Menaklukkan Suami CEO - Bab 5 Pria lemah!

Dia sudah geram rupanya. Inilah yang aku tunggu, Arabelle Jovanka, mengamuklah. Liam Alterio membatin dan seulas senyum samar terlihat pada kedua ujung bibirnya saat ini, ketika melihat pada ekspresi wajah Belle yang sudah geram.

Sejak tadi Liam berusaha berbicara manis dan melakukan hal manis untuk Belle. Semua itu dia lakukan hanya untuk membuat Belle merasa kesal, supaya perempuan itu mengeluarkan wajah gemasnya.

Daripada terus-menerus menjadikan suasana seperti kuburan yang dihuni oleh beberapa burung hantu yang juga hanya singgah, bukankah akan lebih baik kalau mereka berdebat lagi seperti sebelumnya?

Liam menginginkan hal itu, menginginkan Belle menghidupkan suasana dengan perdebatan dan wajah gemas pada dirinya karena terlihat lucu di mata Liam.

“Drama? Aku tidak sedang membuat drama saat ini. Rupanya kamu sangat tahu tentang diriku di masa lalu yang sengaja membuat drama, Belle. Aku sedang tidak membuat drama denganmu, Belle. Aku melakukan ini untuk menebus keterlambatanku tadi. Kamu tidak mau menerimanya? Oh, ya, aku tidak memasukkan apa pun ke dalam makananmu.” Liam mengangkat kedua tangannya memperlihatkan telapak tangan yang sudah tidak memegang apa pun. “Lihatlah! Tidak ada hal aneh di tanganku.”

Liam Alterio mengerjapkan matanya dengan imut. Semua itu disengaja agar Belle lebih kesal lagi padanya.

“Liam Alterio!” Belle menyebut nama lengkap Liam dengan nada kesal yang sangat jelas terdengar, membuat Liam sedikit tersentak. Namun, memang hal itulah yang diinginkan olehnya, bukan?

“Kamu kesal, Belle?” sembari bertanya, Liam kembali melanjutkan memotong steak milik Belle. Setelah dirasa steak tersebut telah terpotong kecil-kecil. Liam mengembalikan piring ke meja Belle. “Makanlah, bukannya kamu sudah lapar karena terlalu lama menungguku? Setelah itu beristirahatlah di kamar kita.”

Kamar kita? Aku mual ketika mengucapkannya.

Liam malah menggerutu dalam batinnya karena dia bisa mengucapkan hal-hal manis seperti itu. Segitu saja sudah bisa dikatakan manis oleh Liam Alterio karena dia sendiri jarang memperhatikan orang lain. Namun, sekalinya Liam berucap lembut, maka orang akan mengartikan bahwa dia manis. Lain halnya ketika Liam menjadi garang, dia akan terlihat seperti bayi iblis yang baru lahir.

“Sudah cukup! Sepertinya aku tidak memiliki nafsu makan lagi.” Saat ini ekspresi Belle tidak dapat diterka. Kemungkinan marah, kesal, kecewa akan sesuatu dan sebagainya bercampur aduk menjadi satu.

Mata Liam menangkap hal itu dan dia cukup kaget karena Belle tidak mengamuk atau meluncurkan kata-kata satiris padanya seperti tadi. Gerakan tangan Liam yang sedang memotong steak untuk dirinya sendiri, terhenti di udara. Semakin dia perhatikan, wajah Belle seperti menampilkan kesedihan diselimuti kekecewaan.

“Apa maksudmu, kamu tidak akan makan? Apa … kamu mau pulang begitu saja?” Liam bertanya sangsi, dan juga mempertanyakan dirinya dalam hati, apakah dirinya sudah kelewatan barusan?

Berubah menjadi orang manis dari orang apatis yang biasanya ditemui oleh Belle. Liam menganggap hal itu biasa saja. Lantas mengapa Belle menjadi begitu berlebihan sampai-sampai raut wajahnya menjadi begitu jelek dan Liam tidak dapat menerka yang dipikirkan oleh Belle saat ini.

Liam masih menunggu jawaban dari perempuan yang kepalanya sedikit tertunduk. Dia terus memperhatikan sampai Belle mengangkat wajahnya dan memperlihatkan mata jernihnya.

“Aku akan ke kamar kita duluan.” Berucap dengan nada penuh akan penekanan. Belle bangkit dari kursinya yang sudah dia duduki selama lebih dari satu jam. “Nikamati makan malammu, CEO Liam.” Terdengar nada horor ketika menyebut nama Liam. Hal itu mengakibatkan Liam menjatuhkan garpunya ke atas piring karena suara Belle seperti suara hantu yang sedang memanggil dirinya. Liam Alterio merinding setelah Belle berjalan menjauh dari meja mereka.

“Dasar perempuan aneh. Aku baru tahu kalau dia memiliki suara yang sangat menyeramkan. Dia membuatku merinding.” Liam sempat bergidik, tetapi dia tetap memperhatikan punggung Belle yang berjalan keluar dari restoran.

Setelah Belle menghilang dari pandangannya barulah Liam menoleh pada makan malam di hadapannya. Dia menjadi tidak memiliki selera makan setelah Belle memutuskan untuk pergi.

“Di mana letak kesalahannya? Mengapa perempuan sangat sulit untuk diterka? Arabelle Jovanka bahkan lebih aneh lagi. Membosankan dan terlihat serius sepanjang waktu. Tidak lucu sama sekali, sangat jauh dari tipe wanita yang aku inginkan. Ekspresi sedih bercampur kecewa apa itu tadi?”

Liam Alterio menggaruk bagian belakang rambutnya karena tidak mengerti akan isi hati dan keinginan Belle.

“Bawakan wine untukku!”

***

Setelah 30 menit berlalu, Liam telah menghabiskan setengah botol anggur merah dibarengi dengan steak tadi. Dia menyandarkan punggungnya ke belakang dan menoleh kembali pada steak milik Belle yang sama sekali tidak di sentuh oleh perempuan itu.

Setelah memesan anggur merah setengah jam yang lalu, Liam juga memesankan makan malam untuk Belle dan khusus dibawakan ke dalam kamar yang sudah dipesan untuk mereka. Takutnya Belle akan kelaparan tengah malam nanti kalau tidak makan.

“Huh, untuk apa aku memesankan makan malam untuknya? Sejak kapan aku memperhatikan perempuan membosankan itu? Dia kan tidak ingin makan. Jadi, terserah saja kalau dia tidak mau makan. Aku melakukan ini hanya demi Kakek, agar calon cucu-menantunya tidak mati kelaparan malam ini. Aku juga yang akan repot nantinya, dan lebih baik aku mencari aman saja.” Gumam Liam.

Liam melirik pada arloji di pergelangan tangan kirinya melingkar sempurna di sana. Arloji tersebut menunjukkan pukul setengah 9 malam. Liam Alterio memutuskan untuk bangkit dan menemui Belle di kamar mereka. Tidak lupa dia membenarkan setelan jas merah maroon tersebut, sebelum dia melangkahkan kaki kanannya ke depan. Lantas keluar dari restoran.

Mata Liam menangkap Peter yang masih dengan setia berdiri di depan pintu restoran menunggu Liam di sana.

“Mengapa kamu masih di sini Peter?” langkah Liam berhenti di depan Peter.

Peter menunduk sebelum berucap, “Saya adalah asisten sekaligus bodyguard Anda. Jadi, saya harus berada di mana pun Anda berada.”

Kurang kerjaan sekali!

“Kamu akan berada di mana pun aku berada?” Liam menoleh pada Peter tanpa membalikkan badannya ke kiri. “Aku akan berada di kamar hotel dengan sekretaris Belle. Mungkinkah kamu akan ikut masuk dan tidur bersama kami, Peter?”

Wajah Peter sedikit memunculkan semburat merah. Dia segera menundukkan kepalanya. Lantas menyanggah dengan jengah, “Bukan begitu, Pak CEO. Saat ini kita berada di luar kediaman dan keamanan Anda sangat penting. Jadi, saya juga akan tinggal di hotel ini. Saya tidak bisa meninggalkan Anda sendirian tanpa pengawalan.”

“Aku bukan anak kecil lagi, Peter. Berhentilah melakukan hal itu dan pulang sekarang juga. Bukankah hotel ini milik keluarga Alterio? Lantas apa yang perlu kamu takutkan? Keamanan di sini juga sangat bagus. Pulanglah Peter!”

“Tapi, Pak CEO—”

“Cukup!” lantas Liam beranjak dari sana menuju ke arah lift.

***

“Pria itu selalu saja menunjukkan kepura-puraannya. Dia pikir aku akan luluh dengan sikap manisnya padaku?” Belle menggerutu geram setelah dia masuk ke kamar suite. Sepatu hak tinggi yang dia gunakan, dilemparkannya ke sembarang tempat.

Kakinya sudah lelah seharian memakai hak tinggi. Kaki ramping Belle berjalan tanpa alas kaki menuju ke arah balkon yang masih tertutup.

Belle merasa sesak akan perlakuan manis Liam Alterio padanya di restoran tadi. Bukanya Belle tidak suka diperlakukan manis oleh Liam, tapi karena Liam berpura-pura melakukan hal itu. Oleh karena itu, membangkitkan rasa geram Belle, yang dia coba kubur dalam-dalam setelah berhasil menenangkan diri, akhirnya tergali kembali.

Perlahan tangan ramping Belle membuka pintu tersebut dan angin segera menyapa wajah cantiknya yang dikatakan membosankan.

“Rasanya segar sekali. Melihat wajah Liam membuatku sesak.”

Sapaan angin dari luar hotel yang mana Belle berada di lantai 35 saat ini. Dari atas sana gemerlap kota nampak oleh matanya. Namun, Belle menatap ke atas langit tak berbintang. Bukan tidak ada bintang, tapi ditutupi oleh gemerlap lampu-lampu kota saat ini.

“Membosankan. Rasanya lebih menyenangkan ketika melihat tumpukan dokumen dan jadwal Chairman daripada berada di sini.” Belle menghela napas sejenak sebelum dia berbalik, “aku akan mandi saja. Liam pasti akan segera kemari, yang pasti kami tidak bisa tidur di ranjang yang sama. Meskipun begitu, Liam juga tidak akan bisa memaksakan dirinya padaku karena melihatku justru membuatnya malas. Tadi dia hanya berpura-pura saja. Mana mungkin aku akan terbawa perasaan dengan sedikit aksi manisnya. Dia pikir aku sangat mudah dibantai seperti para gadis yang mengejarnya. Hmph!”

Belle menghempaskan tangannya di udara. Kakinya yang tanpa alas berjalan dengan nyaman di atas lantai dingin. Seperti Belle sudah terbiasa dengan hal itu.

Dia hanya dapat menebak-nebak yang dipikirkan oleh Liam karena tidak mungkin pria itu memiliki niat baik padanya. Belle tahu akan hal tersebut dan dia sedang menyiapkan batinnya saat ini.

Suara gemercik air mulai terdengar dari kamar mandi. Air dingin mengguyur lembut dari atas kepalanya. Belle sendiri memutuskan untuk mandi air dingin di malam hari yang udaranya cukup dingin supaya dia bisa menenangkan pikirannya.

Beberapa menit kemudian Belle sudah selesai mandi. Dia membuka pintu kamar mandi dengan perlahan karena tadi sebelum dia selesai mandi, dia mendengar pintu kamar terbuka. Liam pasti sudah berada di kamar tersebut sekarang.

Menjulurkan kaki kanannya lebih dulu, dengan perlahan badannya keluar dari kamar mandi hanya dibungkus dengan mantel mandi berwarna putih. Rambut Belle dibawa ke atas memperlihatkan leher jenjangnya.

Untuk sesaat dia tidak melihat kehadiran Liam di dalam kamar. Padahal dengan jelas, Belle mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki terhentak di lantai.

Belle mengerutkan keningnya. Tidak mungkin ada orang lain yang bisa masuk ke kamar suite tanpa menggunakan kartu.

Mata Belle mulai berpendar, sedikit merasa bingung. Namun, dengan tenang Belle mulai memejamkan matanya dan menajamkan indra penciumannya. Aroma chypre seketika memasuki hidungnya, dan benar saja Liam ada di kamar sedang menyembunyikan dirinya.

“Untuk apa kamu bersembunyi?” Belle sepertinya sudah dapat merasakan dari mana asal aroma chypre itu berasal. “Keluarlah! Kamu tidak akan bisa menakutiku, Liam Alterio.”

Liam keluar dari persembunyiannya, yakni di balik pintu balkon yang tak diketahui oleh Belle.

Hentakan kaki Liam terdengar santai dari belakang. Belle melipat tangannya ke depan, terlalu malas untuk sekadar berbalik dan melihat wajah Liam lagi dan lagi.

Namun, hal yang tidak terduga dilakukan oleh Liam ketika dia berhenti di belakang Belle. Kedua tangan Liam merangkul pinggang Belle dari belakang, membuat Belle tersentak dan tubuhnya sedikit bergetar lantaran kaget.

“Liam Alterio apa yang kamu lakukan?” raut wajah Belle menjadi kesal. Dia mencoba melepaskan dirinya dari kedua tangan Liam yang melilit pada pinggangnya. “Lepaskan aku sekarang juga!” perintahnya.

“Kamu sedang memerintahku sekarang? Kamu lupa, kalau kamu adalah calon istriku?” Liam mendekatkan wajahnya ke telinga Belle. Kemudian berbisik di telinga Belle yang sudah agak memerah, “kalau kamu lupa, biar aku ingatkan. Arabelle Jovanka adalah calon istri dari Liam Alterio.” Setelahnya Liam terkekeh pelan. Tangan Liam masih memeluk tubuh Belle semakin erat.

“Kamu mabuk,” ucap Belle dengan anda datar. Bau anggur merah menguar dari mulut Liam ketika berbisik di telinganya barusan. Belle tidak tahan dengan bau anggur merah dan merasa agak pusing. Walaupun hanya aromanya saja. “Aku sarankan agar kamu mandi sekarang karena mulutmu sangat bau.” Dengan berani Belle berkata demikian. Namun, tidak membuat Liam melepaskannya juga.

“Kamu bilang apa? Mulutku bau? Arabelle Jovanka beraninya kamu! Aku tidak mabuk dan mulutku juga tidak bau. Kalau kamu tidak percaya aku akan menciummu saja. Bagaimana?”

“Aku tidak ingin meladenimu. Aku katakan sekali lagi, lepaskan aku! Jika kamu masih keras kepala, maka jangan salahkan aku.” Rahang Belle mengeras, giginya mulai terkatup dan tatapan matanya menjadi datar.

“Heh, memangnya apa yang dapat kamu lakukan padaku? Tidakkah kamu tahu bagaimana berangnya aku ketika marah?” Liam menggosok-gosokan wajahnya pada bahu Belle seperti anak kucing berkali-kali. Hanya minum setengah botol anggur merah tidak akan membuat Liam sampai seperti itu.

Entah Liam sengaja memeluk Belle dengan sebuah maksud atau memang keinginannya sendiri. Belle tidak dapat mengira pikiran Liam yang berubah-ubah seperti angin.

“Baiklah, aku sudah memperingatkanmu.”

Belle menarik napas dalam-dalam sebelum mengambil ancang-ancang dan meraih tangan Liam dengan kedua tangannya. Dia mencengkeram tangan Liam sekuatnya, membuat Liam mengernyit bingung.

“Apa yang sedang—”

Belle menarik tangan Liam dan seketika membanting tubuh tinggi Liam ke depan. Gerakan Belle sangat cepat, sehingga Liam tidak dapat berkutik. Punggung Liam mendarat sempurna di atas lantai marmer.

“Ahk!” Liam berteriak kesakitan sambil menutup matanya.

“Sudah aku peringatkan, tapi kamu malah dangkar. Salah sendiri!”

“Da-dasar perempuan kejam!” pekik Liam, menahan rasa sakit pada punggungnya. “Tunggu saja, Arabelle Jovanka.”

“Hum, aku akan menunggu. Apa sekarang kamu sudah sadar dari kepura-puraanmu, CEO Liam?” seketika senyum mengejek terpampang pada bibir Belle.

“Kamu!”

***

Belle telah selesai berias setelah puas menertawakan Liam barusan. Dia pikir setelah punggungnya cedera, maka Liam akan kembali ke kediaman Alterio. Namun, Liam bersiteguh akan tidur di kamar suite bersama dengan dirinya.

Saat ini, Belle sedang mendengar Liam mengutuknya dari kamar mandi. Entah sudah berapa kutukan yang keluar dari mulut Liam. Belle hanya mendengar tanpa memiliki niat untuk memberikan tanggapan. Kalau Liam sudah lelah, pasti akan menutup mulutnya dengan sendirinya tanpa Belle suruh.

“Pria lemah!” Belle menatap tajam ke arah pintu kamar mandi yang terbuka.

Bersambung

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu