Jalan Kembali Hidupku - Bab 3 Bertemu kembali
Hensen melihat balasan smsnya, tersenyum, menggelengkan kepalanya, dan tidak membalasnya.
……
Pikiran kembali ke masa lalu.
Hensen suka membaca novel, mungkin karena kebanyakan membaca novel sehingga dia tidak memiliki harapan terhadap cinta. Melihat pasangan yang ada di kelas, dia sedikit pun tidak merasa kecemburuan, dan kadang-kadang bahkan mengejek mereka di dalam hati.
"Siswa SMA berpacaran apa, semua masih bocah kecil! Tidak mengerti apa itu cinta!"
Dia selalu terbenam di dunianya, berpura-pura seperti sudah melihat pasrah terhadap kehidupan dunia ini .
Hingga di semester kedua kelas 2, walikelas guru mungkin telah mengetahui pasangan di kelas, atau mungkin karena tidak lama lagi akan memasuki kelas 3, ia kemudian memutuskan untuk menyesuaikan tempat duduk.
Di bawah keadaan yang salah, Tya kemudian dipindahkan duduk sebangku bersama Hensen oleh walikelas. Setelah melihat gerakan walikelas ini, Hensen tertegun karena Tya sudah memiliki pacar sejak kelas 1 SMA, dan sebelumnya duduk sebangku dengannya.
Sekarang dia tiba-tiba dipindahkan duduk sebangku dengan dirinya, didalam hati Hensen sebenarnya menolak. Karena dia berpikir bahwa sifat Tya terlalu heboh dan pemarah. Pada kelas 1 SMA, dia selalu melihat Tya sedang memarahi Denis, dan kadang-kadang marah karena hal kecil.
Poin yang lainnya adalah Tya sudah berpacaran di kelas 1 Sekolah Menengah Atas. Hensen berpikir orang seperti ini sangatlah kekanak-kanakan. masih bocah, berpacaran apa! Sehingga bertambah dengan hal ini, Hensen bahkan lebih ilfel ataupun muak.
Tetapi Hensen tidak berani membantah perkataan walikelas, sehingga dia harus menuruti pengaturan guru. Meskipun bertentangan dengannya, tetapi itu hanyalah penolakan didalam hatinya saja. Ketika Hensen berbicara dengan gadis saja mukanya memerah,Bagaimana menurutmu dia akan menggunakan tindakan nyata untuk melawan?
Dengan cara ini, Tya dan Hensen menjadi teman sebangku. Ketika Tya pindah, hati Hensen sebenarnya sangat gugup dan sedikit bersemangat, meskipun dia adalah teman sebangku yang memiliki temper yang buruk, meskipun ini adalah teman sebangku yang tidak disukainya, tetapi bagaimanapun dia itu perempuan, setelah sekian lama akhirnya dia mempunyai teman sebangku yang cewek.
Hari itu, Hensen sangatlah gugup. Dia tidak berani menoleh untuk melihatnya ataupun berbicara dengannya. Setiap saat memperhatikan dan melihat apakah tangannya keluar dari batas. Dia yang mengira bahwa hati dirinya telah melihat kehidupan ini dengan jelas, tiba-tiba dihancurkan oleh gadis ini.
Setelah sekian lama bergaul, Hensen mengetahui bahwa dia tidak seburuk yang dia pikirkan. Dia akan marah, tetapi itu hanya dengan pacarnya, bersama Hensen teman sebangkunya, dia masih sangat lembut, dan kadang-kadang bercanda dengan Hensen, bagaimanapun hubungan mereka termasuk rukun.
Memiliki teman sebangku, Hensen menjadi lebih energik. Dia dulu kurang aktif ketika kembali ke kelas. Sekarang dia menjadi sangat aktif selama dia duduk di sebelahnya, kadang-kadang bercanda dengannya dan membuatnya bahagia, Hensen merasa sangat senang.
Suatu hari, Tya bertanya satu soal matematika kepada Hensen, Pertanyaan ini mungkin agak sulit. Hensen melihat dalam waktu yang lama dan tidak tau bagaimana untuk mengerjakannya. Sehingga dia melirik Tya dan melihat dia sedang berbaring di atas meja dengan mulut bergumam, seolah-olah sedang memikirkan ingin makan sesuatu. Pada saat ini, Hensen berpikir dia sangat imut dan menawan .
Hensen terus mengingatkan dirinya sendiri bahwa Tya sudah mempunyai pacar. Dia belum pernah berpacaran, tetapi pada saat ini dia mengetahui bahwa dirinya mungkin menyukai gadis ini.
……
Pada waktu dan tempat yang sama, Hensen bertemu kembali dengannya ditempat ini.
Pada saat itu adalah hari Rabu, yaitu hari ketiga setelah mereka bertemu. Hensen sangat menyukai taman itu, sehingga setiap kali hatinya merasa kesepian, dia akan datang ke sini untuk berjalan-jalan. Tanpa diduga, dia bertemu lagi dengannya. .
Hensen sedang berjalan di taman dan sedang memikirkan hal-hal yang lain. Tiba-tiba datang seseorang, Hensen melihat lebih dekat dan berpikir bahwa bukankah itu adalah Tya ? Apa yang dia lakukan di sini?
Meskipun bingung, tetapi sangat senang dapat bertemu dengannya di sini. Melangkah maju dan menyambutnya: "Eh! Tya, kebetulan sekali, Mengapa kamu berada disini?"
Tya tertegun sejenak, dan dia juga tidak terpikir dapat bertemu dengannya lagi di sini, tersenyum dan berkata, "Kemarin datang kesini dan mengetahui bahwa lingkungan di sini sangat baik, sehingga datang kemari jalan-jalan."
"Kebetulan sekali! Aku juga datang ke sini untuk jalan-jalan, bagaimana jika kita jalan bersama?"
"Boleh, kalau begitu jalan bersama saja!"
Hensen dan Tya hanya berjalan-jalan di taman ini. Mereka tidak mengatakan apa pun, hanya berjalan dengan tenang.
“Apakah kamu merasa lebih baik sekarang?” Hensen memecahkan keadaan yang tenang ini, dan masih juga perkataan yang sama.
"Tidak apa-apa, sekarang jauh lebih baik."
Hensen menatapnya, meskipun wajahnya sudah membaik, tetapi didalam pupil matanya terlihat sedikit kusam.
"Lupakan dia saja, dia tidak layak kamu mengenangkan!"
"Aku sudah melupakannya!"
"Hehe, apakah kamu yakin?"
"Aku yakin, aku sangat yakin!"
…………
“Aku tidak akan memaafkannya!” kata Tya .
Hensen juga tidak tahu harus berkata apa, dan melihat didepan terdapat Teh Boba! Ia pergi membelikan segelas teh boba, dan kemudian keduanya berjalan sambil minum teh boba.
“Apakah kamu ada kelas besok sore?” Hensen bertanya.
"Tidak, ada apa?"
"Hehe, tidak apa-apa, hanya ... itu ..."
"Apa?"
"Aku ingin membawamu ke suatu tempat, tempat itu ditemukan olehku. Disana sangat indah, sehingga aku ingin membawamu pergi melihat. Apakah kamu ingin melihatnya?"
Tya berpikir sejenak, menatap pandangan tulus Hensen, dan berjanji, "OK! Besok jam berapa, aku bisa bersiap-siap duluan!"
Hensen melihat ia menyetujui dan berkata dengan senang: "Eh, kalau begitu jam empat saja, nanti kamu menungguku didepan pintu sekolahmu, aku akan menjemputmu!".
"Oke!"
………