Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 506 Kesempatan

Sebelumnya saat aku menjadi seorang perantara, perjanjian yang ditandatangani oleh Deni dan Jack berbicara tentang rasio kepemilikan sahamku, meskipun ada beberapa perbedaan di antara mereka, tapi pada akhirnya, masih menetapkan bagianku pada posisi rendah.

Bagiku, meskipun tidak memiliki hak nyata, tapi aku memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pembagian laba.

Awalnya pembagian dilakukan setahun sekali, tetapi tanpa diduga, kerena mempunyai pendapatan yang cukup baik, pembagian dilakukan selama tiga bulan sekali.

Aku segera mencari ATM terdekat untuk memeriksanya, benar saja, uang sebanyak dua miliar sudah masuk ke akunku.

Jika ini terjadi dari dulu, mungkin aku akan bersemangat, tetapi setelah menjalani hidup di pulau terpencil, aku menyadari, menurutku daya Tarik uang tampaknya jauh lebih sedikit daripada sebelumnya.

Menutup telepon, aku dan Wenny bersama-sama berjalan-jalan, dengan penampilan saat ini, ini disebut memaksakan jalan-jalan.

Pasar malam Shenghai sangat indah, tidak hanya karena lingkungan di sini, tetapi juga karena pendekorasian di sini, langit jalanan pasar malam yang dituju belum gelap, ada pedagang kecil yang datang dari luar masuk ke dalam, dan segera seluruh jalan terisi.

Wenny dan aku berjalan di sepanjang jalan, Wenny seperti gadis remaja, menunjuk kesana kesini dengan gembira, menatapnya dengan gembira, mengatakan bahwa dia menginginkannya.

Melihat dia baru saja membelikan aku ponsel dan pakaian, aku menjadi pecundang besar, aku membawa semua hal yang disukai Wenny, akhirnya, keduanya membawa kantong.

Ketika berjalan keluar dari tempat camilan, bibir Wenny yang cantik dan seksi telah ditutupi dengan minyak, dan bahkan wajahnya berbau lada.

Seperti seorang ayah, aku menyeka minyak dari wajahnya dengan perlahan-lahan.

Ketika aku mengatakan kepadanya apa yang aku pikirkan, Wenny berteriak dan mulai memukuliku, secara alami, aku tidak bisa membiarkannya berhasil, dan aku berlari dengan tas besar di tanganku.

Kemudian di jalan pasar malam, adegan lucu dan hangat muncul.

Aku berlari di depan dengan membawa, dan Wenny mengejarku dari belakang, menarik perhatian orang-orang yang lewat.

Ketika kami sudah lelah, kami mencari kursi untuk bersandar dan duduk, aku berkata: “Wenny, kenapa barusan kamu terlihat seperti gadis kecil!”

Wenny melirikku dan berkata: “Lalu mengapa kamu seperti bocah ingusan?”

Aku tersenyum canggung: “Apakah kamu sudah lelah bermain? Jika sudah lelah, mari kita pulang untuk beristirahat hari ini. Aku akan mencari hotel untuk tinggal terlebih dahulu, kamu cepat pulang, seorang gadis masih berada di luar saat malam hari, sangatlah berbahaya.”

Di mulut Wenny muncul senyum aneh, dan berkata: “Roman, apakah kamu tidak mengantarku pulang?”

Aku tertegun dan berkata: “Ini tidak perlu kan. Aku mengantarmu pulang, lalu bagaimana kalau aku disalahpahami?”

Tanpa diduga, baru saja aku selesai berbicara, tiba-tiba, Wenny berkata “Astaga”, dan bersandar padaku, menutupi pergelangan kakinya dan berkata: “Kakiuku terluka, tolong kamu bawa aku pulang secepat mungkin.”

Aku mengerutkan kening: “Aku katakana padamu Nona, jatuh kamu ini terlalu berpura-pura? Kamu bersandar duduk di kursi, apakah masih bisa keseleo?”

Leher Wenny segera tegak dan berkata: “Kenapa? Tidak mungkinkan? Cepatlah, jika kamu tidak mengantarku pulang hari ini, aku tidak akan jalan.”

Melihat Wenny bersikeras, aku hanya bisa menyetujuinya.

Dan dengan bahagia, Wenny langsung melompat dari kursi, lalu aku berkata: “Bukankah kamu keseleo?”

“Sekarang sudah sembuh.”

Wenny berkedip dan menatapku dengan polos.

Aku dikejutkan oleh tingkah Wenny yang secara tiba-tiba, harus tahu, bawa dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, dan tidak tahu kemana beberapa bulan ini dia sudah menjadi senakal itu.