Suami Misterius - Bab 360 Tidak Boleh Dibiarkan

“Nona Clara, apakah kamu tahu kenapa Rudy memilihmu?” Nalan Vi bertanya.

Clara berpikir : Apa lagi kalau bukan karena dia cantik, pintar, baik hati dan juga imut! Oh, ada lagi, dimata Rudy dia juga orang yang sudah membuang uang untuk memberinya makan dengan gratis, selama hampir dua tahun pula.

Nalan Vi melihatnya tidak bicara, mengira dirinya sudah berhasil dikalahkan oleh ucapannya, sehingga ia melanjutkan dengan bangga : “Rudy sengaja menggodamu, tentu saja karena kamu sudah dipilih untuk Gevin. Diantara kami dan Rudy, ada hubungan yang sangat rumit, asalkan itu milik Gevin, dia pasti ingin merebutnya. Seharusnya perusahaan hanya boleh diwariskan pada generasi putra yang pertama, namun Rudy sengaja ikut campur. Lalu Gevin tertarik pada putri Keluarga Mirah, dalam waktu sekejap Rahma Mirah langsug menjadi calon istri Rudy. Kemudian nyonya besar berniat mencarikan istri untuk Gevin, Rudy langsung turun tangan tanpa menunda lagi. Nona Clara, apa yang kukatakan ini, benar atau tidaknya kamu bisa memeriksanya, kamu akan bisa menemukan kebenarannya dengan mudah. Memang tidak seharusnya aku ikut campur, namun aku sungguh tidak tega melihat gadis sebaik dirimu malah diperalat oleh orang seperti Rudy, ini sungguh tidak adil untukmu.”

“Jadi?” Clara belum bodoh sampai percaya kalau Nalan Vi datang bertemu dengannya hanya karena tidak tega dengannya. Apakah dia sebaik itu!

Tiba-tiba Nalan Vi mengulurkan tangan dan menggennggam tangannya, berkata dengan begitu serius : “Clara, kamu masih muda, apakah kamu rela diperalat? Aku adalah orang yang sudah berpengalaman, dengarkan nasehatku, pernikahan yang penuh dengan intrik dan peralat seperti ini, sebaiknya jangan. Lihat dirimu, kamu begitu cantik, artis pula, pria yang menyukaimu, begitu banyak, kenapa kamu harus menikah dengan orang yang tidak mencintaimu.”

“bibi, sepertinya kita tidak seakrab ini.” Clara melepaskan tangannya dengan perasaan muak.

Nalan Vi tidak hentinya mengatakan ‘peralat’ dan ‘tidak cinta’, kelihatannya kalau dia tidak menceraikan hubungannya dengan Rudy maka dia tidak akan puas.

Entah apa yang ada dipikiran orang Keluarga Sutedja, apakah mereka pikir perasaannya dan Rudy bagaikan kertas yang akan hancur hanya dengan satu tamparan ringan?

“bibi, apakah anda sudah selesai?” Clara merasa kesabaran sudah sampai pada ambang batasnya.

Nalan Vi mengangguk, “Nona Clara, apa yang kukatakan, kamu paham kan?”

“Mengerti.” Clara mengangguk, bahasa yang ia gunakan adalah bahasa nasional yang sesuai dengan EYD, tentu saja dia paham.

“Kalau begitu apa rencanamu?” Nalan Vi bertanya dengan tidak sabar. Seolah tidak sabar ingin melihat Clara mengamuk, dan segera pergi mencari Rudy dan memutus hubungan mereka.

Benar-benar, mau jadi orang jahat tapi sama sekali tidak kreatif.

“Masih bisa melakukan apa lagi, tentu saja melakukan apa yang harus dilakukan. Kalau harus menikah ya menikah, kalau harus melahirkan anak ya melahirkan anak.” Setelah Clara mengatakannya, ia langsung mengambil tas tangannya dan bangkit dari tempat duduknya, “bibi, tolong lain kali jangan buang waktuku. Apa yang kamu katakan padaku, jauh lebih membosankan dari naskah murahan.”

Nalan Vi melihat Clara akan pergi, segera bangkit berdiri, “Clara, aku rasa kamu sudah dibuat terlena oleh Rudy sampai tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah!”

“Priaku begitu mempesona, aku dibuat terlena olehnya, aku rela, apakah kamu bisa mengaturnya.” Clara meliriknya dengan dingin.

“Clara, kamu jangan tidak tahu kebaikan orang ya!” Nalan Vi kesal sampai menghentakkan kaki.

Awalnya Clara sudah berencana untuk pergi, mendengar apa yang ia katakan, ia langsung menghentikan langkahnya, lalu meliriknya dengan dingin : “bibi, kalau mulutmu masih tidak bisa kamu control, maka aku akan dengan senang hati membuatnya diam!”

Nalan Vi dibuat kesal sampai tidak bisa mengatakan apapun.

Gadis yang begitu muda, namun begitu licin dan sulit untuk dikendalikan, sungguh bukan karakter yang mudah. Ketika ia menikah masuk ke Keluarga Sutedja, pasti akan cukup merepotkan.

Nalan Vi agak kesal, ia mengangkat ponsel dan berjalan sambil menelepon Revaldo.

……

Dan disaat ini Clara sudah menghilang dari pandangannya.

Jarang-jarang ia meluangkan waktu satu hari, ketika mengendarai mobil dan lewat di pusat perbelanjaan, dia sempat masuk dan berkeliling dengan suasana hati yang lumayan baik, ia juga membelikan pakaian untuk Wilson dan Rudy, ketika lewat di toko porcelain, ia juga sengaja memilih sebuah porcelain yang indah.

Dia juga ke pasar untuk membeli buah dan salad, berencana membuat salad buah untuk dimakan Wilson nanti siang. Bocah itu entah seperti siapa, menyuruhnya makan buah jauh lebih susah daripada menyuruhnya minum obat.

Clara membawa kantung berukuran besar dan kecil pulang ke apartemen, dan begitu masuk ia langsung melihat Rudy yang duduk di sofa dengan wajah yang begitu dingin.

“Dimana Wilson dan Sus Rani?” Clara bertanya sambil membawa tas belanjaan masuk ke dalam rumah.

“Pagi Wilson ada kelas pagi.” Rudy menjawab. Dia hanya duduk disana dan menatapnya dengan ekspresi yang begitu rumit.

Clara melihatny duduk dengan manis disana, sama sekali tidak ada niat untuk membantu membawa barang, langsung kesal!

Ini masih belum menikah saja sudah tidak tahu merasa kasihan padanya, bagaimana kalau sudah menikah? Kebiasaan jelek ini tidak bisa dibiarkan.

Memikirkan ini, Clara langsung melempar kantung belanjaan ke lantai, “Rudy, bawa dua kantung ini ke dapur, ini bawa ke ruang ganti.”

Setelah Rudy dibentak olehnya, ia bangkit dari sofa dengan hening, lalu melakukan apa yang disuruh, ia membawa kantung makanan ke dapur, meletakkan buah dan salad ke dalam kulkas, lalu membawa pakaian yang dibeli ke ruang ganti.

Baju yang dibeli adalah baju untuk dirinya dan Wilson, akhirnya gadisnya cukup bisa diandalkan kali ini, baju untuk Wilson tidak terlalu besar, baju untuknya tidak terlalu kecil, sangat pas ukurannya.

Setelah Rudy selesai menyimpan pakaian, ia langsung turun ke bawah dan melihat Clara yang duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan satu set porcelain.

“Rudy, coba lihat cangkir ini bagus tidak? Aku melihatnya terpajang di etalase toko, dan aku langsung menyukainya pada pandangan pertama, walaupun harganya tidak terlalu bersahabat, namun jarang sekali ada barang yang begitu kusukai. Setelah ragu sejenak, aku memutuskan untuk membelinya. Nanti setelah kita menikah, ketika musim salju kita bisa menggunakannya untuk minum kopi sambil menikmati salju yang turun di luar jendela, hanya membayangkannya saja sudah terasa begitu indah.”

Setelah Clara selesai bicara, ia mengangkat kepala dan melihat kearah Rudy, melihatnya sedang menatapnya tanpa berkedip sama sekali dengan ekspresi bingung.

“Tatapan macam apa itu! Bukankah aku hanya menggunakan kartumu untuk membeli set cangkir porcelain seharga 20 juta saja, perlukah seperti itu!” Clara mengkerutkan bibirnya dengan murung.

Rudy tercengang, jelas sekali apa yang mereka pikirkan tidak berada pada frekuensi yang sama. Dia menggeleng dengan tidak berdaya, lalu menghampirinya, seperti biasa ia akan mengelur kepalanya dengan begitu lembut.

“Asalkan kamu senang saja.”

“Hm, kamu yang terbaik.” Clara mendekat, lalu mencium pipinya, setelahnya kembali memperhatikan kembali cangkir yang ia beli, ia terlihat begitu menyukainya.

Rudy merasa Clara merupakan gadis yang sederhana, hanya satu set cangkir saja sudah bisa membuatnya senang sampai seperti itu.

“Pagi ini melakukan apa saja?” Rudy mencoba bertanya.

“Shopping, belanja banyak barang.” Clara mengayunkan cangkir ditangannya.

“Selain shopping, tidak ke tempat lain?” Rudy bertanya lagi.

Clara tercengang, akhirnya tatapannya berpindah dari cangkirnya lalu melihat kearah Rudy. Dia tidak bodoh, dan segera mengerti maksudnya.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu