Pernikahan Tak Sempurna - Bab 5 Muak
Usai pertengkaran itu Lara pergi ke belakang dan masuk ke dalam kamar wanita wanita yang di mana dia mencoba mengeluarkan semua unek-uneknya terhadap Samuel yang mempermalukan dia dihadapan orang banyak. Apalagi statusnya yang sebagai istri tapi malah direndahkan oleh suaminya sendiri dengan cara membela wanita lain dihadapan orang banyak.
Dia melihat ke arah bayangannya sendiri bahwa nama ‘Lara’ yang berarti adalah sedih. Nama itu memang pantas untuknya apalagi dengan keadaan hidup yang sangat berantakan seperti sekarang.
Andai bukan demi Zanna, dia sudah pergi meninggalkan Samuel apapun yang terjadi.
Dia mencoba menghela napasnya untuk menahan sedihnya di dalam kamar mandi. Dia benar-benar tidak menyangka akan tindakan suaminya yang sudah kelewatan itu. Lara mencoba terlihat untuk senyum sebelum keluar dari tempat ini.
Lara menahan rasa sakitnya, bukan karena dia menangisi Samuel yang pergi bersama dengan wanita lain. Akan tetapi menangisi bagaimana perlakuan suaminya yang memperlihatkan keburukan itu kepada Zanna. Sudah bertahun-tahun dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja dihadapan anaknya. Tapi malah pria itu dengan bodohnya dan juga egois memperlihatkan kemesraan yang sangat menjijikkan itu.
Dengan penampilan yang dia perbaiki di dalam sana. Lara mencoba mengatur napasnya memikirkan semua akan baik-baik saja.
Keluar dari kamar mandi, dia mencari keberadaan Diana yang membawa Zanna tadi.
Di sana ada anaknya yang sedang menunggu di gendongan Diana. “Pamit dulu, Dee. Makasih udah jagain, Zanna,” kata wanita itu lalu memilih keluar dari toko sambil menggendong putrinya.
Bahkan tidak jarang orang-orang melihatnya dengan tatapan yang mengejek kemudian mengatakan dia bodoh sebab bertahan dengan suami seperti Samuel. Begitu banyak dia dengar ucapan orang lain yang kadang menyalahkan Lara atas apa yang dia usahakan sekarang ini.
Namun semua akan berakhir dengan indah. Itu yang dia harapkan dengan sangat baik. dia menghela napasnya lalu mencoba melewati kerumunan orang-orang yang sedang membicarakannya.
Sampai di parkiran, Lara bersandar dengan tenang setelah menempatkan Zanna disebelahnya. “Apa harus Mama pergi, Nak?” ucap Lara di dalam hati ketika melihat anaknya yang menatap matanya.
“Mama nangis dibentak, Papa?”
Inilah yang tidak disukai oleh Lara ketika pertengkaran mereka sendiri diketahui oleh Zanna sendiri. ulah Samuel memang tidak akan pernah bisa dimaafkan, apalagi jika itu menyangkut tentang Zanna yang masih terlalu kecil untuk memahami pertengkaran ini. Urusan orang dewasa yang seharusnya tidak diikut campuri oleh Zanna.
Lara mencoba untuk terlihat baik-baik saja dihadapan anaknya meski hatinya sangat sakit dengan ulah pria itu. “Mama nggak dimarahi kok,”
“Tadi Papa malah-malah, pasti malahin Mama ya?” tanya Zanna lagi yang bersama dengannya sekarang.
Lara menggeleng lalu tersenyum. “Nggak dong, Papa nggak marah. Dia lagi marahin pembeli,”
“Oh gitu? Ohya Ma kemalin Papa beli banyak mainan buat Zanna,”
“Oh bagus dong, Papa beliin Zanna mainan yang banyak?”
Zanna tersenyum, “Iya Ma. Banyak banget, dibeliin semua little pony, Ma,”
Lara mengelus pucuk kepala anaknya. “Ya udah ayo kita pulang sayang! Kalau mau bobok, Zanna bobok aja,” kata Lara meminta kepada anaknya. Di kursi depan dia sediakan khusus untuk Zanna tempati dengan pengaman yang baik juga jika terjadi apa-apa yang tidak diinginkan. Ia perhatian dengan keselamatannya dengan Zanna.
Lara menyetir dengan sangat hati-hati ke rumahnya.
Tidak lama kemudian dia sampai di rumah dengan keadaan anaknya yang sudah tertidur di sebelahnya. Mungkin karena kemarin Zanna kurang tidur di rumah neneknya sampai anak itu tidur di perjalanan mereka pulang.
Dia mengeluarkan Zanna dari dalam mobil lalu menggendongnya ke dalam kamar yang melihat di sana ada begitu banyak mainan ketika sedang melewati ruang tamu. Apa tadi Samuel datang? Karena tidak ada orang lain yang punya kunci cadangan selain pria itu yang sangat mudah memasuki rumah ini seenaknya.
Namun dia tidak memikirkan hal itu. Lalu Lara membawa Zanna masuk, menidurkan anaknya di atas ranjang dengan motif sprei dan selimut little pony yang sangat disukai oleh bocah itu.
Lara menaikkan selimut menutupi dada anaknya. “Maafin Mama yang sudah gagal ya sayang,” ucapnya kemudian mencium kening Zanna.
Dengan sangat hati-hati Lara menutup pintu kamar takut jika anaknya terbangun dengan suara pintu yang ditutup.
Di dalam rumah itu tidak ada barang-barang mewah yang dimiliki oleh Lara. Meski terbilang mampu untuk membelinya. Tapi dia sama sekali tidak tertarik, bahkan baju yang ada di butiknya, jam tangan mahal yang ada di tokonya. Serta sepatu dan tas mahal yang dijualnya tidak pernah digunakan sendiri. malah lebih baik dijual dibandingkan dengan menggunakan barang itu sebagai barang pribadi.
Dia berada di luar sambil membawa laptopnya ke ruang tengah sambil menyalakan laptop dan menyambungkannya ke internet. Mencoba untuk mencari pekerjaan yang mungkin saja jauh lebih baik dibandingkan ia harus bergantung pada keluarga suaminya namun malah direndahkan seperti itu oleh Samuel.
Mungkin dengan cara dia yang nanti mandiri, suaminya berubah pikiran agar tidak merendahkan dia lagi dihadapan orang banyak. Terlebih karena dia ingin jika hidupnya lebih mandiri lagi. Orang tuanya juga memintanya untuk bercerai pasca melahirkan Zanna. Tapi orang tua Samuel yang menentang keras tentang perceraian. Sampai pada akhirnya papa Lara sendiri tidak mau mengakui Zanna sampai sekarang jika dia masih bersuami Samuel.
Cinta pertama yang membuatnya hancur adalah papanya sendiri. Zanna tidak pernah dia inginkan, tapi begitu membawa banyak kisah baru di dalam hidupnya.
Dia membuka sebuah website tentang lowongan pekerjaan yang sangat cocok dengannya. Ditambah lagi jika interview dilakukan dengan online setelah melakukan tes online juga. Mungkin Lara tidak memiliki pengalaman, tapi dia bisa menghandle beberapa pekerjaan dengan jurusan yang dia pilih dulu semasih kuliah. Dia juga memiliki bakat lain, jika tidak dalam bidangnya.
Lara mencoba mencari berkas-berkas yang dia punya di laptopnya ketika sudah mengumpulkan data yang diminta oleh perusahaan. Dia mencoba memasukkan CV ke beberapa perusahaan dengan tujuan untuk hidup mandiri dan keluar dari rumah ini. Hidup bersama dengan Zanna berdua, tanpa adanya Samuel lagi di dalam hidupnya yang mengacaukan semua harapannya membuat Zanna memiliki orang tua yang lengkap. Tapi itu adalah mimpi buruk bagi Lara ketika suaminya melanggar perjanjian mereka dan malah membela wanita itu di hadapannya sendiri.
Mungkin dia tidak merasakan sakit sama sekali melihat Samuel yang seperti itu. Karena bukan pertama kalinya dia melihat Samuel bersama dengan wanita lain. Akan tetapi jangan sampai pria itu muncul bersama wanita lain dihadapan anaknya karena berdampak buruk bagi kesehatan mental Zanna yang terpengaruh dengan omongan dari wanita-wanita itu.
Dia memilih beberapa perusahaan, sebelumnya dia mencari tahu seluk beluk dari perusahaan yang membutuhkan karyawan sesuai dengan bidang yang dimiliki oleh Lara tadi. Kemudian setelah selesai membaca semuanya, Lara memasukkan lamarannya ke beberapa perusahaan dengan harapan dia bisa diterima di sana. Ketika diterima nanti, Lara berpikir bahwa membutuhkan pengasuh untuk Zanna meski nanti waktu bersama anaknya akan sangat jarang bisa berdua dan bermain seperti biasanya.
Tapi menjadi wanita mandiri adalah keinginannya. Dia sama sekali tidak ingin jika anaknya pikirannya diracuni oleh tindakan Samuel yang sangat buruk itu.
Usai mengirimkan beberapa lamaran di sana. Lara memilih untuk tidur siang di sofa sedangkan untuk makan siang nanti mungkin bisa mengajak Zanna bersama.
Lara memainkan ponselnya dengan membaca novel online di ponselnya. Dia memang sangat suka membaca sampai harus meluangkan waktunya walaupun itu hanya sekadar membaca novel. Kadang di sana dia menemukan bagaimana cara sudut pandang orang lain menentukan masa depan. Dan juga kadang dia malu untuk memikirkan keegoisannya hanya karena anak. Tapi dia juga membaca bahwa ada kalanya seorang wanita itu memang harus mandiri tanpa harus bergantung pada suami.
Sekarang itu yang dipikirkan oleh Lara agar dia bisa lepas dari Samuel. Usai berpikir tentang masa depannya bersama dengan Zanna yang apa pun terjadi nanti pasti akan dilalui bersama. Berkat dukungan dari kakak dan juga kakak iparnya yang selalu memberikan semangat untuknya melewati semua ini. Andai dia sendiri yang melewatinya sudah pasti Lara juga akan menyerah karena tidak akan pernah sanggup dengan ini semua. Tapi kakak iparnya yang begitu baik memberikan dia semangat dan juga tidak pernah marah setiap kali mendengar Lara keras kepala mempertahankan rumah tangga dengan alasan Zanna.
Meski beberapa kali kakak iparnya juga meminta agar lebih baik berpisah dan membiarkan Zanna tinggal di rumah kakaknya. Kemudian Lara pergi untuk berusaha mengejar mimpi yang sempat tertunda itu.
Lara akhirnya tertidur di sofa ruang tengah setelah selesai melamar pekerjaan via online. Ini rasanya seperti mimpi, semua rencana masa depan yang pernah dia persiapkan dengan matang justru berakhir seperti ini. Takdir memang terkadang datang tanpa diduga. Lara sendiri tidak pernah menduga jika kehidupannya akan menjadi seperti sekarang. Dia sendiri tidak tahu kalau yang akan merasakan ini semua adalah dia dan juga Zanna. Jika dia bisa mengeluh, tentu saja Lara akan mengeluh. Sayangnya dia tidak bisa membebankan semua masalahnya kepada orang lain dan lebih baik menelan itu semua sendirian.
Dia memilih untuk pindah ke dalam kamar untuk merasakan hawa yang sejuk karena di ruang tengah terasa sangat panas. Dia melihat Zanna masih tertidur dengan sangat lelap.
Lara mengambil ponselnya lalu memesan makanan untuk makan siang mereka berdua. Sementara Zanna bangun nanti yang pasti akan sangat lapar sebab anak itu langsung tidur sepulang mereka dari toko tadi.
Dia pun sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan hidup mandiri nantinya. Dia tidak akan membiarkan Zanna bergantung pada Samuel juga.
Lara memilih untuk mandi dibandingkan dengan memikirkan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu di tokonya.
Usai mandi, dia menunggu di luar untuk menunggu pesanan makan siangnya.
“Ma, Mama,” panggil Zanna ketika dia berada di luar.
Lara masuk dan menggendong Zanna yang baru saja terbangun dari tidurnya.
“Lapar sayang?”
“Ma, Papa nggak ke lumah?” Zanna memang seringkali mencari keberadaan Samuel. Meski begitu dia tetap perhatian terhadap anaknya ini. “Papa bawain mainan Zanna?”
“Bawa sayang, itu ada di ruang tengah. Nanti makan, terus mandi. Baru boleh main ya sayang,”
Lara menggendong Zanna keluar sambil menunggu kurir yang membelikan makan siang untuk mereka berdua.
Lara sengaja membeli makanan lebih yang mungkin bisa diberikan untuk sang kurir tersebut. Tidak lama kemudian dia ditelpon oleh kurir itu yang sudah menunggu di depan gerbang.
Dia masih menggendong anaknya untuk menemui kurir itu. “Terima kasih ya, Pak. Buat Bapak satu untuk makan siang,” kata Lara mengeluarkan satu kotak untuk makan siang itu lalu memberikannya pada kurir yang mengantarkan pesanannya. “Hati-hati, Pak,”
“Terima kasih banyak, Mbak,”
Lara tersenyum lalu masuk lagi ke dalam rumah sambil membawa Zanna yang masih digendongannya. “Zanna, kemarin jalan-jalan sama siapa?”
Zanna yang diturunkan di sofa oleh Lara dan membuka kotak nasi itu. “Sama teman Papa, cantik banget, Ma,” jawab Zanna dengan polosnya.
Berarti yang dikatakan oleh Kesha tadi itu benar bahwa Samuel memang pergi bersama dengan Kesha dan Zanna kemarin. Tidak bisa dimaafkan lagi jika Samuel sudah melanggar janjinya terhadap Lara dan juga Zanna.
Lara memberikan Zanna minum terlebih dahulu sebelum makan. “Minum dulu, Nak,”
Zanna terlihat sedang tidak bersemangat hari ini. “Ma, mau bobok,”
“Zanna sakit?”
Anak itu menggeleng lalu bersandar kepada Lara. “Apa yang terjadi sayang?”
“Ngantuk, Ma,”
“Kok bobok lagi? Belum makan lho sayang,” kata Lara merayu anaknya yang malah dibalas dengan gelengan dan Zanna malah berbaring di atas sofa.
Lara meletakkan sendok itu lalu memegang dahi anaknya. “Nggak enak badan ya?”
Zanna mengangguk pelan lalu berdiri memeluk Lara. “Tadi Mama tanya sakit jawabnya nggak. Ya udah makan dulu terus kita ke dokter ya!” ajak Lara kepada anaknya yang sedang di pangkuannya. Tubuh Zanna berkeringat tapi tidak mengeluarkan keringat sampai Lara menganggap itu adalah hal yang biasa. Tapi sekarang anaknya malah mengatakan jika dirinya tidak baik-baik saja.
Lara memangku anaknya dan mencoba untuk mengajak Zanna makan. “Makan dikit ya, nggak apa-apa biar nanti kita langsung ke dokter, mau ya?” tawar Lara kepada Zanna yang terlihat sedang tidak bersemangat.“Kenapa sampai sakit begini?”
“Kemalin Zanna main sampai malam sama Papa, Zanna tiba-tiba di lumah, Nenek,” kata Zanna menjelaskan aktivitasnya.
“Nangis nggak kemarin?”
“Nangis, tapi nggak boleh pulang kalena udah tengah malam. Digigit guguk dijalan nanti kata, Papa,”
Lara tidak pernah menenangkan Zanna dengan cara menakuti putrinya apalagi dengan hewan seperti itu. Karena dia tidak ingin jika anaknya takut secara berlebihan dengan hewan itu. “Zanna, nggak boleh takut lagi ya!”
“Ma, Papa kenapa nggak bobok sini aja?”
Lambat laun pertanyaan itu akan dilontarkan juga oleh Zanna yang pada akhirnya hari ini anaknya bertanya demikian tentang papa kandungnya. Ya bagaimanapun juga Lara tidak tahu bagaimana harus menenangkan Zana dengan baik. Dia memang percaya bahwa Samuel bisa menjadi ayah yang bertanggung jawab untuk Zanna. Tapi tidak untuk mencerminkan sikap yang baik juga untuk Lara.
Sekarang adalah waktu di mana Lara benar-benar sudah muak dengan tingkah Samuel yang tidak bisa menjaga kepercayaannya.