Pernikahan Tak Sempurna - Bab 8 Merajuk

Menunggu beberapa hari untuk menerima kabar bahwa dia mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan itu. Hari ini pukul dua siang, Lara diminta untuk berkunjung ke kantor terlebih dahulu untuk persiapan besok pagi untuk hari pertama dia di kantor.

Namun sebelumnya dia akan menitipkan Zanna di rumah kakaknya. Hanya kakaknya yang bisa dia andalkan. Rumahnya juga cukup jauh sekarang ini untuk menitipkan Zanna. Sedangkan rumah mertuanya yang lebih dekat, tapi Lara tidak pernah dekat dengan mertuanya. Hanya bersama dengan adik iparnya. Itupun kalau Keana pulang dari luar negeri. Sebab gadis itu kuliah di sana dan menempuh pendidikan untuk S2.

Sejak awal gadis itu yang sudah menerima dia di keluarga Pradipta. Tidak seperti yang lainnya yang selalu mencela kehadiran Zanna dan juga kadang menghina Zanna sebagai anak yang lahir dari perbuatan terlarang.

Sedangkan Keana sendiri sangat menyayangi Zanna apapun yang terjadi. Tapi apalah daya dia tidak bisa untuk terus bertahan nanti bersama dengan Samuel.

Lara menyiapkan semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh Zanna selama berada di rumah kakaknya nanti. Sudah lama sekali Lara tidak bertemu dengan Keana--adik Sameul.

Di rumah dia melihat anaknya sedang aktif bermain di sana. “Sayang, ke rumah Bibi Deswita ya, nanti Mama jemput,”

Zanna menoleh dan menggeleng. “Nggak kakak Vano bandel. Seling pukulin Zanna, nggak mau,” jawab anaknya dengan penolakan yang spontan.

Bagaimana bisa dia ke perusahaan sedangkan Zanna sendiri tidak mau dititipkan. Jika menitipkan kepada Samuel, dia sudah tidak bisa percaya lagi dengan pria yang sudah mengajak Zanna bertemu dengan wanita yang statusnya wanita itu akan menjadi mama tirinya Zanna nanti. Meski dia sendiri tidak tahu kapan itu akan terjadi.

Mencoba untuk membujuk Zanna dengan baik. “Mama mau kerja, sayang,”

Zanna menggeleng lagi dan berdiri. “Nggak mau, Mama nggak boleh kelja. Nanti Mama kayak Papa, nggak ada waktu buat Zanna,” kata anak itu dengan menentang keras apa yang sedang diusahakan oleh Lara.

Sementara itu dia benar-benar tidak tega membiarkan anaknya sendirian di rumah nanti. Dia tidak mungkin membiarkan Zanna berada di rumah bersama dengan pengasuhnya yang sudah dia siapkan. Mungkin beberapa hari dia meminta kakaknya untuk datang kemari menjaga Zanna agar anak itu bisa dekat terlebih dahulu dengan pengasuhnya.

Lara mendekati anaknya yang sedang duduk di lantai. “Zanna, boleh ya kalau Mama kerja? Kan selama ini Zanna juga tahu kalau Mama kerja,”

Anaknya malah menghindar dan mencoba untuk pergi ke kamar.

Lara menarik napasnya ketika anaknya menolak dan tidak memperbolehkan dia untuk pergi bekerja.

Tok tok tok

Lara menoleh ke arah pintu ketika dia mencoba untuk membujuk Zanna.

Namun karena dia penasaran dengan yang datang kali ini. Lara pun menuju ke arah pintu lalu mengaktifkan kamera yang tersambung dengan pintu utama yang bisa melihat siapa yang bertamu sekarang ini. Ketika dia melihat ada sepupu dari suaminya yang sangat baik kepadanya, yaitu Julian yang sudah sangat baik dalam membantunya selama ini mengatasi semua masalah. Apalagi ketika Lara yang tidak bisa untuk menyelesaikan masalah di butiknya.

Setelah memutar kunci dan menarik kenop pintu. “Hay, apa kabar? Ayo masuk!”

Julian mengedarkan pandangannya di dalam ketika dipersilakan masuk. “Zanna mana?”

Lara mengajak Julian ke ruang tengah. “Zanna lagi ngambek,”

“Hu.... Mama nggak boleh kelja... huaaaaaa...”

Lara dan Julian mendengar suara tangis Zanna yang mungkin saja takut merasakan kesepian. “Zanna di mana?”

“Ada di kamar, tapi tadi aku izin kerja. Dia nggak bolehin,”

Julian berdiri begitu dia baru saja duduk di sana. “Kalau gitu aku boleh masuk nggak? Biar aku yang rayu dia,”

Lara mempersilakan dan pergi ke dapur untuk membuatkan minuman yang akan disajikan untuk sepupunya Samuel. Meski dia dipanggil kakak ipar, tapi Lara lebih nyaman memanggil Julian dengan sebutan kakak. Karena pria itu memang lebih tua darinya.

Di kamar Julian melihat Zanna sedang sembunyi di bawah meja riasnya Lara. Dia berjongkok di sana dan melihat keponakannya sedang menangis dengan menempelkan kepalanya di lutut. “Uncle di sini sayang,” kata Julian dengan ceria mencoba untuk mendekati Zanna yang sedang menangis.

Zanna merangkak keluar lalu memeluk Julian. “Mama nggak boleh kelja. Zanna nggak mau ditinggal,” kata anak itu lalu dia mengelus punggung keponakannya.

Julian mungkin tidak mengerti cara mengurus anak. Tapi jika sudah berurusan dengan Zanna dia akan berusaha untuk menenangkan keponakannya ini. “Kenapa nangis?”

“Zanna mau dititipin sama Bibi. Zanna nggak mau, Mama bilang besok ada pengasuh yang jagain Zanna,” lapor anak itu kepada Julian yang sejenak kemudian tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Zanna barusan.

Apa Lara berencana untuk bekerja di tempat lain? Sedangkan dia tidak pernah kekurangan uang selama ini.

Tapi wanita itu tidak pernah mengatakan jika dia akan pergi bekerja dan meninggalkan Zanna.

Di ruang tamu ketika dia menggendong Zanna. Lara datang membawa teh dan juga cemilan. “Tuh kalau sama kakak dia nggak bakalan nangis,”

Julian malah tidak setuju dengan pertanyaan itu. Tapi dia ingin tahu kalau apa alasan Lara menitipkan Zanna. “Apa maksudnya Zanna, dia mau dititipkan ke pengasuh?”

Lara duduk bersebrangan dengan Julian. “Aku mau kerja, hari ini aku mau ke kantor. Untuk melihat-lihat keadaan dulu. Besok aku mau masuk pertama kali,”

Benar tebakan Julian bahwa istri dari kakak sepupunya ini berencana untuk bekerja. “Apa maksudnya, Ra? Kamu butuh uang? Harta dari mertua kamu nggak akan pernah habis, meskipun kamu hura-hura di luar sana,”

Lara tidak akan membenarkan ucapan dari pria itu. Dia sendiri memang ingin hidup mandiri. Jika gaji kerjanya sudah cukup nanti, mungkin dia bisa untuk meninggalkan Samuel lalu hidup mandiri. “Kak, aku sama sekali nggak mau bergantung dengan keluarga kalian. Termasuk juga dengan keluarganya Samuel. Aku sama sekali nggak mau bergantung sama mereka. Apalagi dengan kata bahwa uang mereka nggak bakalan habis,”

“Terus kamu bakalan kerja gitu? Zanna gimana? Samuel tahu ini pasti marah, Ra. Kamu pikirkan itu baik-baik. dia kasih kamu apa aja, dia bisa kasih kamu apa pun itu,”

“Jangan berkata seperti itu, Kak. Nanti kita ngobrolin ini dengan serius kalau Zanna udah tidur. Tapi sebentar lagi aku mau pergi ke kantor. Aku bisa titip Zanna? Dia nggak mau dititip sama kakak aku,”

Julian pun tidak keberatan jika hanya dititipi setengah hari. “Ya udah nggak apa-apa, Ra. Kamu fokus aja sama pekerjaan kamu. Nanti kalau kamu butuh bantuan, aku bisa kok dititipin Zanna,”

Lara juga sebentar lagi akan pergi dan tidak mau jika anaknya menangis lagi hanya karena tidak mau dititipi pada kakaknya Lara. Beruntungnya juga ada Julian yang datang kemari.

“Minum dulu tehnya kak! Nanti aku berangkat sebentar lagi. Kakak mau diam di sini atau bagaimana?”

Julian meminum teh yang sudah disediakan oleh kakak iparnya ini. Begitu bodohnya Samuel sudah menyia-nyiakan Lara yang begitu baik. apalagi anaknya diurus dengan baik juga. Hanya karena kesalahan waktu itu, Samuel tidak mau menganggap istrinya ada. Bahkan ketika Zanna sakit pun sangat jarang jika anak itu dikunjungi oleh Samuel.

Melihat Lara yang sedari tadi melihat ke arah jam tangannya. Julian sendiri berinisiatif membawa Zanna pergi dari rumah ini untuk setengah hari saja. :”Ra, kalau kamu sibuk. Aku bawa Zanna aja ya. Aku mau ajakin dia jalan-jalan,” pamit Julian menggendong Zanna.

Anak itu pun berhenti menangis dan melirik ke arah Lara. “Mama pelgi sendilian ya, Zanna nggak ikut,”

Julian mengelus punggung keponakannya berharap jika ada keajaiban yang dapat membuat kakak sepupunya berubah dan sedikit saja lebih menghargai keluarga yang sekarang ini adalah masa-masa di mana Zanna butuh keluarga yang lengkap untuk mendukung semua yang dia lakukan.

Lara sendiri juga sangat sopan pada siapa pun. Jadi tidak ada salahnya jika Samuel memperbaiki apa yang pernah dilakukannya lalu membangun rumah tangga itu dengan sebenar-benarnya cinta.

Butuh waktu yang tidak sebentar juga untuk memperbaiki ini semua. Tetapi satu kali saja Samuel berbuat baik, maka tidak ada yang menyangkal bahwa Lara pasti bisa memaafkan pria itu. Julian sendiri berpamitan kepada Lara yang sedang terlihat gelisah itu. Memang berat pasti berjuang seorang diri dalam rumah tangga ini. Kakak sepupu yang pernah dia banggakan itu hanya orang yang tidak tahu bagaimana rumah tangga itu bisa dijaga dengan baik.

Keluar dari rumah itu dia mengajak Zanna ke mobilnya lalu memasangkan sabuk pengaman untuk Zanna. “Jangan banyak gerak ya!”

Ketika mereka hendak berangkat. Lara berlari menghampiri mobilnya Julian. “Ada apa, Ra?”

“Ini kak bawa pakaian sama popok dan juga susu untuk Zanna. Nanti kakak kesusahan untuk urus dia kalau dia pengin pup,” kata Lara yang menyerahkan tas itu untuk adik iparnya.

Julian mengambilnya dengan senyuman yang begitu ramah.

Setelah menerima tas itu. Julian berpamitan kepada wanita yang terlihat begitu cantik di matanya. Tapi tidak bagi kakak sepupunya yang mungkin saja sudah dibutakan mata hatinya.

Tak lama kemudian mereka tiba di rumahnya Julian, dia sengaja membawa Zanna ke sana untuk mengambil sesuatu terlebih dahulu sebelum ke rumah Paman Pradipta.

Dia menggendong Zanna masuk ke dalam rumahnya. “Uncle, nanti ke lumah Papa kan?”

Ketika berada digendongannya, Zanna bertanya demikian. Tapi meski ke rumah Samuel. Kakak sepupunya tidak ada di sana dan lebih memilih keluar dari rumahnya semenjak kejadian di mana pertengkaran antara anak dan juga orang tua.

Julian masuk dan bertemu mamanya sedang memberi makan ikan yang ada di akuarium. “Lho, Zanna ikut? Tumben banget dia pengin ikut sama kamu?” sambut mamanya yang tidak kalah senangnya melihat Zanna datang.

Anak itu sangat lucu, dan juga ramah. Setiap kali bertemu dengan orang yang lebih tua darinya, Zanna mengulurkan tangannya lalu bersalaman kepada orang yang ditemuinya. Begitu sopannya dan juga baik Lara mendidik anaknya. “Ma, aku dititipi Zanna sampai nanti sore sama Lara,”

“Ke mana dia?”

Sambil berjalan menuju ruang tengah mereka berbincang. “Katanya sih hari ini dia dapat pekerjaan dan besok sudah mulai bekerja. Tapi sayangnya hari ini dia harus ke kantor terlebih dahulu, Ma. Jadi tadi Zanna mau dititip di rumah kakaknya Lara. Tapi Zanna nangis, waktu aku berkunjung tadi juga aku temui dia dibawah meja riasnya Lara. Dia juga nangis waktu tau Lara mau kerja,”

Mamanya Julian seolah tidak percaya dengan anak kecil seperti Zanna yang memberontak tidak terima dengan orang tuanya yang sibuk bekerja. “Yan, si Lara kan punya butik gitu kan ya? Terus punya toko sepatu, jam tangan, tas dan sebagainya. Kenapa harus kerja?” pria itu akrab dipanggil Yan oleh mamanya dibandingkan Julian.

“Lara jawab sih katanya nggak mau bergantung pada keluarga besar suaminya. Ya kita tahu sendiri kan kalau si Samuel itu gimana. Aku sendiri liatnya juga sudah muak, Ma. Bagaimanapun juga kan Lara sama Zanna udah jadi keluarga kita,” kata Julian sambil mendaratkan bokongnya di sofa yang ada di ruang tengah.

Rumah dengan gaya minimalis eropa yang terbilang sangat mewah ini. Dengan begitu banyak barang-barang berharga di dalam rumah yang dijadikan sebagai pajangan atau hanya hiasan ketika para tamu kadang membanggakan barang-barang mereka.

Julian mendudukkan Zanna di sofa. “Uncle, Zanna lapar,”

Mamanya Julian melirik ke arah Zanna. “Uh cucu nenek lapar ya? Mau makan apa sayang? Suka makan sayur nggak? Soalnya nenek cuman masak ayam goreng, ikan bakar sama sup aja sayang,”

“Nggak pedes, Nek?”

“Nggak dong, kan sambalnya dipisah. Mau makan di rumah nenek?” tawar mamanya Julian yang siapa tahu bahwa Zanna ingin makan diluar bersama dengan Julian.

Tapi ketika anak itu mengangguk pelan. Mamanya Julian sangat senang ketika melihat Zanna mau makan di rumahnya. “Ayo nenek yang gendong,” kata mamanya Julian lalu membawa Zanna ke tempat makan dan mendudukkannya di kursi dan langsung mengambilkan makanan yang lain. “Yan, kamu juga makan gih! Kamu kan belum makan siang, Mama mau suapin Zanna,” kata mamanya.

Julian pergi mengambil beberapa berkas yang akan diberikan untuk Paman Pradipta karena dititipi oleh papanya tadi sebelum berangkat bekerja. “Aku ka kamar dulu, Ma. Ada berkas yang dititip Papa. Aku mau ke rumah Paman nanti setelah makan sama Zann,”

Mamanya Julian tahu bahwa di rumah itu Samuel sudah tidak ada. Jadi tidak ada salahnya membawa Zanna ke sana. Lagipula Lara pasti marah besar dengan kejadian yang di mana Samuel membawa Zanna ke hadapan selingkuhannya dan mempermalukan Lara dihadapan orang banyak.

Dia melihat sendiri bagaimana kejadian itu di televisi dan melihat ada Samuel datang membawa Zanna. Jika tidak bisa mempertahankan Lara, lebih baik bercerai dibandingkan melihat Lara dan Zanna seperti dua orang yang kehilangan rasa kasih sayang dari pria itu.

Dia juga tidak setuju dengan perselingkuhan yang dilakukan oleh keponakan dari suaminya itu. Sangat keterlaluan ketika melihat Samuel dengan percaya diri pamer kemesraan di hadapan orang lain.

Melihat Zanna yang masih kecil dan juga kehilangan masa-masa bahagianya bersama dengan orang tua membuatnya merasa kasihan dengan cucunya. Semua orang sudah bisa menerima Zanna dan juga Lara di dalam keluarga besarnya. Lagipula itu adalah kesalahan dari Samuel sendiri, jadi tidak ada celah untuk menyalahkan Lara lagi sekarang ini.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu