Jalan Kembali Hidupku - Bab 4 Aku Tidak Boleh Pengecut

Dalam sekejap, tiba pada keesokan harinya. Hensen memiliki kelas di pagi hari. Ketika pelajarannya selesai hampir sore. Dia segera kembali ke kamar, mengganti pakaiannya, berdadan, kemudian langsung pergi ke sekolah Tya.

Menaiki taksi, dan ketika ia keluar dari mobil, dia melihat ponselnya tertuju pada jam 3:40, Dia mengangguk puas, untungnya dia tidak terlambat.

Setelah beberapa saat, Tya pun keluar, Hensen menatapnya, ia berpakaian sangat santai, tetapi masih sangat cantik.

Hensen melangkah maju, menyapa, dan berkata sambil tersenyum: "Aku mengira bahwa aku harus menunggu sebentar, tidak terpikir kamu sudah datang!"

Tya mendengarkan dan tersenyum berkata, "Aku masih termasuk tepat waktu ya! Ngomong-ngomong, Sekarang kita akan kemana?"

"Tidak beri tau kamu dulu, sebentar lagi kamu akan mengetahuinya," kata Hensen dengan misterius.

"Hehe, kalau begitu aku akan menunggu dan melihat!"

"Tenang saja! Kurasa tidak akan mengecewakanmu."

Pada saat ini, sebuah mobil berhenti di depan mereka, ini adalah mobil yang Hensen pesan menggunakan aplikasi GO-CAR diponselnya. Dia membawa Tya kemudian masuk ke mobil dan menuju ke tempat yang sangat disukai Hensen.

Butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke tempat tujuan. Tya keluar dari mobil, melihat sekeliling, dan menyadari bahwa mereka berada di kaki gunung.

Tya berkata dengan setengah bercanda, "Apakah kamu membawaku keluar untuk bermain yaitu memintaku untuk mendaki gunung? Dan mendaki pada malam hari!"

Hensen menggaruk kepalanya dan berkata dengan canggung, "Umm, mungkin saja! Tempat bagus yang kutemukan adalah dipuncak gunung, sehingga harus merepotkanmu untuk memanjat gunung!"

Tya memandang Hensen dan berkata sambil tersenyum, "Baiklah! Karena sudah datang ke sini, naik keatas lihat saja!"

Ngomong-ngomong, dia langsung mulai memanjat. Hensen melihatnya kemudian mengikutinya. Meskipun mengatakan mereka sedang mendaki gunung, tetapi gunung itu sudah dikembangkan, terdapat sebuah jalan yang dibangun dari batu kaki gunung ke puncak gunung, sehingga jalannya tidak sulit.

Ketika sampai di tengah gunung, Hensen tidak naik lagi, tetapi membawa Tya menuju ke sebuah jalan kecil.Pada awalnya, jalan itu cukup sempit bahkan tidak ada jalan di beberapa tempat, tetapi berjalan selama sepuluh menit kemudian tiba-tiba terbuka.

Ini adalah sebuah batu yang besar, berdiri di atas, memandang ke bawah adalah sebuah tebing, melihat ke depan kita dapat melihat seluruh kota, sangat indah sekali.

Tya melihat sekeliling, kecuali tebing di depan, sekelilingnya dikelilingi oleh pohon, tetapi batu ini sangatlah besar, tepat di bawah pohon hijau yang menggelilingi terdapat celah yang besar.

Tya berkata dengan heran, "Tempat ini sangat indah! Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"

"He he! Aku juga menemukannya secara kebetulan! Ketika aku pertama kali mendaki gunung ini, ditengah gunung aku merasa tidak bisa memanjat lagi, tetapi sayang sekali jika menyerah begitu saja, sehingga aku bersiap akan menemukan jalan pintas untuk memanjat lagi, Dan akhirnya tidak menemukan jalan pintas, tetapi menemukan tempat seperti itu! "Kata Hensen dengan bangga.

“Benar-benar sangat bagus seperti surga!” kata Tya menghela nafas.

"Meskipun sekarang juga terlihat bagus, tetapi kamu belum melihat adegan terbaiknya!"

"Yang terbaik?"

"Tunggu sebentar lagi, kamu akan segera melihatnya!"

……

Hensen melihat jam tangannya, waktunya hampir tiba, dan dengan cepat ia mengingatkan Tya : "Lihat ke sini! Lihat ke sini! Pemandangan paling indah akan segera muncul!"

Tya memandang ke arah yang ditunjuk Hensen dan melihat matahari menggantung di sana, cahaya lembut menyinari kota, semuanya tampak begitu damai dan damai.

Tya tertegun, terbenam dalam pemandangan yang indah ini, Hensen menatapnya, cahaya lembut bersinar di wajahnya, dia tampak sangat cantik! Hensen juga tertegun olehnya. Dia ingin bergegas ke depan dan berkata kepadanya dengan keras, "Aku mencintaimu."

Matahari terbenam sangat indah, tetapi hanya menjelang senja, dan pemandangan yang indah juga berlalu dengan cepat.

Matahari telah terbenam dan malam telah tiba.

" Tya, sebenarnya aku... aku..."

“Ada apa?” Tya kembali dari pemandangan yang indah tadi, dan bertanya dengan curiga.

"Uh, tidak ada! langit sudah malam sekarang, mari kita pulang," kata Hensen dengan canggung menatap Tya.

Tya melihat sekeliling, langit mulai gelap, mengangguk dan berkata, "Baik! Kalau begitu, mari kita pulang!"

Turun dari gunung, dan memanggil mobil lewat GO-CAR, kemudian memulai perjalanan pulang. Mungkin sudah lelah mendaki gunung. Hensen dan Tya mereka berdua tidak berbicara didalam mobil. Mereka masing-masing berbaring dan tidur sebentar.

Tiba di sekolah Tya, Hensen mengantarnya kembali ke asrama, kemudian dia kembali ke sekolah sendirian, tetapi dia tidak segera kembali, dia pergi ke bar didepan pintu sekolah, dan minum segelas demi segelas.

Hensen memarahi dirinya sendiri tidak berguna berkali-kali, hanya sepatah kata "aku menyukaimu" itu saja tidak berani mengatakan. Dia benar sangat membenci dirinya sendiri begitu pengecut.

Dia kemudian mabuk...

Mengingat ketika berada di tahun kelas 3 SMA, wali kelas mengubah posisi duduk lagi dan mengganti teman sebangku Hensen, dan Hensen juga mengalami depresi untuk sementara waktu, tetapi perintah guru tidak bisa membantah!

Meskipun telah duduk berpisah dengan Tya, Hensen selalu senantiasa melirik ke arah Tya, melihatnya, hati Hensen merasa sangat bahagia.

Pada malam akhir pekan, sedang belajar di malam hari. Hensen sedang memegang sebuah buku yang tidak tahu berasal dari mana. Dia sedang serius membaca. Tya berlari kemari dan duduk di depan Hensen, kemudian membalikkan badan berbicara dengan Hensen. Tetapi Hensen tidak memperhatikannya, terus membaca buku yang berada ditangannya dengan serius, Tya melihat Hensen tidak peduli kepadanya, dan juga tidak mengatakan apa-apa, kemudian dia berjalan keluar dari ruang kelas sendirian dan pergi keluar.

Ini adalah pertama kalinya Tya datang mencari Hensen atas inisiatifnya sendiri. Sebenarnya Hensen mengetahui mengapa dia datang mencarinya, karena dia bertengkar dengan pacarnya, sangat serius, sepertinya sudah putus. Hensen mendengar kabar mereka putus dipagi hari itu.

Ketika Tya datang mencarinya, Hensen merasa tersentuh dan sangat bahagia. Dia benar-benar ingin menghiburnya dan mengatakan kepadanya jangan sedih lagi. Bahkan ada sedikit impulsif ingin memukul pacarnya.

Tetapi ketika dia datang mencarinya, Hensen tersentak. Dia peduli dengan pandangan teman-teman sekelasnya yang lain, Dia takut digosipkan oleh orang lain, mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang baik. tetapi karena dia mengakibatkan mereka putus.

Hensen peduli dengan pandangan orang lain, sehingga ketika dia datang mencarinya, dia tidak melakukan apa-apa, bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun.

Melihat bayangan Tya berjalan keluar dari ruang kelas, hati Hensen merasa sangat sakit. Setelah dia keluar, Hensen juga mengikutinya keluar, melihat bahwa dia berbaring di koridor melihat orang-orang berjalan naik turun tangga, Hensen diam-diam berjalan ke sampingnya, tidak mengatakan apa-apa, dan menemaninya sampai waktu masuk kelas.

Pada malam hari Hensen berbaring di tempat tidur, didalam hatinya terus memarahi dirinya sendiri dengan tak terkendali, "Seharusnya aku tidak boleh begitu pengecut, Mengapa aku peduli dengan pandangan mereka! Aku benar bodoh."

Ini adalah pertama kalinya Tya datang mencarinya, dan juga yang terakhir kali.

……

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu