Pernikahan Tak Sempurna - Bab 2 Menepati Janji
Momen yang paling menyenangkan bagi Samuel begitu melihat anaknya bahagia ketika bisa jalan-jalan dengannya. Dia tidak ingin melewatkan momen apapun bersama dengan Zanna sekarang ini. Waktu berharga yang dia miliki dia berikan kepada Zanna khusus hari ini.
Salah seorang karyawan datang memberikan sebuah kado untuk Zanna. “Ini ada apa, Mbak?” tanya Samuel begitu anaknya menatap ke arah karyawan itu.
“Jadi setiap hari jika ada pelanggan nomor seribu. Kami memberikan hadiah untuk pelanggan kami, Pak. Jadi kebetulan hari ini anda dan anak Anda merupakan pelanggan kami yang mendapatkan hadiah ini,”
Samuel tersenyum, “Terima kasih banyak,” lalu karyawan itu pergi dan ia melihat Zanna begitu ceria mendapatkan hadiah dari tempat mereka membeli es krim itu. “Dibuka dong!”
“Emang boleh, Pa?”
“Itu kan milik Zanna,”
Anak itu lalu menarik pita tersebut lalu membuka kotaknya. “Pa, ada mainan,” Zanna tertawa riang.
Bisa-bisanya melihat anaknya tertawa seperti ini membuat hati Samuel begitu bahagia. “Nanti kita beli mainan lagi kalau Zanna udah habisin es krimnya,”
Zanna menggeleng, “Pa, Zanna nggak bisa habisin sendilian,” jawabnya dengan lucu.
Es krim itu memang sangat banyak sampai Samuel membantu anaknya untuk makan es krim tersebut. “Biar sama Papa,”
Samuel yang menarik gelas es krim tersebut lalu memakan setengahnya. “Pa, kenapa Papa nggak pelnah mau ajak Mama juga? Papa juga nggak pelnah ngomong sama Mama,” tanya Zanna sampai dia berhenti untuk makan es krim tersebut.
Dia terkejut begitu mendengar Zanna yang barusan. Kenapa bisa anaknya bisa menyadari semua yang terjadi antara dirinya dan juga Lara. Harusnya dia dan Lara memang menjadi suami istri seperti pasangan lain. Namun sayangnya Samuel tidak ada perasaan sedikitpun terhadap istrinya sendiri. salah memang, namun apa yang hendak dikata jika Samuel sendiri tidak bisa memberikan perasaannya pada Lara. “Kenapa tanya begitu? Mama kan harus urus butik,” Samuel mencari alasan agar Zanna berhenti bertanya seperti barusan.
Tak lama kemudian setelah dia makan es krim itu. Zanna memakan es krim itu, sementara menunggu anaknya. Samuel mengedarkan pandangannya lalu terhenti pada seorang wanita yang jaraknya beberapa meter dari tempatnya duduk sekarang ini. Itu adalah Kesha—kekasihnya. Samuel berusaha untuk menyembunyikan dirinya agar tidak terlihat oleh wanita itu. Jangan sampai wanita itu datang lalu menghampiri dia yang bersama dengan Zanna sekarang.
‘Kumohon Kesha jangan kemari. Kamu tahu sendiri aku bersama dengan Zanna’ ucapnya di dalam hati sembari berdoa. Dia tidak mau jika anaknya melihat kejadian ini.
Namun begitu dia mengangkat kepalanya untuk mengedarkan pandangannya lagi. Justru wanita itu berdiri di hadapannya yang membuatnya terkejut. Samuel menarik Kesha dan berkata. “Kamu ngapain ke sini?”
“Aku?” tunjuk Kesha pada dirinya sendiri. “Aku lihat kamu di sini sama anak kamu. Kenapa memangnya? Nggak ada salahnya juga kan aku samperin kamu?” tanya Kesha yang membuat Samuel marah besar.
Sementara itu dia melihat Zanna memperhatikan mereka berdua. “Pa, itu siapa? Teman Mama atau Papa?”
Mendengar pertanyaan itu Kesha duduk di pinggir Zanna. “Ah, tante ini temannya Papa. Kenal sama Mama juga,”
“Oh, teman kelja Papa?”
Sedangkan Samuel mendekati Kesha. “Pergi dari sini atau kamu akan tahu sendiri akibatnya seperti apa? Jangan macam-macam dengan Zanna! Aku sudah ingatkan kamu beberapa kali kalau kamu jangan pernah nongol di hadapan Zanna seperti ini,” kata Samuel lalu wanita itu tersenyum sinis seolah tidak bisa mengindahkan perintah Samuel.
Pria itu sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi. “Aku hitung sampai tiga kalau kamu nggak pergi, kamu bakalan tahu sendiri akibatnya,” dia bicara sambil berbisik kepada Kesha.
Sejujurnya dia selalu berusaha untuk tidak terlihat seperti pria bajingan di hadapan anaknya sendiri. tapi wanita ini sudah sangat keterlaluan yang datang untuk sekadar mengganggunya begitu saja.
Kesha tersenyum lalu membalas ucapan Samuel. “Kamu tenang saja sayang. Aku tidak mungkin melukai mental anakmu mengakui bahwa aku kekasihmu bukan?”
“Aku akan membunuhmu jika kamu mengakui itu, Kesha!” ancam Samuel yang sudah geram dengan wanita ini.
Zanna yang mulai cuek dan malah fokus dengan es krimnya. “Pergi nggak?” Samuel sudah tidak tahan lagi.
“Kamu apa-apaan sih? Nomor kamu nggak bisa dihubungi ya. Kamu sendiri udah janji mau nemenin aku belanja,”
“Kamu buta? Kamu lihat aku sama siapa? Aku nggak bakalan tinggal diam kalau kamu masih di sini, Kesha!”
Setidaknya wanita ini tahu diri dan bisa menghargai Zanna yang ada bersama dengan pria itu. “Kamu kapan ada waktu buat aku?”
“Kamu sendiri kapan bisa ngerti dengan keadaan ini? Kamu lihat aku sama Zanna, kamu nggak mikir gimana nanti dia ngadu kepada Lara?”
Semua orang tahu bahwa dia sudah beristri. Tapi banyak yang menertawakan nasib Lara yang hanya dinikahi karena tanggung jawab akibat perbuatan dari Samuel itu. “Kamu takut sama istri kamu yang mengenaskan itu?”
“Berhenti banyak omong, Kesha. Aku memintamu untuk pergi dari sini. Aku bukannya mau ribut denganmu, jangan sampai aku melakukan hal yang kasar sama kamu,”
Samuel mengedarkan pandangannya dan menangkap ada salah satu wanita yang mungkin usianya masih dua puluhan itu sedang mengarahkan kamera ponselnya ke arah mereka bertiga. Begitu Samuel melihat, wanita itu langsung menurunkan ponselnya lalu pergi dari sana. Yang diyakini sendiri bahwa itu akan menjadi gosip baru. Mengingat Kesha merupakan seorang model yang cukup terkenal, jadi tidak jarang jika gosip itu bisa dengan mudah menyebar.
Kesha sendiri tidak peduli dengan anggapan orang lain yang mengatakan dirinya wanita tidak tahu diri karena pacaran dengan suami orang lain. Sedangkan dia tahu sendiri bahwa Samuel sama sekali tidak menganggap istrinya itu ada. Kecuali dia hanya menganggap Zanna itu ada di dunianya, “Kesha, pergi sekarang juga!” ucap Samuel yang mempertegas ucapannya.
“Baiklah, jika kamu memaksaku pergi. Maka aku akan pergi,” balas wanita dengan kaos berwarna putih polos dengan rok mini yang digunakan oleh wanita itu. Setiap pria pasti senang dengan penampilan wanita ini. Begitupun juga dengan Samuel, ya bisa dikatakan jika Lara sendiri tidak pernah berpakaian terbuka seperti Kesha sekarang. Sebab Zanna selalu menggunakan kaos lengan pendek tapi celananya selalu panjang.
Meski berstatus suami istri tapi Samuel tidak pernah menyentuh Lara sampai sekarang, itupun terjadi karena mabuk dulu di acara pesta.
Samuel menghela napas panjangnya. “Kamu bisa pergi sekarang!”
Kesha mencium Zanna yang membuat Samuel menarik tisu lalu menggosok bekas ciuman Kesha dipipi Zanna. “Jangan menyentuh putriku, sialan!”
Kesha pergi meninggalkan mereka berdua ketika sudah mencium pipi Samuel. “Pa, kenapa Papa dicium?” tanya Zanna yang melihat kejadian itu. Padahal dia sudah berusaha untuk menghindari itu. Tetap saja jika Zanna sudah melihat itu dia sudah melanggar janjinya dengan Lara bahwa apapun yang terjadi di luar sana. Zanna tidak boleh bertemu dengan kekasih Samuel yang manapun.
Samuel membelikan mainan untuk Zanna begitu banyak. Karena malam ini dia bisa tenang tanpa ada gangguan dari siapapun juga. Maka dari itu dia membawa Zanna ke rumahnya. Namun sebelumnya ketika masih berada di mall, dia mencoba menghubungi Lara untuk mengatakan jika malam ini Zanna akan menginap di rumah Samuel.
Melihat putri kecilnya yang seharian ini bermain bersamanya sampai tertidur tadi ketika lelah bermain. Bahkan Samuel sendiri mengajak anaknya pulang jam setengah sepuluh malam karena Zanna yang belum puas bermain. Samuel dengan sabar menemani buah hatinya sampai akhirnya Zanna sendiri yang mengatakan jika dia lelah lalu meminta untuk digendong, sedangkan mainan yang dibelikannya sudah dibawa ke mobil.
Mendengar istrinya setuju dengan itu, pria tersebut membawa anaknya pulang.
Sampai di rumah Samuel menggendong Zanna masuk ke dalam rumah dengan keadaan yang masih terlelap tidur. “Lho, Zanna mau nginap?” mamanya yang melihat mereka berdua masuk menghampiri Samuel yang menggendong Zanna itu.
Di dalam keluarga besar Samuel tidak ada satupun yang membenci Lara dengan permintaan pertanggungjawaban yang dulu. Akan tetapi hubungan mereka tidak pernah baik, mereka yang malu dengan keadaan sekarang ini. Yang di mana Samuel masih bersikap sama yaitu mencampakkan istri dan juga anaknya. Walaupun terkadang ada suatu masa di mana putra mereka membicarakan tentang Zanna.
Renata selaku ibu dari Samuel hanya bisa berharap bahwa ada sedikit keajaiban hati Samuel terbuka dan bisa menghargai istri dan anaknya juga. Kadang Renata beserta suaminya mencoba menjauhi Lara bukan karena untuk membenci menantunya sendiri. Tapi mengingat perlakuan Samuel yang sangat buruk, ditambah lagi dengan janji-janji Samuel terhadap Zanna yang sangat sulit dipenuhi dan baru sekarang Samuel bisa menepati janjinya.
Sudah sering sekali Renata mendengar jika Samuel akan mengajak Zanna pergi tapi tidak pernah menepatinya.
Sedangkan Renata baru saja merapikan tempat tidur Samuel dan menidurkan Zanna di sana. “Tumben kamu bawa dia kemari? Mimpi apa?”
Anak pertama dari keluarga Pradipta itu tak menjawab apapun. “Memangnya kenapa, Ma?”
“Ya Mama nggak nyangka aja kalau kamu bisa bawa dia sekarang. Soalnya ya Mama khawatir aja gitu sama dia, terus kapan kamu bawa Lara ke rumah?” Renata sengaja menyinggung soal Lara agar sedikit saja Samuel bisa terketuk pintu hatinya bisa membawa istrinya untuk sekadar makan malam. Sampai kapanpun juga, Samuel tidak akan pernah melakukan hal itu.
Begitupun juga dengan Lara yang walaupun dijemput oleh sopir dari keluarga Pradipta tidak akan pernah mau datang ke rumah ini.
Tak lama kemudian Samuel mengikuti mamanya turun ke lantai dasar dan pergi ke dapur mengambil air minum karena dari sore sampai malam begini dia menemani Zanna bermain tanpa bisa membeli air minum untuk membasahi tenggorokannya.
Samuel membuka kulkas lalu mengambil air dingin yang ada di botol kemasan yang sengaja didinginkan itu. Samuel duduk di kursi lalu meneguk minumannya dengan segar air itu membasahi tenggorokan.
Sedangkan di sana ada Renata dan juga Tuan Pradipta yang sedang menunggu di ruang keluarga. “Bawa Zanna dia?” tanya pria tua itu fokus dengan tabletnya untuk melihat beberapa pekerjaan dari tablet yang sedang dipegangnya.
“Ya, Pa. Katanya sih Zanna nginap malam ini,”
Tuan Pradipta menarik istrinya agar duduk di sebelah kirinya sambil menoleh ke belakang melihat ada Samuel yang masih minum dan memakan buah-buahan yang ada di atas meja makan. “Biarin aja dia, siapa tahu dengan cara seperti itu dia bisa sadar,”
“Tadi Mama singgung soal Lara,”
“Dia jawab?” terlihat Tuan Pradipta penasaran dengan ucapan istrinya barusan.
Jika mengingat kembali kisah yang sudah-sudah, maka jawabannya adalah Samuel pasti akan tetap sama seperti dulu. “Ya, dia nggak jawab, Pa. Tahu sendiri kan kalau dia nggak bakalan bisa dibilangin kalau sudah menyangkut Lara,”
Sikap Lara yang cuek terhadap keluarga besar Pradipta itu tidak bisa disalahkan oleh Renata. Sebab ini juga karena tingkah Samuel yang tidak bisa untuk bersikap dewasa menghadapi masalah ini. Mengingat umur anaknya bukan muda lagi, tapi tidak semudah itu untuk menerima Lara yang malah lebih asyik bersama dengan para kekasihnya.
Renata menoleh ketika mendengar langkah kaki dan pura-pura membahas hal lain bersama dengan suaminya begitu Samuel mendekat. “Pa, besok Papa ke kantor?”
Samuel ikut bergabung bersama Mama dan juga Papanya di ruang keluarga. Papanya menurunkan kacamata dan membuka kacamata lalu meletakkannya bersamaan dengan tablet yang dipegangnya tadi di atas meja. “Ya ke kantor, kenapa?”
“Aku besok nggak ke kantor, Pa,”
Pradipta sudah tahu jika anaknya tidak pergi ke kantor urusannya hanyalah bersama dengan wanita lain. “Terserah kamu,”
“Aku mau ngajakin Zanna main besok,”
Tuan Pradipta dan Renata menoleh lalu mencoba menahan senyumannya di hadapan Samuel. “Ya sudah kalau begitu,”
“Besok siang aku antar dia pulang,”
“Kenapa nggak sampai malam aja kamu temenin dia?”
Samuel mencoba mencari alasan. Dia sudah berjanji pada Kesha untuk bertemu besok. “Ya ada urusan penting,”
“Setahu Papa waktu kamu sama Zanna lebih berharga dibandingkan apapun, Sam. Tapi Papa nggak tahu sih urusan kamu seperti apa. Ya mau nggak mau Papa persilakan kamu aja, yang penting Papa nggak mau lihat kamu jalan-jalan lagi sama wanita simpanan kamu. Kenapa kamu nggak perbaiki pernikahan kamu sama Lara aja?”
Samuel akan menghindar jika orang tuanya membahas tentang pernikahan itu, pasalnya Samuel memang tidak pernah mencintai Lara. Apalagi untuk mencoba mempertahankan pernikahan dengan mencoba untuk saling jatuh cinta, Samuel pikir itu adalah hal yang sangat mustahil baginya.
Pria itu berdiri untuk menghindari papanya yang mulai membahas perihal Lara. Ini bukan satu atau dua kali orang tuanya membahas Lara. Tapi sudah sangat sering membahas tentang Lara yang mereka tahu bahwa jawabannya adalah Samuel bertahan hanya karena Zanna, bukan ingin memperbaiki pernikahan dengan Lara.
Pradipta mulai geram dengan anaknya. “Kamu bukan anak yang usianya belasan tahun, Sam. Kamu sudah tiga puluh tiga tahun, sebentar lagi kamu ulang tahun yang ke tiga puluh empat, anak kamu baru berusia tiga tahun. Apa pernah kamu pikirkan gimana dia akan tumbuh dengan orang tua yang berantakan seperti ini? Apa kamu pernah memikirkan bagaimana nasib dia?”
“Papa sendiri tahu kalau aku dan Lara tidak akan pernah bisa untuk saling mencintai. Aku tidak ingin memulai itu semua, dan Papa tahu sendiri aku sama sekali tidak menganggap Lara itu istri aku. Melainkan hanya sebagai Ibu kandung dari Zanna yang tidak lain adalah orang asing bagiku,”
Renata tidak ingin ikut campur dengan ini. Dia memilih diam dan membiarkan suaminya yang berdebat dengan Samuel. “Jangan sampai kamu kehilangan baru kamu tahu arti jatuh cinta itu seperti apa,”
“Papa jangan ngajarin aku!”