Menaklukkan Suami CEO - Bab 7 Kamu mengambil ciuman pertamaku, bodoh!

“Kamu tidak apa-apa, Belle? Wajahmu … wajahmu sangat merah.” Liam bertanya ragu ketika Belle telah meneguk habis anggur yang berada dalam gelas tersebut.

Sesungguhnya dia tidak menyangka kalau Belle akan meminum anggur tersebut, bahkan dalam sekali teguk.

Dia melihat Belle menaruh gelas anggur dengan kasar di atas meja. Lalu perempuan itu memijat pelipisnya sembari menggelengkan kepala. Liam hanya diam setelah melontarkan pertanyaan yang tidak dijawab oleh Belle.

Sekarang dia harus menanggung akibat dari menawari Belle minuman yang tidak pernah diminum oleh wanita itu. Liam tidak merasa bersalah, malah dia menikmati menonton Belle yang sebentar lagi akan mabuk.

“Dasar payah. Hanya satu gelas dan kamu sudah tidak mampu menghadapi alkohol dalam anggur ini.” Liam menggelengkan kepala dengan lembut.

Plak!

Liam tersentak mendengar suara keras dari tepukan tangan Belle yang sedang bertumpu di atas meja sofa. Dia membulatkan mata dan dapat melihat dengan jelas kalau saat ini wajah Belle sudah seperti cabai merah dan kemungkinan saja panas. Liam memiliki keinginan untuk menyentuh wajah Belle, tapi dia mengurungkan niatnya karena Belle terlihat menatapnya dengan garang.

“Hei! Arabelle Jovanka. Kamu tidak … sedang mabuk, kan, saat ini?” tanya Liam dengan nada ragu-ragu. Padahal dia sendiri sudah tahu jawabannya.

“Liam Alterio!” seru Belle dengan nada rendah memanggil nama pria itu.

“Iya,” sahut Liam.

Dari kedua bola mata Liam yang terbuka lebar dia menyaksikan Belle yang sedang berusaha berdiri dengan bantuan kedua telapak tangannya yang bertumpu pada meja sofa. Belle berhasil berdiri dengan sempoyongan seraya memegang kepalanya dengan tangan kiri.

“Kepalaku sangat berat. Apakah kamu menaruh sesuatu di atas kepalaku, Liam Alterio?” tanya Belle dengan nada tinggi sembari mengerucutkan bibirnya. Belle memberikan tatapan tajam pada Liam. Meski matanya hanya terbuka setengah.

“Pfftt! Hahaha!” Liam menyemburkan tawa setelah melihat keadaan Belle yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Lucu. Sangat lucu di matanya karena perempuan itu tidak lagi membosankan seperti biasanya.

Awalnya Liam agak takut kalau Belle akan mengalami reaksi alergi terhadap anggur, tetapi dia hanya mabuk karena tidak terbiasa minum alkohol. Dia tidak tahu kalau Belle sama sekali tidak bisa minum anggur karena Liam hanya mengetahui seorang anak dari kepala pengawal pastinya kuat minum. Namun, tidak dengan Belle yang saat ini tengah terlihat seperti cacing kepanasan.

Perempuan itu menggaruk-garuk lehernya sampai merah, mengacak rambutnya. Juga membuat ekspresi-ekspresi konyol yang tidak pernah Liam lihat selama dia tinggal bersama perempuan itu di kediaman Alterio.

“Aku tidak bisa melepaskan kesempatan ini.” Liam mengeluarkan seringai memesona dari bibir seksinya.

Dengan segera dia merogoh ponsel yang berada di dalam kantung celana panjangnya.

Dia membuka ponselnya. Lantas merekam tingkah konyol Belle sambil tertawa tidak terlalu keras.

“Badanku panas,” ucap Belle sambil melepaskan blouse yang dia pakai dan hanya menyisakan baju dalam yang tipis.

“Hei! Sial!” Liam Alterio segera mematikan ponselnya. Dia melemparkan ponselnya ke atas sofa. Lantas beranjak dari duduknya dengan wajah merah. Namun, tenggorokannya terasa sangat kering. Dia menuangkan segelas anggur ke dalam gelasnya dan dengan segera menenggak anggur tersebut.

Sementara itu, dari sudut matanya dia melihat Belle berjalan ke arah balkon dengan kaki telanjang. Perempuan itu hanya menggunakan baju tipis dan celana pendek, sedangkan di luar udaranya cukup dingin. Liam cepat-cepat menghabiskan anggur tersebut, tetapi sebelum dia bisa menghabiskannya dia mendengar Belle berteriak.

“Aku ingin terbang!” seru Belle dengan nada tertinggi yang dia miliki.

Hal itu sontak membuat Liam tersedak.

“Uhuk … uhuk … uhuk ….” Liam menaruh gelasnya di atas meja sembari menepuk dadanya dengan keras. “Dasar perempuan aneh.” Rutuknya kesal.

“Aku ingin terbang ke langit malam dan tidur bersama bintang-bintang. Memeluk mereka dengan erat,” kata Belle dengan suara lantang.

Liam merasa jengah melihat tingkah Belle yang kini cukup memalukan dengan berteriak-teriak. Untuk ke depannya, Liam tidak akan memberikan Belle minum anggur ataupun jenis alkohol lainnya. Dia berjanji!

Ketika Liam masih mengurus batuknya karena tersedak barusan, dia tidak sengaja mengarahkan pandangannya ke arah balkon dan melihat Belle mencoba naik ke atas pagar balkon. Sontak mata Liam membulat sempurna.

“Arabelle Jovanka!” pekiknya sembari berlari ke arah balkon.

Liam dengan segera meraih Belle yang sebentar lagi mungkin akan benar-benar terbang dari kamar suite mereka.

“Lepaskan aku! Aku mau terbang,” ujar Belle masih dengan nada tinggi.

Dengan kekuatannya Liam menarik Belle dari belakang, sehingga perempuan itu tidak lagi berada di atas pagar balkon.

“Kamu sudah gila Arabelle Jovanka? Kamu mau mati dan menjadikan aku seorang duda, bahkan sebelum aku menikah dan punya anak?” bentaknya dengan nada kasar.

Akan tetapi, Belle masih berusaha untuk melepaskan dirinya dari Liam.

“Dasar pria tidak berguna! Yang ada di dalam pikiran kalian hanya perempuan dan bersenang-senang dengan meniduri mereka. Hei, aku tanya padamu, Tuan, sudah berapa perempuan yang kamu hamili, ah? Sudah berapa anak yang mereka lahirkan untukmu? Berani sekali kamu menyentuhku. Kamu tidak tahu aku ini siapa? Kamu ingin merasakan tinju neraka dariku, ah?” gertak Belle. Meskipun dia sedang mabuk saat ini, tetapi Belle berkata dengan lancar sama sekali tidak terbata-bata.

Liam semakin mengeratkan lengannya pada perut Belle yang sedang melawan dengan tenaga yang cukup besar. Tentu saja Liam tahu dari mana perempuan itu mendapatkan tenaga seperti badak. Kembali lagi pada kenyataan bahwa, Belle merupakan seorang anak kepala pengawal yang sudah dilatih selama bertahun-tahun. Liam kewalahan menghadapi Belle saat ini. “Hentikan tingkah konyolmu, Belle!”

Tiba-tiba Belle membalikkan badannya dan menjambak rambut Liam. Sontak hal tersebut membuat Liam membeku karena rambutnya yang lembut, indah dan tertata rapi kini hancur oleh tangan seorang perempuan.

Liam melepaskan lengannya dari pinggang Belle, sedangkan kaki Belle yang tidak seimbang dan bergetar membuat badannya jatuh menimpa tubuh Liam Alterio.

“Ah!!!”

Liam dengan spontan membuat tangannya bertumpu pada lantai, atau dengan kata lain dia menjatuhkan tangannya lebih dulu sebagai penopang tubuh mereka. Dia merasakan kalau tangannya mungkin saja cedera saat ini.

Setelah keduanya luruh ke lantai dengan posisi Liam berada di bawah Belle. Dengan tidak sengaja bibir Belle menempel pada leher Liam. Hal itu membuat Liam untuk sesaat melupakan rasa sakitnya karena ciuman lembut tanpa sengaja dari Belle.

Beberapa detik kemudian, Belle mengangkat kepalanya dan memberikan jarak.

Pandangan keduanya bertemu, dan mata dalam milik Liam memindai bibir lembut milik Belle. Dia tanpa sadar meraih belakang kepala Belle. Lantas membawa bibir Belle menuju bibirnya.

Liam mulai memejamkan mata dan menikmati bibir lembut Arabelle Jovanka.

Belle seketika membuka matanya lebar-lebar meski dia masih dalam pengaruh alkohol. Dia merasakan bibir Liam yang bergerak-gerak dengan lincah menutupi bibirnya.

Untuk sesaat Belle masih membeku, tetapi detik kemudian dia menggigit bibir Liam. Sontak membuat pria itu mengerang kesakitan.

Wajah Liam sedikit memerah karena ketahuan mencium Belle yang sedang mabuk. Dia terbawa akan suasana dan bibir lembab Belle tepat berada di atas wajahnya. Bagaimana mungkin jiwa prianya tidak bergejolak. Meski dikatakan bahwa, dirinya tidak menyukai Belle, tetapi melihat bibir yang mengeluarkan aroma anggur membuat Liam tidak dapat menahan dirinya mendorong kepala Belle dan menyatukan bibir mereka.

“Arabelle Jovanka. Berani sekali kamu menggigit bibirku!” Liam memberikan tatapan tajam pada Belle yang juga menatapnya dengan mata sama tajamnya bak ujung belati yang baru saja diasah.

Kedua mata itu saling menatap tajam selama beberapa detik. Sementara, Belle masih berada di atas Liam yang menyebabkan pria itu merasa sedikit sesak pada dadanya. Meskipun Belle tidak menekan dadanya. Liam mengendurkan pandangan tajamnya dan tatapan miliknya sedikit melemah karena sesak yang dia rasakan.

“Uhuk! Turun dari atasku! Setelah ini kamu tidak akan tahu apa yang bisa aku lakukan padamu. Meskipun kamu disayangi oleh Kakek, tapi belum tentu aku akan memberikan kasih sayang yang sama padamu, Arabelle Jovanka,” ujar Liam dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.

Dia agak malu untuk beberapa saat karena telah ketahuan, sedangkan Belle masih belum mengeluarkan suaranya dan tetap menampilkan mata garang yang belum pernah Liam lihat sebelumnya.

“Arabelle Jovanka ada apa dengan matamu itu? Kubilang cepat turun dariku atau kamu menginginkan paksaan?” tanya Liam dengan gemas.

Kilatan yang sangat berbahaya terlihat dari kedua bola mata Belle. Liam menjadi sedikit takut. Takut kalau-kalau Belle akan murka dan melakukan hal seperti tadi yaitu, membanting dirinya. Apalagi dalam keadaan mabuk seperti ini, mungkin saja tenaga Belle akan bertambah, sedangkan Liam masih mengalami sesak napas.

“Liam Alterio apakah itu kamu?” tanya Belle dengan nada seram dan mencekam bagaikan suara dari karakter dalam film horor yang sering Liam tonton.

“Apa maksud pertanyaanmu itu? Tentu saja ini aku. Kamu pikir sedang bersama pria lain saat ini?” Liam balik bertanya kesal.

Dia tidak mendorong Belle meski dia kesal pada perempuan itu dan malah membiarkannya berada di atasnya dengan malas. Walaupun rasa sesak yang dia alami semakin kuat dan dia membutuhkan alat bantu pernapasannya. Namun, Liam sudah lama tidak menggunakan alat bantu pernapasan yang menurutnya sangat merepotkan dan menjengkelkan. Dia berkata pada dirinya sendiri setiap kali napasnya mengalami sesak; kalau dia akan baik-baik saja dan sampai hari ini dia baik-baik saja.

“Kamu!” seru Belle dengan suara lantang; memekakkan telinga Liam.

Belle mulai bangkit dari atas tubuh Liam. Dia mengangkat kedua telapak tangannya dan bersiap mencekik leher Liam dengan perlahan mengarahkan tangannya ke leher Liam.

“Jangan katakan kalau kamu ….”

Liam tahu apa yang akan dilakukan oleh Belle. Jika sampai perempuan itu mencekiknya, maka dia pasti akan kehilangan nyawa malam ini dan Belle sendiri akan didakwa sebagai pembunuh.

Liam cepat bangkit dan mendorong tubuh Belle ke belakang membuat perempuan itu terjungkal; meringis kesakitan karena punggungnya bertemu dengan pagar balkon. Demi menyelamatkan dirinya, Liam sungguh tega mendorong Belle. Lantas Liam bangkit dan berdiri. Dia menghirup napas dalam-dalam setelahnya dan mengembuskannya perlahan.

“Kamu hampir saja membunuhku,” kesal Liam.

“Sakit.” Belle meringis kesaktian seraya mengusap punggungnya yang menabrak pagar balkon. Agaknya Liam mendorongnya dengan cukup keras. Apalagi Belle hanya memakai baju dalaman tipis pastilah rasanya akan sangat sakit.

Liam memperhatikan perempuan itu masih terduduk dan dengan teganya hanya menyaksikan tanpa mengedipkan matanya. Liam menghela napas lemah dan lelah. Dia dengan ragu-ragu melangkah lebih dekat ke depan Belle. Lantas berjongkok sembari memperhatikan Belle yang kini menatapnya dengan mata sendu.

“Harusnya aku tidak mengijinkanmu meneguk anggur itu. Memang salahku.” Liam kembali menghela napasnya. Dia merasa makin lelah malam ini, tetapi syukur karena napasnya telah kembali normal dan tidak terlalu menjerat seperti tadi. “Kamu baik-baik saja?”

“Apanya yang baik-baik saja? Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu setelah mendorongku dan mengambil … kamu mengambil …,” ucapan Belle terputus-putus bukan karena dia tidak ingat yang akan dia katakan, tetapi dia agak malu mengatakannya pada Liam meski dalam keadaan dipengaruhi alkohol sekalipun.

“Aku mengambil apa darimu? Coba katakan. Akan aku kembali apa pun itu. Sini, coba aku lihat punggungmu. Kalau parah, kita ke rumah sakit saja.” Liam berucap lebih lembut daripada sebelumnya dan semua keangkuhan telah sirna karena dia merasa tidak ada untungnya berdebat dengan orang mabuk. Dia yang sadar dan masih waraslah yang harus mengalah.

Liam menempatkan tangannya pada bahu Belle yang terbuka. Sensasi lembut dan halus bak busa-busa sabun mandi yang dirasakan Liam ketika telapak tangannya bersentuhan dengan bahu Belle.

“Ehem.” Liam berdehem kecil, lalu mengamati punggung Belle yang terbalut oleh baju dalam tipis. Kalau dia tidak membukanya, maka dia tidak akan tahu Belle terluka atau tidak. Rasanya sangat memuakkan baginya apalagi harus melihat kulit putih Belle jika baju yang dikenakannya itu tersingkap.

Liam sedang berpikir saat ini, dia dalam dilema besar. Haruskah dia menyingkap baju yang dikenakan oleh Belle atau memanggil pelayan wanita ke sini?

Ketika Liam masih berpikir; Belle menggerakkan tubuhnya dan suara bergetar keluar perlahan dari bibirnya, “Kamu tidak akan bisa mengembalikannya.”

Liam memandang ke arah Belle. “Apa maksudmu? Katakan dengan jelas jangan bertele-tele. Aku tahu kamu mabuk dan tidak seperti Arabelle yang biasanya membosankan, tapi bicaralah yang jelas agar aku bisa mengerti.”

“Kamu mengambil ciuman pertamaku, bodoh!”

Seketika Liam membeku di tempat. Ciuman pertama Belle ternyata diambil oleh dirinya dan hal y membuatnya lebih tercengang adalah ternyata Belle tidak pernah berciuman sebelumnya ataukah dia tidak pernah berpacaran dengan seorang pria selama di luar negeri? Lantas apa yang dilakukan oleh perempuan ini?

“Pfftt!” tawa Liam akhirnya meletus begitu saja. Dia sudah tidak tahan lagi dengan kelucuan Belle. Ya, kalimat Belle barusan sangatlah lucu. “Kamu tidak pernah berciuman sebelumnya? Hei di umur segini kamu belum pernah dicium oleh seorang pria? Jangan membuatku tertawa lebih dari ini,” kata Liam dengan nada mengejek penuh tawa ejekan pula.

“Jangan sembarangan mengejekku, CEO Liam yang terhormat. Aku bisa saja meleparmu dari hotel ini dan kamu pasti akan berkelana di surga besok.” Tatapan berang dan menusuk di arahkan pada Liam.

Sontak dia berhenti tertawa.

“Sudahlah. Aku tidak ingin berdebat dengan orang mabuk. Sini aku lihat punggungmu.”

Liam menyingkap baju tipis Belle yang memperlihatkan kulit punggung putih dan halus milik Belle. Tangan Liam agak sedikit bergetar karena baru pertama kalinya melihat kulit punggung Belle yang terbuka.

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu