Chasing Your Heart - Bab 310 Sungguh Tak Biasa.

Setelah menutup bibirnya, Regina Mo yang sadar langsung khawatir ini akan melibatkan dengan luka Arthur Sheng, Regina Mo langsung berpindah, lalu menegakkan bantal Arthur Sheng dengan tegak, wajah kecilnya dipenuhi dengan kekhawatiran, "Sekarang kamu sedang terluka, jangan bangun, cepat berbaring lagi."

Melihat Regina Mo yang panik karenanya, Arthur Sheng menjadi tak tega, lalu mengikuti ucapan Regina Mo dengan patuh. Setelah berbaring, Arthur Sheng tak bergerak lagi.

Di hari kedua, di rumah mereka di datangi banyak orang.

Yang datang kebetulan adalah nyonya Sheng, langkah kakinya sangat cepat, napasnya memburu, begitu melihat langsung tahu kalau nyonya Sheng tampak tak bersahabat.

Nyonya Sheng bisa seperti itu mungkin karena mengetahui kabar Arthur Sheng.

Tentu saja, beliau ke sini bukan demi Arthur Sheng. Tujuan utamanya adalah mencari masalah dengan Regina Mo.

Di ruang tamu kebetulan Regina Mo sedang menyiapkan sup nutrisi, bersiap untuk mengantarkan ke kamar Arthur Sheng. Tapi belum beberapa langkah, Regina Mo dihalangi oleh nyonya Sheng yang berapi-api dan menampar Regina Mo keras sekali.

Tamparan ini sangat bertenaga sekali. Di saat bersamaan Regina Mo langsung merasa pusing dan telinganya berdengung.

Bahkan sup yang ada di tangannya tiba-tiba tumpah ke lantai.

"Apa yang kamu lakukan?" Regina Mo mendongak, menatap nyonya Sheng dengan marah.

Wanita ini sama sekali tak masuk akal, tanpa bicara apapun langsung menamparnya. Di masyarakat yang memiliki hukum, bahkan saat berhadapan dengan orang asing, dia juga tak boleh seperti ini, kan?

"Aku yang ingin bertanya, apa yang kamu lakukan!" Nyonya Sheng malah bertentangan, lalu bicara dengan berani, "Regina, orang jahat sepertimu masih memiliki muka untuk berdiri di sini? Apakah belum cukup kamu menyakiti Arthur? Cepat kamu pergi!"

Mendengar nyonya Sheng menyebut Arthur Sheng, hati Regina Mo tiba-tiba bingung.

Sebenarnya setelah melewati masalah tersebut, Regina Mo tahu dirinya tak bisa lagi lunak pada nyonya Sheng, tapi tak disangka sekarang dirinya tak bisa mengatakan sepatah kata pun.

Melihat Regina Mo tak menjawab, nyonya Sheng merasa Regina Mo takut padanya, nyonya Sheng pun berubah semakin bangga, "Regina, hari ini aku harus memberimu pelajaran. Aku beritahu, lebih baik kamu pergi dari keluarga Sheng, kalau tidak aku yang akan langsung mengusirmu, kamunya nanti akan lebih..."

"Tutup mulutmu!" Tak menunggu nyonya Sheng selesai bicada, dari belakang terdengar suara yang sangat dingin.

"Ada apa ini?" Wajah Arthur Sheng sangat dingin, lalu selangkah demi selangkah mendekati keduanya.

Awalnya Arthur Sheng masih berbaring di ranjang, tapi dia mendengar suara ribut dari luar dan ingin tahu apa yang terjadi di luar. Siapa yang tahu, saat dia keluar yang dia temui adalah pemandangan seperti ini.

Wajah Regina Mo langsung membengkak, bahkan jika dia sengaja mengangkat tangannya untuk menutupi bengkak itu, hal itu tetap tak bisa menghilangkan jejak bekas tamparan.

Biasanya cinta yang Arthur Sheng curahkan untuk Regina Mo bisa dibilang sangat banyak. Melihat istrinya ditindas seperti ini, tentu saja Arthur Sheng sangat marah.

Arthur Sheng langsung menatap nyonya Sheng, dengan marah berkata, "Ini ibu yang melakukannya?"

Nyonya Sheng agak takut, tapi masih berpura-pura berani.

"Iya! Arthur, ini demi kebaikanmu. Wanita ini sungguh melukai orang dengan parah sekali. Jangan biarkan dia terus di sini. Aku beritahu, dia adalah orang yang membuatmu sial!"

Arthur Sheng semakin marah mendengarnya, "Tutup mulutmu! Semua yang kamu lakukan belum tentu juga baik!"

Arthur Sheng mengangkat tangannya langsung menunjuk nyonya Sheng, ada kilatan marah dari mata Arthur Sheng, "Kalau bukan karena kamu yang mencari masalah, membuatnya diculik, apakah orang lain memiliki celah untuk menculiknya?"

Melihat Arthur Sheng bersikap melawannya, nyonya Sheng agak tercengang.

Selama beberapa tahun ini, Arthur Sheng setidaknya selalu mengingat yang telah diajarkan, jadi sikap pria itu masih terbilang sopan padanya. Tapi sekarang demi seorang wanita, tak disangka anak itu mempermalukannya!

Sepertinya kalau bukan anak kandung ya akan seperti ini.

Atau mungkin dari awal sampai sekarang, Arthur Sheng tak pernah mementingkan dirinya.

Ketika wajah nyonya Sheng memburuk sampai tak bisa dideskripsikan, Arthur Sheng langsung mengusirnya.

"Jika ibu ke sini untuk memastikan aku baik-baik saja, kalau begitu sekarang ibu bisa pergi!"

Melihat Arthur Sheng bicara tanpa segan, nyonya Sheng langsung dibuat marah sekali, akhirnya nyonya Sheng berteriak marah, "Kamu selalu melindungi istrimu!"

Setelah itu nyonya Sheng langsung pergi.

Regina Mo langsung buru-buru memapah Arthur Sheng.

"Cepat ke atas istirahat ya." Regina Mo menatap Arthur Sheng dengan gugup, "Kaa.. kamu kenapa ke bawah? Bukankah dokter bilang kamu harus sedikit bergerak? Ini tidak bagus untuk penyembuhanmu, bukankah kamu tak tahu..."

Arthur Sheng tak menjawab ucapan Regina Mo, sorot matanya yang agak gelap menatap lurus ke bekas jejak tamparan, hatinya terasa sakit sekali.

"Sakit tidak?" Tanpa sadar, telapak tangan Regina Mo yang besar mengarah ke pipi Regina Mo.

Demi tak membuat Arthur Sheng khawatir, Regina Mo langsung menghindar, sambil memaksakan senyum berkata, "Tidak sakit, tidak."

……

Setelah nyonya Sheng pergi, dengan wajah sangat kesal wanita paruh baya itu menuju ke mobil hitam.

Baru saja duduk, saat itu juga di bagian belakang mobil terdengar sebuah suara.

"Bagaimana keadaannya?"

Orang yang bicara kebetulan adalah orang muda berumur dua puluhan. Pria itu duduk menyilangkan kakinya, wajahnya tampak malas.

Nyonya Sheng menggeleng, dengan sangat kecewa menjawab, "Aku pikir Arthur akan mati, jadi aku kemari. Sekarang sepertinya masih jauh dari itu."

Setelah itu nyonya Sheng mendengus dingin.

"Sial! Aku baru sadar hidup anak ini sangat tidak biasa."

Di saat bersamaan, nyonya Sheng teringat sikap Arthur Shemg padanya lalu marah sekali.

Anak muda tak sama sepertinya yang banyak berpikir. Nyonya Sheng menarik ujung bibirnya, lalu bicara dengan masuk akal, "Bagus dia tak apa-apa. Setelah ini aku akan kembali ke keluarga Sheng, jika tiba-tiba terjadi sesuatu pada dia, orang lain pasti akan mencurigaiku. Sampai saat itu tiba, jangankan meneruskan properti keluarga, mungkin aku tak bisa masuk lagi ke dalam keluarga Sheng."

Nyonya Sheng berpikir seperti itu juga, baru perlahan-lahan raut wajahnya membaik.

Setelah kondisinya agak tenang, tak lupa nyonya Sheng menghibur orang muda tersebut, "Dison, kita tunggu sebentar lagi ya. Kamu tak perlu terlalu buru-buru untuk mencapai kesuksesan, pasti akan ada kesempatan."

Orang yang bernama Dison memainkan gelas berkaki yang ada di tangannya dengan asal, "Tentu saja harus menunggu. Bagaimanapun juga aku sudah menunggu selama 20 tahun lebih. Ya, kan?"

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu