Cinta Setelah Menikah - Bab 318 Musuh Seluruh Masyarakat (1)

Queenie Si tidak bilang mengenal dirinya, kalau seperti itu, dirinya merasa ketulusan Queenie padanya sungguh amat baik, bukan karena tujuan tertentu.

Ternyata....

Seluruh ketulusan wanita itu semuanya karena dirinya memiliki seorang kakak laki-laki yang seperti ini.

Tatapan Tiara Han tak bisa dikontrol, tiba-tiba hatinya merasa kecewa.

Pantas saja, saat itu Queenie Si menyuruhnya untuk tak bicara kalau dirinya diusir oleh keluarga Han. Saat itu Queenie Si memberitahunya, kakaknya seorang pemarah, begitu tahu masalah ini pasti kakaknya akan mengambil pistol lalu pergi ke kediaman keluarga Han untuk balas dendam, tentunya itu tidak baik. Saat itu Tiara Han pikir maksud Queenie Si baik lalu Tiara Han tidak bicara persoalan itu. Tiara Han juga mendengarkan pendapat Queenie Si, yaitu dengan membohongi kakaknya, dengan kata lain Queenie Si terlalu memuji kakak lalu secara sukarela mengikuti kakaknya.

Sekarang kalau dipikirkan, dirinya lah yang ditipu. Setelah ditipu dirinya malah menganggap Queenie Si sebagai seorang yang baik hati, memperlakukannya dengan tulus.

Tiara Han berpikir dirinya sungguh bodoh sekali. Demi wanita itu, dirinya hampir mengalami masalah besar.

"Kak, bisakah kakak mengirim beberapa bawahan kakak padaku? Aku ingin mereka membantuku mencari suatu hal." Tiba-tiba Tiara Han berkata.

Insiden saat dirinya diusir dari keluarga Han... seperti, terlalu kebetulan.

"Hm? Kamu ingin memeriksa apa?"

"Kak...."

"Baiklah, kakak tidak akan bertanya. Terserah padamu."

"Terima kasih, kak."

Tiara Han berterima kasih sambil mengangguk lalu kembali berkata: "Kak, aku akan ganti baju. Aku ingin kuliah."

Selesai bicara, Tiara Han bersiap pergi.

Hanya saja....

Baru kakinya berjalan selangkah, kakak kedua yang berada di belakang memegang pergelangan tangannya, "Tunggu...."

"Kak, ada apa?"

Tiara Han mengangkat alisnya sambil melihat tangan kakaknya.

"Bisakah hari ini kamu tidak kuliah dulu?" Tanya kakak kedua: "Kamu baru berhadapan dengan hal sulit, pasti perasaanmu sangat khawatir. Kakak akan membawamu pergi untuk bersantai."

"Kak, aku baik-baik saja." Jawab Tiara Han.

"Apakah Alex berani memukulmu?" Tanya kakak kedua, "Bukankah beberapa hari ini kamu sedang menyembuhkan luka? Lukamu bagaimana? Kakak rasa lebih baik kita ke rumah sakit untuk memeriksanya."

"Tak apa, kak. Lukanya sudah sembuh. Sekarang aku sehat sekali." Jawab Tiara Han.

"Apakah kamu di...." Tiba-tiba kakak kedua membisu.

"Hm?" Tanya Tiara Han.

"Tiara, jangan malu bicara padaku. Apakah ada orang yang berani melakukan sesuatu padamu?"

"Ee... tidak ada." Tatapan Tiara Han jujur, "Kak, jangan khawatir. Aku sungguh baik-baik saja."

Kakak kedua memahami Tiara Han. Begitu melihat tatapan Tiara Han sungguh tidak apa-apa, kakak kedua akhirnya merasa lebih tenang. Kakak kedua mengusap pipi Tiara Han lalu berkata: "Nanti kakak akan mengirim pengawal untukmu."

"Baik." Tiara Han tidak menolak.

Tiara Han berbalik, menarik tangannya kembali dari tangan kakak kedua lalu pergi.

Tangan kakak kedua mengambang di udara, melihat telapak tangannya kosong, pria itu merasa agak kecewa lalu menundukkan wajahnya, diam-diam menghela napas.

Tiara Han, kamu tahu saat itu kakak dirawat oleh keluarga Han...

Kamu tahu, kakak dan dirimu tidak ada ikatan darah...

……

Pagi hari.

Perasaan Tifanny Wen berada di kondisi buruk.

Walaupun Tifanny Wen tidak peduli komentar di internet, tapi itu tidak mewakilkan bahwa orang-orang disekelilingnya juga tak peduli. Hari ini tatapan orang-orang berubah padanya.

Banyak orang ketika melirik dirinya, seperti sedang melirik musuh pribadi mereka.

Begitu dirinya pergi ke kelas untuk kuliah, setelah mendengar kuliah dengan baik di mata kuliah pertama. Di mata kuliah kedua, ada orang berjalan ke mejanya dan menumpahkan kola. Ketika dirinya berjalan, tidak sedikit orang yang sengaja membuatnya tersandung, ingin membuatnya jatuh dengan memalukan. Di sekelilingnya, tak henti-hentinya ejekan berputar di telinganya.

Ketika Tifanny Wen pergi makan, ada orang yang merebut kotak makannya. Lalu ada seorang mahasiswi yang bekerja sampingan sebagai penyaji makanan, mahasiswi itu langsung mengabaikan Tifanny Wen, tidak memberikan makanan padanya.

Sekumpulan orang ini bodoh sekali!

"Kenapa seperti ini! Fanny, kenapa kamu masih bisa tahan? Kalau aku melihatnya, siapa yang masih berani mencari ribut, aku akan dua kali menamparnya lalu pergi." Luna Jiang yang berada di samping melihat segalanya. Wanita itu sungguh tak tahan, lalu bicara sambil menghentakkan kaki.

Tidak usah membicarakan Tifanny Wen, bahkan Luna Jiang, Regina Qiu yang memiliki hubungan baik dengan Tifanny Wen juga diperlakukan seperti ini. Sedangkan Gina Si, karena wanita itu artis baru, tidak ada orang yang berani mencari masalah dengannya.

Karena beberapa orang tersebut, mereka tidak bisa makan di kantin.

Sampai saat ini perut mereka masih kosong.

"Kamu bisa menampar satu orang, menampar dua orang, tapi kamu tidak bisa menampar sekumpulan orang itu, terlebih lagi menampar seluruh warga negara Long yang begitu banyak." Ucap Tifanny Wen.

Banyak orang yang begitu menantikan peran 'Yujin'. Sekarang, begitu bertemu orang yang membuat imej 'Yujin' hancur, tentu saja mereka merasa marah.

"Tapi, kita tidak bisa selalu seperti ini." Ucap Regina Qiu.

"Merepotkan sekali." Jawab Tifanny Wen.

Sebenarnya Tifanny Wen tidak merasa dirinya menerima hinaan. Tifanny Wen hanya berpikir, akan sangat repot menjalani hari seperti ini. Mereka selalu ditunda waktunya oleh orang-orang ini.

Tifanny Wen berpikir dirinya harus mencari kesempatan yang pas untuk mengungkap identitasnya.

Bagaimanapun juga, dulu akan mudah jika dirinya ingin tak terlihat, tapi sekarang, karena sudah tidak ada cara untuk menjadi mahasiswi yang tak terlihat, tidak masalah jika wajahnya terungkap.

Hanya saja, dirinya harus memilih kesempatan yang tepat.

"Aku pulang dulu ke asrama untuk menaruh tas lalu pergi makan. Lagipula sore nanti aku tidak ada kelas." Jawab Tifanny Wen.

"Eee...Fanny, kamu sabar sekali. Kamu masih berani keluar dan bisa makan walaupun diperlakukan seperti ini." Ucap Luna Jiang sambil menarik sudut bibirnya.

"Kenapa harus tidak semangat? Diriku tidak layak kelaparan hanya untuk orang-orang pengangguran itu." Jawab Tifanny Wen. "Cukup lihat masa depan. Tidak peduli ada berapa banyak orang yang meragukanmu, menghinamu, mengejekmu, aku merasa aku hanya harus peduli dengan tujuan yang sudah ku tetapkan di depan, membuang waktu dengan menjadi diriku sendiri dan meningkatkan seluruh kemampuan diri, sampai kamu merasa dirimu sudah dekat dengan tujuanmu, begitu kamu menoleh, kamu akan sadar kamu sudah jauh dari orang-orang yang hanya bisa mengejekmu."

Begitu mendengar, Luna Jiang menyemburkan tawanya, "Wah kata-kata positif yang menenangkan mulai datang...."

"Walaupun kata-kataku agak hangat dan terdengar positif, tapi tatapan orang-orang pasti akan menjauh sedikit. Fokuskan diri pada tujuan dan kemampuan." Ucap Tifanny Wen.

Regina Qiu yang berada di samping tampak merenung.

Baiklah, walaupun terdengar menenangkan, Tifanny Wen sungguh merasa perasaannya jauh lebih baik.

Benar!

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu