Cinta Setelah Menikah - Bab 68 Presdir Mu, Saat Ini Anda Sedang Melecehkan Seorang Lajang (2)

Entah apa yang menempel di bibir gadis bodoh itu, hingga Yansen Mu dengan penuh perhatian bisa memberikan Tifanny Wen selembar tisu.

Tingkat kedekatan ini... melihat perasaan Yansen Mu dalam keadaan baik, bukannya merasa kecewa, tapi juga merasa terkejut. Dari beberapa latar belakang Yansen Mu, beberapa pengertian yang pernah dilakukan pria itu. Di gosip, Tifanny Wen mendengar bahwa latar belakang orang ini sangat kuat dan juga tidak terlalu dekat dengan wanita. Tapi tatapan mata pria ini menatapnya seakan melihatnya sebagai "wanitaku" dengan tatapan penuh perhatian.

Asisten Liu yang berada di samping melihat dengan jelas, demi Tifanny Wen, Yansen Mu sengaja melemparkan pandangan dingin ke Raymond Jiang. Asisten Liu terkejut, hatinya diam-diam merendahkan. Presdir Mu, ada juga hari dimana anda jatuh ke lubang wanita....

Setelah selesai makan siang, akhirnya Raymond Jiang menyambut kesempatan untuk membicarakan proyek Canton Plaza. Tapi setelah Yansen Mu menerima dan membacanya, tidak berapa lama kemudian Yansen Mu mengembalikan dokumen itu ke Raymond Jiang, dengan datar berkata: "Presdir Jiang, jika kemampuan Taixia Group hanya begini, maka kerjasama kita tidak perlu berjalan lagi."

Arti ucapan Yansen Mu bukan demi membalaskan dendam Tifanny Wen. Semua itu karena rencana kerja yang diberikan Raymond Jiang padanya. Yansen Mu menganggap itu sangatlah biasa. Sangat biasa jika nanti ditaruh di perusahaan seperti Sentum Group.

Sebenarnya sebisa mungkin Raymond Jiang bersikap tenang, akhirnya karena ucapan Yansen Mu, Raymond Jiang tidak bisa tahan lagi.

"Presdir Mu!" Tiba-tiba Raymond Jiang berdiri. Baru saja menahan rasa marah, saat ini akhirnya rasa marah itu tumpah,  "Aku tidak menyangka, demi seorang artis yang ditelantarkan orang, seorang presiden direktur dari Sentum Group yang luar biasa bisa seenaknya mempermainkan orang lain. Presdir Mu, apakah anda pikir anda pantas melakukannya?"

Raymond Jiang sungguh tidak bisa menahan lagi amarahnya.

Dia bukan orang bodoh, berdasarkan hubungannya dan Tifanny Wen yang dulu, pria di depannya jelas sekali memiliki niat yang buruk kepada Tifanny Wen. Mungkin Yansen Mu sudah tidak senang melihatnya karena hal ini.

Maka dari itu Raymond Jiang tidak sadar menganggap ucapan Yansen Mu seperti mencari-cari kesalahan karena Tifanny Wen secara sengaja tidak mengenali pria itu.

Begitu mendengar, asisten Liu marah, "Presdir Jiang, anda terlalu berpikir banyak atau terlalu memandang diri anda tinggi? Waktu sedetik Presdir Mu saja menjadi uang. Apakah anda pikir pantas bagi Presdir Mu membuang waktunya untuk mempermainkan orang?"

Asisten Liu sangat mengenal Yansen Mu. Yansen Mu bersikap begitu pada Raymond Jiang karena pria itu memiliki alasan, mungkin memang sedikit dingin, tapi Yansen Mu tidak mungkin memaksa pergi Raymond Jiang.

Tapi apa alasan Raymond Jiang membuat alasan menipu begitu dengan mengatakan Yansen Mu datang mempermainkan pria itu? Menunda waktu berharganya?

Itu tidak mungkin.

Alasan saat ini adalah Yansen Mu tidak suka dengan rencana cadangan yang dibuat oleh Taixia Group.

Asisten Liu tahu ketajaman mata Yansen Mu. Sentum Group memiliki banyak orang yang berbakat, menyerap begitu banyak pengetahuan dari luar negeri. Rasanya sangat biasa jika menolak kemampuan dari perusahaan kecil.

Jika tidak cocok dengan Taixia Group, Sentum Group bisa mencari rekan kerja sama yang lain. Ini sangatlah biasa.

Raymond Jiang pikir dirinya siapa sampai berpikir pantas untuk dipermainkan oleh Presdir Mu?

Walaupun asisten Liu tidak mengakui kalau perlakuan presdir Mu kepada Tifanny Wen tidak biasa.

Raymond Jiang terasa dicekik. Saat pria itu ingin bicara, pria itu mendengar Yansen Mu berkata dengan datar: "Pertama, aku hanya bilang kalau aku tidak puas dengan rencana ini, darimana presdir Jiang mendengar kalau aku mempermainkan anda? Kedua, jika aku tidak salah ingat, media melaporkan kalau hubungan anda dan nona Tifanny, anda lah yang memutuskan hubungan anda dengan nona Tifanny. Jadi siapa menelantarkan siapa? Ketiga, sepertinya di rumah presdir Jiang juga ada seorang artis?"

Diam-diam di dalam hati Yansen Mu tertawa dingin. Wajahnya yang tenang sangat kontras dengan perasaannya yang jelas sangat marah.

Apakah ini pria yang digilai Tifanny Wen?

Yansen Mu menatap Tifanny Wen dalam diam beberapa detik sambil masih mengetuk-ngetuk ke atas dokumen lalu berkata: "Masalah persetujuan kerja sama, aku pikir setelah presdir Jiang memperbaharui rencana tersebut, baru kita diskusikan kembali."

Selesai bicara, tanpa tergesa-gesa Yansen Mu berdiri, menatap Tifanny Wen, dengan cepat nada suaranya berubah lembut: "Sudah kenyang? Ayo pergi."

Setelah bicara, Yansen Mu mengulurkan tangan ke Tifanny Wen.

"Hmm." Tifanny Wen bangkit, tanpa memotong ucapan, Tifanny Wen hanya meraih tangan Yansen Mu dan berkata, "Terima kasih."

Raymond Jiang melirik Tifanny Wen yang meraih tangan Yansen Mu, walaupun hanya sebentar, hal itu membuat Raymond Jiang semakin merasa pemandangan di depannya menyakiti matanya dan semakin yakin alasan Yansen Mu menolak rencana kerjanya karena Tifanny Wen.

Harga dirinya sebagai pria merasa tidak bisa menerima penghinaan ini. Terlebih lagi Yansen Mu tidak memberikannya kesempatan, di depan wanita ini... hal ini membuat ada perasaan ingin menerjang pada hati Raymond Jiang. Sambil membereskan dokumen, dengan suara rendah berkata: "Menurutku, mau dirubah seratus kali pun, mungkin demi wanita ini Presdir Mu tidak akan minat untuk bekerja sama denganku. Karena sudah seperti ini, tidak masalah jika tidak jadi bekerja sama. Perusahaan kecil seperti Taixia Group tidak bisa mencapai presdir Mu, yang demi wanita menjadikan pekerjaan sebagai mainan."

Selesai bicara, Raymond Jiang seperti ingin memperlihatkan ketangguhannya di depan Tifanny Wen. Pria itu memegang dokumen lalu berjalan lebih cepat dari Yansen Mu dan Tifanny Wen.

Ketika melewati Tifanny Wen, Raymond Jiang sempat berhenti lalu melirik Tifanny Wen, dengan nada suara yang masih merendahkan berkata: "Tifanny, di depan banyak pria kamu begitu tebar pesona, bukankah ini lebih baik dari dirimu yang dulu?"

Selesai berucap, tanpa mendengar jawaban, Raymond Jiang sudah keluar dari ruangan.

Walaupun sikap Yansen Mu tidak biasa ke Tifanny Wen, tapi Raymond Jiang tidak menebak bahwa penyokong Tifanny Wen adalah Yansen Mu.

Bagaimanapun juga, sikap Tifanny Wen ke Yansen Mu tadi  datar dan tidak akrab. Mana ada simpanan yang bersikap seperti itu?

"Eh? Sudah pergi? Bahkan dia juga tidak berencana memperbaiki rencana kerja?"

Tifanny Wen mematung. Melihat tidak ada Raymond Jiang di ruangan, Tifanny Wen diam dan memanyunkan bibirnya.

Menyenangkan ya!

Yansen Mu hanya menyuruh Raymond Jiang memperbaiki rencana kerja, setelah itu kembali mendiskusikan hal kerja sama. Pekerjaan ya pekerjaan. Tapi sekarang Raymond Jiang sudah menyerah untuk bekerja sama. Jelas sekali kalau pria itu tidak bisa membedakan mana soal pekerjaan dan mana soal perasaan.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu