Pernikahan Tak Sempurna - Bab 9 Terabaikan

Julian turun dari kamarnya lalu menghampiri mamanya yang sedang menyuapi Zanna. Julian mengusap kepala keponakannya. “Enak masakan nenek?”

Zanna mengangguk dan kesusahan menjawab karena makanan penuh di mulutnya. “Pelan-pelan makannya sayang!” kata Ratna—Mamanya Julian.

Ratna sendiri juga ingin punya cucu. Tapi sayangnya dia tidak bisa memaksa putranya untuk segera menikah karena tidak ingin jika seorang anak bernasib sama seperti Zanna. Julian bergabung di sana mengambil nasi sendiri dan juga beberapa lauk yang sudah dimasak oleh Ratna. “Kamu biarin aja Zanna di sini. Biar Mama yang jagain,”

Julian tentu saja tidak setuju, bukan tidak percaya pada mamanya. Tapi mengingat jika pertemuan Zanna dan mamanya hanya beberapa kali. Tentu anak itu juga sulit dekat dengan orang lain. “Ma, nanti Zanna nangis,”

“Ya nggak masalah. Mama kan udah biasa urus anak, urusin kamu dulu. Jadi nggak usah khawatir dong!” jelas mamanya.

Julian pun fokus pada makanannya dan melirik ke arah keponakannya yang makan dengan lahap. “Mau di sini sama nenek nggak?”

Zanna menoleh lalu mencoba meraih gelas yang berisi air putih itu. Ratna mengambil gelas itu lalu memberikannya pada Zanna. “Nggak Uncle. Zanna ikut ke lumah Papa,”

Dia pun berhasil untuk mengajak Zanna pergi dari rumah itu. Bukan karena dia tidak percaya pada mamanya. Akan tetapi karena Zanna itu sangat sulit sekali betah dengan orang baru. Kalau hanya untuk satu atau dua jam saja. Dia masih bisa mengerti dengan anak ini, tapi mendengar bahwa Zanna akan punya pengasuh. Itu yang akan dijelaskan nanti pada orang tuanya Samuel. “Ma, aku juga mau ngasih tahu Paman. Jadi biar dia percaya kalau Lara sedang bekerja dan mau menitipkan Zanna. Bukan karena aku nggak mau ya dia kerja. Tapi kasihan Zanna, punya Samuel sialan, terus mamanya mau kerja,” jelas Julian disela-sela makan siangnya.

Sedangkan tante Ratna di sana sudah menyuapi Zanna makan sampai habis dan memberikan air minum lagi untuk cucunya. “Ya udah kamu kasih tahu Paman kamu aja nanti gimana perbuatan dari anaknya itu. Mama juga nggak percaya saja dia berani lakukan ini sama anak dan juga istrinya sendiri. percaya atau nggak, Yan. Nanti kalau Lara udah bosan, mau ngesot pun si Samuel nggak bakalan bisa untuk kembali lagi sama Lara. Laki-laki itu memang bertingkah di awal dan di akhir kadang, tapi kalau udah sadar ya parah. Begitupun juga dengan Lara nanti kalau udah bosan, dia nggak bakalan bisa buka hatinya untuk Samuel,”

Lara sudah bersabar selama ini menikah dengan Samuel meski menjadi istri yang tidak pernah dianggap. Dipermalukan di depan orang banyak. Dihina bahkan hendak ditampar oleh suaminya sendiri demi membela wanita lain.

Di masa muda yang harusnya Lara bisa mengejar mimpinya dan juga yang dia inginkan itu bisa terwujud, tapi masa depannya rusak oleh Samuel yang waktu itu menyeretnya ke kamar sebuah hotel karena Samuel waktu itu mabuk berat.

Sangat disayangkan pula bagaimana itu semua terjadi. Zanna sendiri memang anak yang begitu baik. ketika dijelaskan bahwa Samuel sedang sibuk bekerja, dia tidak pernah menuntut ataupun menangis mencari keberadaan pria biadab itu. Sedangkan Lara, sebisa mungkin untuk tetap tenang.

Lara sudah dibuang oleh orang tuanya sendiri ketika wanita itu tidak mau menggugurkan Zanna dulu sebab Samuel mau bertanggung jawab. Akan tetapi tidak ada yang indah di pernikahan kakak sepupunya dan juga kakak iparnya itu. Semua berjalan apa adanya dan juga pastinya sangat banyak sekali kisah yang terjadi.

Julian menandaskan makanannya lalu mengambil air minum yang jaraknya hanya beberapa sentimeter lalu diambilnya dengan tangan kanan untuk melancarkan makanan yang tadi dia makan.

Usai makan siang, sejenak dia diam di sana. “Mama nggak ikut ke rumah Paman?”

“Nggak deh, kamu kan ke sana mau kerja. Lagipula mama lagi pengen ketemu aja sama Lara,”

Ratna berharap bisa bertemu dengan Lara nanti. “Yan, seandainya Lara cerai sama Samuel. Apa kamu mau dekati Lara? Mama bukannya mau ngerusak hubungan keluarga kita. Tapi Mama kasihan sama dia dan anaknya yang diperlakukan seperti ini,”

Mungkin jika bukan karena keluarga Julian akan melakukan itu. Tapi karena kakak sepupunya yang cukup dekat dengannya dan juga hubungan keluarga yang mengikat mereka untuk tidak melakukan itu. Julian juga sudah jengah dengan sikap dari kakak sepupunya yang keterlaluan itu. Namun begitu dia tahu bahwa kakak sepupunya selingkuh, tidak ada kata-kata lagi yang mau diucapkan oleh pria tersebut.

Julian mengajak keponakannya keluar dari rumah itu tanpa menjawab apa pun dari pertanyaan mamanya. Dia menggendong Zanna keluar dan mengambil berkas yang dibawanya. “Kamu belum jawab pertanyaan, Mama,” kata mamanya yang seolah menahan dia untuk pergi.

“Aku pikirkan itu nanti, Ma. Karena butuh pertimbangan yang baik juga, sebelum aku bertindak tentu akan melakukan yang terbaik kan?”

Tante Ratna diam mendengar jawaban dari Julian. Memang butuh waktu untuk berpikir tentang itu semua. Tidak bisa langsung terjadi begitu saja. Apalagi Lara yang belum tentu mau menerima dirinya. Mengingat juga banyak luka yang ditorehkan oleh Samuel yang mungkin membuat Lara trauma untuk mengenal cinta.

Mereka pun pergi ke rumah Paman Pradipta untuk mengantar berkas yang sudah dititipkan oleh papanya tadi sebelum berangkat bekerja itu.

Tiba di sana Julian dibukakan pintu gerbang oleh penjaga di sana.

Ketika membuka sabuk pengaman, dia menoleh ke arah kirinya dan melihat Zanna justru terlelap. Dia tahu kalau siang adalah jam tidurnya Zanna.

Julian membawa Zanna ke dalam rumah Paman Pradipta. Ketika pintu sudah terbuka, dia masuk begitu saja. “Lho kok ada Zanna, Yan?” tanya Bibi Renata di sana.

Julian meletakkan berkasnya di atas meja. “Bibi bisa bawa Zanna ke kamar? Kasihan aku nggak lihat dia tadi tidur waktu di perjalanan,”

Tante Renata mengambil Zanna dari gendongannya.

Sementara itu dia pergi ke ruangan Paman Pradipta yang ada di lantai dua.

Tok tok tok

“Masuk!”

Julian menekan kenop pintu untuk mendorongnya lalu dia melihat pamannya sedang bicara dengan seseorang dari telepon. Sambil membawa berkas dia menunggu omnya selesai berbicara dan duduk di sofa ruangan itu.

Tak lama kemudian Tuan Pradipta selesai menelepon. “Kamu sendirian?” ucapnya lalu meletakkan ponselnya di atas meja kerja dan menghampiri Julian yang sudah duduk terlebih dahulu di sana.

Julian menyerahkan berkas itu kepada Paman. “Aku sama Zanna kok, Paman. Tapi dia tidur tadi waktu lagi dijalan. Aku bawa dia ke sini karena Lara mau pergi,”

“Lho, kok nggak bawa Zanna?”

“Karena hari ini Lara diterima di perusahaan orang lain, Paman. Jadi katanya dia mau kerja,”

Tuan Pradipta terkejut mendengar pernyataan itu. Tidak ada menantu yang boleh bekerja di dalam keluarganya. Waktu Lara membuat usaha butik dan juga toko lainnya yang dikelola itu pun sebenarnya sangat sulit disetujui olehnya. Sebab ia ingin agar menantunya bisa fokus mengurus Zanna.

Mendengar pernyataan dari keponakannya yang mengatakan jika Zanna itu ikut dengannya barusan membuatnya tidak percaya tentang Lara yang akan bekerja. “Apa alasannya? Apa dia kekurangan uang sampai mau bekerja di perusahaan lain? Dia bisa bekerja di perusahaan Paman kalau dia mau. Tapi untuk sekarang ini, Paman mau dia urus Zanna dengan baik,” kata Tuan Pradipta sedikit kesal dengan pengakuan Julian yang memang berkunjung ke rumah Lara sesuai dengan perintahnya.

Tapi mendengar Lara yang akan bekerja itu artinya nanti Zanna akan memiliki pengasuh yang akan menjaganya setiap hari. “Paman mau ketemu sama Zanna,”

Sedangkan Julian menggeleng mencoba memberikan pengertian kepada omnya untuk tidak menemui Lara dan memarahinya. “Ini bukan seperti yang Paman bayangkan atau Paman pikirkan tentang Lara yang kekurangan uang. Tapi karena Lara memang ingin bekerja dan mungkin dia mau mandiri,”

“Tetap aja kan kalau dia nggak boleh kerja,”

“Paman aku mohon ngerti dengan keadaan ini. Bukannya aku nggak mau kalau Lara itu nggak kerja. Tapi sayangnya dia butuh karir juga kan sebagai perempuan?”

“Kamu pikir Paman nggak bisa hidupi dia bahkan sampai anak cucunya di masa depan,”

Sayangnya ini bukan tentang uang yang begitu banyak. Tapi tentang hati yang mungkin sudah hancur karena ulah dari kakak sepupunya yang membuat Lara menjadi seperti sekarang ini. Andai bukan karena hamil diluar nikah. Lara tidak akan pernah menikah dengan Samuel yang di mana pria itu sangat brengsek dan sekarang menyia-nyiakan anaknya sendiri demi wanita lain dan mempermalukan nama baik keluarga besarnya.

Mendengar pernyataan dari Julian membuatnya sedikit gerah dengan tingkah Samuel yang semakin menggila dan sekarang berimbas pada cucunya sendiri. “Samuel tahu?”

“Kayaknya enggak. Tapi mau bagaimana lagi, Paman. Kalau Lara sudah mau bekerja seperti itu ya artinya kita nggak bisa larang dia. Dia punya hak kok,”

“Tapi dia itu menantu Paman, Yan. Tetap nggak bisa dong dia kerja tanpa ada persetujuan dari mertua,”

Julian tahu bahwa keras kepalanya Samuel berasal dari papanya yang juga sekarang ini sedang mencoba membela diri tanpa peduli dengan hatinya Lara.

Julian tidak mengatakan apa-apa daripada menyinggung hati omnya nanti. Dia hanya menjadi pendengar yang baik. “Kalau begitu ini kapan mau tanda tangan Paman? Proyek untuk pembuatan apartemen, terus Papa aku juga bilang kalau ini nanti dikerjakan harus teliti. Bukannya proyek yang waktu itu Paman kerjakan pernah gagal? Karena kondisi tanah yang tidak stabil di proyek waktu itu?”

Tuan Pradipta melihat desain dari yang diberikan oleh Julian barusan. Dia sempat berpikir untuk melihat keadaan di lapangan. “Kamu nggak keberatan kita ke lapangan?”

“Lokasi yang waktu itu kan Paman juga ceroboh untuk nentuinnya. Lokasinya rawan banjir, waktu penggalian pondasi juga airnya malah menggenang di galian itu, mau kita keruk, tapi keadaan tanah di sana enggak padat kan, jadi kalau kita bikin apartemen ya otomatis bisa hancur waktu pembuatan pondasi. Kita lihat dari bahan-bahannya, Paman juga dipermainkan sama anak buah Paman sendiri, jadi untuk sekarang ini Papa udah ke lokasi duluan. Di sana katanya bagus, waktu pembuatan apartemen pertama yang gagal jadi tempat pembangunan itu karena dananya dipangkas, belum lagi bahan-bahannya dikurangin. Makanya waktu pengecoran pertama nggak masalah, waktu penambahan, malah ambruk, dilihat dari besinya juga dia pakai yang kecil-kecil untuk dasar,” jelas Julian ketika menjelaskan titik kejadian yang terjadi waktu proyek yang waktu itu gagal dilanjutkan.

Tuan Pradipta memang tahu kalau keponakannya ini sangat pintar dan juga pembangunan di sana mungkin bisa dilanjutkan tetapi harus ganti kontraktor yang menjaga di sana. Karena dia tahu kalau ada orang yang sengaja membuatnya menjadi seperti itu. “Paman mau lanjutin pembuatan apartemen, jadi kita atur selokannya dulu. Kita buatin galian untuk airnya, kan waktu itu kendalanya karena airnya menggenang di sana, belum lagi waktu pembangunan juga nggak diurus dengan baik. kontraktornya ambil uangnya aja, malah bangunannya kayak gitu,”

Julian sendiri tidak pernah mau menjadi anak buah dari pamannya sendiri karena tidak mau berhadapan dengan Samuel. Tapi karena perintah papanya, mau tidak mau dia harus melakukan ini. “Maksud Paman, aku yang tangani proyek yang gagal itu?”

“Itupun kalau kamu mau,”

Nampaknya dia berpikir untuk melakukan itu. Di dalam ruangan yang begitu luas dengan tempat khusus untuk bekerja dari rumah, sedangkan perusahaannya dijalankan oleh papanya Julian yang sekarang ini menggantikan papanya Samuel di sana. Bukan untuk menguasai, tapi omnya lebih percaya pada keluarganya dibandingkan dengan orang lain. Itupun karena menunggu Keana menyelesaikan kuliahnya maka yang akan melanjutkan perusahaan.

Julian mengambil berkas yang satunya lagi. “Nanti aku pikirkan, Paman. Tahu sendiri kan kalau saat ini aku juga dikasih tugas untuk proyek lain sama Papa aku. Untuk kontraktornya nanti aku yang cari sendiri, Paman. Jangan yang waktu itu, pokoknya sekali dikecewakan ya sudah jangan dilanjutkan lagi. Aku aja tahu waktu ada yang lapor kalau mereka disuruh melakukan pengecoran dengan sembarangan,”

Tuan Pradipta juga sudah salah mempercayai orang lain. “Kalau begitu kamu teruskan saja!”

Ada yang ingin dikatakan oleh Julian kepada Pamannya. Tapi dia tahu sendiri bahwa jika menyangkut tentang Lara pasti pamannya akan bertindak dengan cepat. “Paman,” panggil Julian yang ingin mengatakan jika sebenarnya dia tidak ingin Lara dilarang bekerja.

pamannya menandatangani berkas. “Sebentar, Yan,”

Tapi dia mencoba menahan diri untuk mengatakannya. Dia ingin jika Samuel juga tahu tentang kabar Lara yang bekerja.

Usai tanda tangan. Pamannya menutup berkas itu. “Kamu mau bilang apa?”

“Bagaimana kalau Kak Samuel tahu tentang Lara yang kerja,”

Tuan Pradipta bersandar lalu dia pun menghela napasnya, “Lebih baik jangan, tapi saran Paman ya nanti kita ketemu sama Lara. Lagipula kan di sini udah nggak ada si Samuel. Mungkin nanti Pamannya yang anterin Zanna langsung ke rumahnya Lara. Biar Paman ngomong sama dia, selama Lara kerja, Zanna di sini. Seperti yang kamu bilang tadi kalau Lara juga butuh karir. Jadi Paman nggak mau larang dia. Tapi Paman mau dia jelasin apa yang menjadi alasan dia bekerja. Daripada Lara diasuh orang lain, lebih baik Zanna di sini selama Lara kerja, biar sama Paman dan Bibi.”

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu