Menaklukkan Suami CEO - Bab 8 Bangun dengan rasa sakit

Kepala Belle terasa berat dan sakit pada sebagian kepalanya membuatnya agak kesusahan ketika perlahan membuka kedua kelopak matanya. Bulu mata lentiknya tampak bergetar halus.

Mata Belle terbuka setengah. Pandangannya menerawang ke seluruh ruangan besar yang nampak mewah. Bukanlah kamarnya, melainkan kamar suite super mewah. Dia ingat alasan dia berada di dalam kamar hotel saat ini yaitu, dia dan Liam makan malam semalam. Namun, setelah membanting tubuh Liam ke lantai, Belle lupa yang terjadi setelahnya.

Pandangan Belle terkunci pada seorang pria yang sedang tertidur pulas tanpa mengenakan baju di sebelahnya. Seketika mata Belle terbuka lebar mendapati bahwa, Liam Alterio tengah meminjamkan lengannya sebagai bantal untuk Belle. Semalaman penuh.

Kemudian Belle melihat dirinya dengan menyingkap selimut dan dia masih utuh mengenakan baju dalam tipis dan juga celana pendek, sedangkan Liam masih mengenakan celana panjangnya, hanya saja pria itu tidak memakai baju membuat Belle kaget.

Beruntunglah karena tidak terjadi apa pun sebelum mereka menikah. Padahal Dominic Alterio sangat mengharapkan akan terjadi sesuatu pada keduanya. Semalam merupakan kesempatan yang cukup bagus bagi Liam. Akan tetapi, Liam tidak melakukan apa pun pada Belle. Setelah mengobati punggung Belle yang sedikit bengkak akibat ulahnya mendorong perempuan itu sampai menabrak pagar balkon. Liam membawa Belle ke dalam kamar dan menyuruhnya tidur dengan paksaan sampai-sampai Liam pusing dan kewalahan menghadapi Belle seperti anak kecil di bawah pengaruh alkohol.

Dini hari barulah Belle tertidur dan perempuan itu juga menginginkan lengan Liam sebagai bantalnya agar dia bisa tidur nyenyak. Liam dengan terpaksa memberikan lengannya sebagai bantal pada Belle. Padahal dia sangat kesal pada Belle. Namun, dalam situasi seperti semalaman layaknya sinar peri membuat Liam mengalah pada Belle.

Liam mengerjapkan matanya dan merasakan lengannya mati rasa setelah semalaman menjadi bantal tidur untuk Belle. Dia perlahan-lahan membuka matanya dan mengarahkan pandangannya ke samping hanya untuk mendapati wajah Belle yang masih bengong memperhatikan dirinya.

“Kamu tidak puas melihat wajahku sampai matamu hampir keluar dari tempatnya. Kalau kamu sudah bangun, akan lebih baik melepaskan aku dari neraka ini. Cepat bangun, Arabelle Jovanka.” Pinta Liam dengan suara serak khas orang yang baru bangun, tetapi suara Liam sangat seksi dan memesona di telinga Belle, dan karena itulah sampai saat ini Belle masih tidak melepaskan lengan Liam.

“Kamu masih mabuk? Apa perlu kudorong tubuhmu itu?” Liam bertanya dengan kesal lantaran lengannya sudah mati rasa.

Belle tersadar dari lamunannya yang tengah membayangkan kalau dia akan melihat wajah Liam setiap pagi, setiap hari mereka akan bangun bersama. Entah kenapa Belle menjadi antusias setelah melihat wajah Liam yang baru bangun dan suara seksi Liam menggetarkan suatu ruang di hatinya yang tidak pernah dihuni oleh siapa pun sebelumnya.

Dengan kepala terasa berat seakan ditimpa oleh benda berat, Belle menyeret tubuhnya untuk bangun agar tidak berlama-lama menyakiti lengan Liam.

“Ah!” Liam mengerang kesakitan sambil memijat lengannya.

Belle memasang wajah kasihan dan merasa bersalah. Meskipun begitu, dia belum bisa minta maaf pada Liam karena sedang mengurus kepalanya yang pusing.

“Aku haus dan tenggorokanku sangat kering. Apakah kamu memukul kepalaku semalam, Liam Alterio? Kepalaku sangat sakit.” Belle bertanya menuduh tanpa sedikit pun rasa bersalah.

“Kamu tidak ingat yang terjadi semalam? Kamu hampir membunuh pewaris Alterio Group.”

Belle tercengang mendengar penuturan Liam yang tidak masuk akal baginya. Mana mungkin Belle akan melakukan hal itu meski dia sangat menginginkan mencekik Liam sampai tewas dan mengirimnya ke neraka. Namun, dalam kenyataannya Belle tidak akan melakukan hal itu. Jadi, dia berpikir kalau saat ini Liam sedang berbohong dan sekadar mencari alasan untuk menutupi kesalahannya.

“Tidak mungkin!” seru Belle tegas merasa telah dibohongi oleh Liam. Dia memaksakan dirinya menoleh ke arah pria itu seraya menopang kepalanya dengan kedua tangan. “Lantas bagaimana kamu menjelaskan sakit kepalaku ini? Aku sangat jarang mengalami sakit kepala. Aku tahu semalam kamu sangat kesal padaku, hingga kamu memutuskan untuk memukul kepalaku agar pingsan dan tidak mengganggumu, kan?” tuduh Belle tanpa pikir panjang.

Liam menegakkan badannya sebelum menyanggah Belle. Dia melakukan peregangan pada lengannya yang mati rasa dan sudah agak membaik. Meskipun sakitnya masih terasa. Sepenuhnya yang terjadi padanya adalah kesalahan Belle, tetapi perempuan itu malah menuduhnya melakukan hal kotor padanya.

Jika Liam ingin, maka tidak perlu memukul kepala Belle hanya untuk membuatnya diam. Liam hanya perlu memanggil Peter dan menyuruh pria itu untuk membuang Belle dari kamar hotel, dan dengan itu semuanya akan selesai. Liam pun tidak akan mendapatkan masalah seperti ini ketika bangun di pagi hari.

“Aku katakan ini untuk pertama dan terakhir kalinya kalau kamu minum anggur dan mabuk semalam. Aku kerepotan mengurusmu. Oh, ya, aku juga merekam tingkah konyolmu ketika mabuk. Jika, aku memberikannya pada Kakek ….” Liam memperlihatkan seringai menyebalkan pada bibir seksinya. Mata dalamnya memindai wajah Belle yang tiba-tiba memucat.

Belle bergegas turun dari ranjang besar nan mewah itu dengan sakit kepala yang membuatnya tidak seimbang dan hampir terjatuh. Namun, dia cepat-cepat berpegangan pada nakas di sebelah ranjang tersebut.

Dasar pria licik. Umpat Belle dalam hatinya.

“Kamu sengaja membuat aku mabuk agar dapat melakukan apa saja padaku?” sekali lagi Belle bertanya menuduh.

Liam Alterio memutar bola mata malas, dia bahkan tidak memandang ke arah Belle ketika menyahut dengan datar, “Aku tidak mungkin melakukan hal serendah itu. Lain kali kalau kamu tidak bisa minum anggur. Jangan sekali-kali mengambil minuman milik orang lain.”

Lantas Liam bangkit dari ranjang menuju ke arah kamar mandi. Namun, sebelum dia bisa membuka pintu kamar mandi, Belle menghentikannya, “Hapus rekaman itu!” suruhnya dengan nada tegas tanpa penolakan.

Liam mendengus kesal. Dia tidak senang jika seseorang memerintahkan dirinya. Apalagi jika orang tersebut adalah seorang perempuan, terlebih lagi perempuan itu adalah Belle. Mana mungkin dia akan menuruti permintaan Belle.

“Jangan pernah berkata padaku dengan nada memerintah karena kamu tidak akan pernah bisa membayangkan apa yang dapat aku lakukan padamu. Aku berbaik hati padamu tadi malam dengan tidak mengusirmu. Jadi, jaga sikap dan bicaramu,” ujar Liam dengan bijaksana.

Tubuh Belle membeku karena tidak menyangka bisa mendengar perkataan bijaksana dari seorang Liam Alterio yang dia kenal masih memiliki sikap kekanak-kanakan.

Tidak lagi menunggu tanggapan dari Belle; Liam langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara, Belle menjatuhkan badannya ke atas ranjang dengan lembut. Lantas bergumam pelan, “kebodohan apa yang telah aku lakukan semalam? Jadi aku sendiri telah menuangkan minuman untukku, sehingga aku mabuk?”

***

Belle dan Liam memutuskan untuk kembali ke kediaman Alterio dengan cara terpisah setelah mereka selesai sarapan di meja terpisah pula. Mereka sangat enggan berada dalam satu meja.

Setelahnya, Liam berangkat lebih dulu bersama Peter, sedangkan Belle masih menunggu sopir menjemputnya.

Anehnya mereka tinggal bersama, tetapi tidak pulang satu mobil bersama. Liam menolak keras kalau harus satu mobil dengan Belle yang membuatnya tidak tenang semalam. Jadi, Liam menyuruh Peter untuk bergegas dan tidak perlu menghiraukan Belle.

Belle pun hanya menanggapinya tanpa ekspresi. Dia merasa tidak perlu akan belas kasihan dari Liam Alterio, dan dia bisa pulang sendiri dengan memanggil sopir.

Harusnya kedua orang itu masih berada di hotel karena hari ini merupakan hari libur dan mereka tidak perlu ke kantor. Akan tetapi, keduanya sudah muak berada dalam satu ruangan dan terus berdebat karena Belle dan Liam sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah.

Liam yang menggunakan ancaman sebagai senjatanya dan Belle yang menggunakan kekuatan fisik bisa mengalahkan Liam dengan sekali banting. Rupanya keduanya memang pasangan yang cocok untuk disandingkan.

Beberapa saat kemudian Belle keluar dari kamarnya dengan busana yang lain yang telah disiapkan oleh pelayan. Belle menggunakan busana formal yang santai berwarna putih membuatnya nampak elegan dengan tambahan sepatu hak tinggi berwarna senada. Belle mengikat rambutnya tinggi, memperlihatkan bentuk lehernya. Dia juga menggunakan sedikit riasan dan lipstik pada bibirnya.

Setiap kali Belle menyentuh bibirnya, dia merasakan sesuatu yang aneh seperti ada yang menempel pada bibirnya. Namun, dia tidak mengetahuinya, bahkan dia telah memindai bibirnya selama beberapa menit, juga mencuci bibirnya beberapa kali. Masih saja dia merasakan sensasi aneh menempel di sana.

Liam Alterio dengan sengaja tidak memberitahu Belle kalau semalam dia telah mencuri ciuman pertama yang diakui oleh Belle.

Jika Belle mengetahuinya. Entah apa yang akan dilakukannya pada Liam. Mungkin Liam akan mengalami cacat ketika sampai di kediaman Alterio karena Belle mungkin menjadi tidak segan lagi pada Liam. Maka dari itu, Liam menghindari pertanyaan-pertanyaan kritis dari Belle dan segera pergi dari hotel dengan segera.

Belle masuk ke dalam lift ketika pintu telah terbuka. Di dalam sana memperlihatkan seorang pria tinggi dengan busana formal berwarna biru tua sedang bersandar pada dinding lift. Pria itu mengangkat ujung bibirnya setelah dia melihat Belle di depan pintu.

Demikian pula dengan Belle yang tidak mau kalah dan mengangkat kedua ujung bibirnya memperlihatkan senyum sarkas khas Arabelle Jovanka.

“Silahkan masuk sekretaris Belle.”

Dengan wajah yang sudah berganti menjadi hangat, dia mempersilakan Belle untuk masuk dengan nada sopan.

Belle tidak menyahut dan langsung masuk ke dalam lift. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan pria yang menjadi saingan dari Liam Alterio dalam Alterio Group. Meskipun Liam dijadikan satu-satunya pewaris, tetapi tidak dapat dipungkiri kalau saudara-saudaranya yang lain—atau lebih tepatnya sepupu dan juga kerabat yang masih menyandang nama belakang Alterio—tentunya masih memiliki kesempatan untuk menjatuhkan Liam Aterio. Belle menyadari hal itu. Apalagi pria yang sedang berdiri di belakangnya ini, merupakan orang paling licik yang dia kenal. Pria itu lebih licik daripada Liam Alterio sendiri.

“Kamu juga menginap di hotel ini rupanya. Aku lupa kalau gaya hidupmu sangat mewah bahkan setelah mendapatkan Villa dari Chairman. Kamu masih suka tinggal di hotel. Ya, mungkin saja hotel sangat nyaman bagimu untuk tinggal, bukan, Richard?” Belle bertanya dengan sedikit nada sarkas. Setenang apa pun ucapan Belle pasti mengandung nada sarkas.

Belle mendengar Richard terkekeh pelan di belakangnya. Namun, dia tidak mengalihkan perhatiannya pada pria itu dan segera menekan tombol pada lift tersebut.

Lantas Richard berkata dengan suara pelan dan tenang. “Tidak juga. Tentunya gaya hidupku tidak akan semewah Liam. Kebetulan aku bertemu dengan teman lama dan dia mengajakku untuk menginap satu malam,” Richard berhenti dan menyentuh bibir bawahnya dengan jari telunjuk. Suaranya barusan sangat seksi yang tidak dapat ditolak oleh wanita. Apalagi dalam kata-katanya terselip arti yang dapat dimengerti oleh Belle. Richard memperbaiki posisi berdirinya, tidak lagi bersandar pada dinding. Lantas dia melanjutkan, “tidak usah memasukkan perkataanku barusan ke dalam hati. Ngomong-ngomong aku dengar kalau Liam akan menikah dan pengantin wanitanya tidak lain adalah … sekretaris Belle sendiri. Huh! Akhirnya dia mau juga menikah dan melupakan perempuan itu. Ah! Aku ucapkan selamat padamu dan Liam.”

Dia mengakhiri ucapan panjangnya dengan sebuah kalimat pertanyaan yang mendera benak Belle yakni, siapa perempuan yang dimaksud oleh Richard? Setahu Belle selama dia berada di luar negeri ataupun sudah kembali. Dia tidak mendengar kalau Liam memiliki seorang perempuan disiinya.

Taktik murahan seperti ini sering dia dengar dan lihat. Jadi, Belle hanya menganggap Richard sengaja berkata demikian. Tentunya untuk membuatnya mempertanyakan siapa perempuan yang dimaksud oleh Richard pada Liam Aterio. Namun, Belle tidak akan dengan mudahnya terpancing oleh pria itu. Dia malah menyunggingkan senyum ketika menoleh dengan sengaja pada Richard.

Richard menjadi agak canggung setelah Belle memberikan senyum padanya.

“Terima kasih untuk ucapan selamatnya, tapi kami belum menikah.”

Lantas Belle meluruskan pandangan dan ketika lift terbuka dia langsung keluar tanpa menghiraukan Richard yang masih kehilangan fokus karena senyum yang sengaja dia lemparkan barusan.

Belle mengambil langkah kaki cepat agar Richard tidak dapat menyusulnya. Kepalanya masih terasa pusing akibat anggur semalam dan pagi ini dia harus bertemu orang licik seperti Richard.

Akan tetapi, dia cukup merasa beruntung karena Dominic Alterio tidak menikahkan dirinya dengan Richard. Bisa dibilang dia bersyukur. Meskipun sebenarnya dia belum ingin menikah.

Belle segera masuk ke dalam mobil berwarna hitam yang telah menunggunya sejak tadi karena sopir kediaman Alterio telah membukakan pintu untuknya dengan setia menunggu. Dia langsung menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke kursi penumpang. Lantas menghembuskan napas gusar. Tidak dapat dia pungkiri bahwa, perkataan Richard menjadi beban besar dalam benaknya kini.

Namun, Belle mendengar derap langkah kaki tergesa-gesa, serta napas tersengal-sengal yang semakin mendekat ke arah mobil. Dia meloloskan pandangannya ke arah orang itu.

Dengan tergesa-gesa, Richard melambaikan tangan. “Hei! Tunggu!”

“Tuan Muda Richard,” sapa sopir dengan hormat dan sopan seraya menundukkan kepalanya.

“Kalian akan ke kediaman utama, ‘kan?”

“Benar, Tuan Muda.”

“Apakah aku boleh ikut dengan kalian ke kediaman utama? Hari ini aku ingin menyapa Kakek.”

Belle segera bertanya dari dalam mobil sambil mengerutkan kening, “Kenapa kamu tidak bawa mobilmu sendiri?”

“Bukankah sudah aku katakan kalau aku ke sini bersama temanku. Dia sudah pergi lebih dulu dan aku tidak membawa mobil kemari. Kebetulan kalian akan ke kediaman utama. Jadi, apa salahnya kalau kita pergi bersama?” Richard bertanya dengan binar mata licik.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu