Bab 35 Akhir

Bab 35 Akhir

Perusahaan yang didirikan oleh Mo Xichen belum hancur oleh tekanan berat yang diberikan oleh PT Media.

Malah telah membuka pasar luar negeri di saat keadaan lingkungannya sedang sulit.

Hanya dalam waktu setahun, Mo Xichen kembali masuk ke dalam daftar orang kaya versi Forbes.

Para sarjana dunia perekonomian percaya bahwa Presdir PT Media pada akhirnya tidak rela menghancurkan anaknya sendiri.

......

Tahun ini, Qiu Xinlan hamil lagi.

Melahirkan satu putra kecil.

Di bawah pertimbangan mereka, anak itu diberi nama Mo Sining.

......

Ketika Qiu Xinlan melahirkan, Xu Xinghe datang untuk menjenguknya.

Mo Xichen terus menemani di sisi Qiu Xinlan, Xu Xinghe hanya bisa melakukan salam basa basi yang sederhana.

Xu Xinghe menggendong dan menggoda anaknya, dari awal sudah menyiapkan untuk memberi dua kunci emas untuk dua anak yang disayanginya.

Xu Xinghe datang menjenguk Qiu Xinlan, Mo Xichen merasa tidak senang.

Ketika Xu Xinghe memberi anak itu hadiah, Mo Xichen mengerutkan kening.

Ketika Mo Xichen melihat tulisan di dua kunci itu berbunyi "Berharap satu hati" dan "Sampai tua tidak ingin terpisah", Mo Xichen sudah tidak bisa menahannya, melemparkan dua kunci itu ke samping, dengan dingin mengatakan: "Ketulusanmu, kami sudah menerimanya, terima kasih!"

Xu Xinghe adalah seorang profesor sastra di universitas, dia bisa mendengar sedikit rasa cemburu dalam kata-katanya, dia membungkuk, mendekat ke arah Qiu Xinlan, sepertinya ingin berbisik dengan Qiu Xinlan, tetapi volume suaranya membuat semua orang bisa mendengarnya dengan jelas, "Aku tidak punya pacar sekarang, juga tidak ingin dijodohkan, setelah hatiku kuserahkan padamu, aku tidak bisa lagi menerima orang lain."

Mata Qiu Xinlan tercengang, diam-diam melirik Mo Xichen, pria itu sudah terlihat sangat menyeramkan.

Xu Xinghe tampaknya sama sekali tidak merasakannya, malah berkata makin menjadi: "Jika kamu bersedia, saat kamu sudah tidak menyukai orang itu, ketika memikirkanku, jangan ragu untuk datang kepadaku, aku akan selalu menunggumu, tidak peduli kamu berubah menjadi seperti apa, aku akan selalu ada, akan menempatkanmu di sisi hatiku dan menyayangimu... "

Kalimat itu belum selesai, Mo Xichen, yang berada di samping sudah mengepalkan tinjunya ke arah Xu Xinghe.

"Kata-katamu terlalu banyak!"

Xu Xinghe mempertahankan dirinya, menatap sengit Mo Xichen, menggertakkan gigi, berkata satu demi satu: "Baru mengatakan beberapa kalimat kamu sudah tidak bisa menahan kemarahanmu, Xinlan, apakah kamu yakin pria ini tidak akan melakukan tindakan kekerasan?"

Mo Xichen mengepalkan tinjunya, kemarahannya luar biasa, apalah Xu Xinghe, anggota keluargakah? Mantan? Sama sekali bukan siapa-siapa, masih berani berkata seperti itu.

Saling membalas pukulan, dua orang yang berperawakan tinggi ini bergumul menjadi satu.

Dokter dan perawat tidak bisa membujuk mereka untuk lepas.

Qiu Xinlan yang baru selesai melahirkan kemudian keluar dari ruang bersalin, dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berteriak, dia hanya bisa menonton adegan ini dengan matanya, kemudian berkata: "Menyebalkan!"

Di bawah tinju Mo Xichen, wajah Xu Xinghe sudah membiru: "Kamu masih berani mengharapkan istriku!"

Xu Xinghe tidak rela mengalah, di bawah tampangnya yang lemah tersembunyi hati yang pantang menyerah, "Istrimu cantik, bagaimana mungkin tidak mengharapkan, aku mengharapkannya juga bukan hari pertama ini, jika bukan karena kamu menggunakan cara licik untuk memaksanya, bagaimana mungkin dia bisa bersamamu!"

Dahi Mo Xichen berkerut, memegang Xu Xinghe lalu menghempaskannya.

Akhirnya, terjadi keributan di ruang rawat, tubuh dua orang pria itu sudah dipenuhi luka.

Akhirnya perawat melapor polisi untuk membawa keduanya pergi, ruang rawat Qiu Xinlan akhirnya bisa kembali tenang.

Bibi Bu Chen melihat bahwa Tuan rumahnya dibawa ke pusat penahanan, hatinya sangat cemas.

Qiu Xinlan tidak panik sedikitpun, dengan nada menyalahkan berkata, "Bibi Bu Chen, jika polisi menyuruhmu untuk membebaskannya dengan jaminan, kamu jangan pergi, biarkan dia ditahan selama beberapa hari, biarkan dia tahu akibat dari memukul orang, jika tidak dia akan melakukannya lagi lain kali! "

Bibi Bu Chen hanya menjawab "Baik", hatinya tidak rela, tapi tetap melakukannya.

......

Di pusat penahanan, Xu Xinghe dan Mo Xichen dimasukkan ke dalam satu sel, keduanya duduk sangat jauh berlawanan satu sama lain.

Qiu Xinlan sudah memantapkan hatinya untuk membiarkan Mo Xichen mengalami penderitaan, sedangkan Xu Xinghe setelah dia putus dengan gadis yang dijodohkan dengannya, dia memiliki konflik dengan orang tuanya, tidak disangka hal kecil seperti bertengkar ini, membuat dua orang itu terkunci selama tiga hari.

Dalam tiga hari ini, kedua lelaki itu berhadap-hadapan, Xu Xinghe memantapkan hatinya untuk membuat Mo Xichen tidak melewati hari dengan mudah, tidak mudah untuk menggunakan tangannya di kantor polisi, jadi dia menggunakan keahlian mulutnya.

"Xinlan sangat cantik bukan?"

Xu Xinghe bertanya, Mo Xichen tidak menyangkal.

Istrinya, tentu saja cantik, yang terindah di dunia merupakan wanita milik Mo Xichen.

Xu Xinghe melanjutkan berkata: "Matanya lentik, mulutnya bagai ceri, wajah kecil dan hidungnya mancung, tapi aku paling menyukai kulitnya, sangat putih."

Xu Xinghe sedang memuji Qiu Xinlan, tetapi kata-kata yang digunakan untuk penggambaran tersebut seakan sedang membayangkan Qiu Xinlan.

Mo Xichen dengan dingin mendengus, mencibir pada lelaki sastra ini, "Istriku setiap hari tidur di sampingku, bagaimana mungkin aku tidak tahu seperti apa dia, jangan lupa, kami sudah memiliki dua anak."

Bagaimana anak bisa dilahirkan, tidak lain dan tidak bukan karena hal yang paling intim yang dilakukan antara pria dan wanita.

Wajah Xu Xinghe berubah menjadi gelap.

Mo Xichen menaikkan sudut bibirnya, mengetahui bahwa dia telah menusuk hati Xu Xinghe, kemudian makin memperkuat nada suaranya: "Dia selalu bersikap tenang dan pengertian di hadapan orang luar, tetapi di depanku menampilkan berbagai macam sikap, kecantikannya yang seperti itu... kamu selamanya tidak akan pernah tahu!"

Hal implisit yang diucapkan Mo Xichen, tidak menyebutkan secara rinci keintiman dua orang, tetapi memprovokasi Xu Xinghe, sastrawan yang lemah itu wajahnya memerah, kedua tangannya terkepal.

Sekian lama Xu Xinghe tampaknya teringat sesuatu, mendongakkan kepala, menyipitkan mata melihat langsung ke arah Mo Xichen, "Dia memiliki tahi lalat merah di bagian dadanya, di samping kemerahan di sebelah kiri, tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil ... tapi kelihatannya sangat bagus ..."

Satu kalimat itu membuat Mo Xichen bangkit seketika dari lantai, langsung menerjang ke arah Xu Xinghe bagai panah, kedua tangannya menarik kerah pria itu untuk mengangkatnya dari tanah, kemudian dengan keras ditekannya ke dinding, "Bagaimana kamu bisa tahu?"

Hati Xu Xinghe pahit setelah patah hati, tetapi dia bahagia melihat saingan cintanya marah hingga seperti ini, "Tentu saja karena aku pernah melihatnya!"

Mo Xichen tiba-tiba teringat insiden di mana Qiu Xinlan pernah dilecehkan, dia kemudian melakukan penyelidikan dengan memantau CCTV yang ada di jalan, tetapi karena itu sudut mati, tidak ada yang terekam.

Jadi ... malam hari itu, Xu Xinghe juga melakukan pelecehan padanya?

Otak Mo Xichen kosong, satu pukulan bersarang di perut Xu Xinghe, lalu kemudian dia bertanya: "Malam hari itu, apa kamu ada di situ? Selain kamu, ada siapa lagi?"

Setelah Xu Xinghe dipukuli dia baru bisa memulihkan nafasnya setelah beberapa saat kemudian, dia terbatuk: "Uhuk, kecuali aku ... ada siapa lagi? Dia selalu memanggil namamu, tapi saat itu kamu ada di mana?"

"Aku tidak ada, jadi kamu menyentuhnya! Kamu selalu mengatakan bahwa kamu mencintainya, ternyata bersekongkol dengan orang lain melakukan pelecahan padanya..."

Insiden ini sudah berlalu dua tahun, belum pernah disebutkan dalam dua tahun, tetapi hal ini merupakan masalah yang bersarang antara Mo Xichen dan Qiu Xinlan.

"Diam!" Xu Xinghe mengulurkan tangan mengusap mulutnya yang berdarah, kedua matanya memandangnya dengan kejam, "Aku tidak sekotor apa yang kamu pikirkan, setelah aku menyingkirkan para preman itu, membawanya ke sebuah hotel, dia saat itu mabuk tak sadarkan diri, muntah di sekujur tubuhnya, aku juga tidak sengaja, tidak sengaja melecehkan... "

Dia tidak sengaja melecehkan, ketika menggendong Qiu Xinlan tidak sengaja melihat tahi lalat merah itu dari lingkar leher bajunya.

Pelayan hotel wanitalah yang membantunya untuk melepas pakaian yang dipakai Qiu Xinlan.

Mo Xichen terdiam!

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu