Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 218 Anak Kandung (2)

Aku bangun berkeringat, jam baru menunjukkan pukul tiga.

Hatiku terasa dingin dan gelisah dan tidak ngantuk, aku menghidupkan ponsel, melihat Lan Ke mengirimkan pesan teks wechat: “Pembawa sial, apakah sudah pulang kerja, maukah makan bersama?”

Pesan teks dikirim waktu pulang kerja, tetapi saat itu aku konsen pada Ai Lisi, sana sekali tidak membuka wechat.

Aku tidak melayani Lan Ke, meletakkan ponsel, dan diam-diam menatap fokus pada langit-langit, dan sama sekali tidak terasa ngantuk.

Pada sore hari berikutnya, ketika aku pergi melihat Ai Lisi, kebetulan terlihat dia terburu-buru didorong keluar dari dalam kamar, Tuan Wu menggenggam erat tangannya, tak berhenti menghibur dirinya yang agak kurang sadar, “Ai Lisi, itu semua hanyalah mimpi, tidak ada kecelakaan, kamu juga tidak pernah melahirkan, itu semua hanyalah mimpi.....”

Suara Tuan Wu yang cemas dan panik mengikuti langkah staf medis yang cepat, Ai Lisi dengan cepat didorong masuk ke dalam ruang operasi.

Aku dengan gelisah berdiri di sana, hingga pintu ruang operasi tertutup rapat, Tuan Wu berwajah kesal, mengangkat tangan mengelus rambutnya berantakan.

Terdengar suara tangisan Aisha, aku barulah memberanikan diri pergi bertanya: “Ada apa dengan Ai Lisi? Bukankah semalam dia masih baik-baik?”

Tuan Wu mengangkat matanya yang keberatan, “Tadi tiba-tiba menjadi parah.”

Aku bagai terpukul tongkat, tiba-tiba tubuhku terhuyung-huyung, orang yang baik-baik saja, mengapa mendadak menjadi parah?

Aku selalu tertegun berdiri di luar ruang darurat, sampai Ai Lisi didorong keluar, dia sudah kehilangan kesadaran, sama sekali jatuh dalam kondisi koma.

Aku tertegun melihatnya didorong masuk ke dalam unit perawatan intensif, pada saat itu hatiku bingung dan kosong. Aisha tidak berhenti menangis, Tuan Wu juga tiba-tiba terlihat lebih tua sepuluh tahun, terlihat sangat buruk, namun tetap mempertahankan kesadarannya, dan bertanya pada dokter, kapan Ai Lisi akan bangun.

Dokter berkata hampir tidak memiliki harapan.

Menyuruhnya untuk tetap tabah dan mempersiapkan diri.

Aku melihat Tuan Wu bagai diputuskan semua urat tulang, terhuyung-huyung menggoyang, dan lumayan lama kemudian kedua tangannya menutup wajahnya.

Dan aku, juga tak berdaya jatuh bersandar di dinding lorong.

Pada saat ini, terdengar suara pria yang dingin, “Dia sudah begini, kamu masih berusaha menyembunyikan padanya, tentang dirinya adalah Yang Zilan dan dia pernah melahirkan seorang putri, apakah kamu tidak merasa bersalah?”

Aku tiba-tiba mengangkat kepala, menatap pada Lan Ke yang berjalan datang, dia berwajah dingin menatap pada Tuan Wu, namun ekspresinya sangat serius yang jarang terlihat.

Tuan Wu kaget dan mengangkat kepala, pandangannya yang mendalam menyembunyikan kebencian, “Apa gunanya memberitahunya, membuat dirinya sengsara lagi?”

Lan Ke: “Paling tidak dia berhak mengetahui bahwa putri yang selalu dia rindukan masih hidup.”

Lan Ke mengangkat selembar kertas di tangannya, beberapa kata tertulis jelas di atas itu “Hasil Identifikasi DNA”.

Tuan Wu tertegun melihat laporan itu: “Apakah kamu mengetahui semuanya?”

Lan Ke: “Kebetulan pada hari itu Tuan Wu pergi ke pusat pemeriksaan DNA, ketika menyuruh mereka membuat laporan palsu untuk Lin Xiao, aku juga berada di sana, jadi dengan tidak sengaja, mengetahui rahasia Tuan Wu.”

Wajah paruh baya Tuan Wu yang lembut, menjadi ganas dan kejam, “Apa yang ingin kamu lakukan?”

Lan Ke, “Tidak ingin melakukan apapun, hanya ingin memberitahukan kebenaran kepada yang bersangkutan, tidak ingin mereka terpisah begitu saja.”

Lan Ke menyerahkan lembaran laporan itu padaku, aku menerimanya dengan gelisah, pandanganku hanya menyapu pada tulisan-tulisan itu, langsung kaget dan tidak dapat berdiri.

“Lin Xiao dan Ai Lisi, hubungan orang tua-anak dengan akurasi 99.99%, dipastikan merupakan anak kandung.”

Sebaris kalimat ini membuatku bagai tersambar petir.

“Kamu adalah putri Ai Lisi, dan dia adalah Ibumu, lembaran laporan ini adalah yang sebenarnya, lembaran yang di tanganmu itu adalah laporan palsu yang dibuat staf pemeriksaan yang dibayar oleh Tuan Wu.”

Lan Ke berkata dengan sangat serius.

Dan wajahku dipenuhi air mata, aku menggenggam erat lembaran kertas itu, berjalan terhuyung-huyung ke depan Tuan Wu, dan mempertanyakan dengan marah, “Mengapa! Mengapa kamu melakukan ini!”

Aku tidak dapat mengendalikan kemarahanku, kedua tangan menarik kerah baju Tuan Wu, aku menariknya, mataku memancarkan api kemarahan yang dapat membunuhnya.

Tuan Wu malah melepaskan tanganku, dia merapikan kerah bajunya,dan tersenyum dingin, “Apa gunanya kamu adalah putrinya? Keberadaanmu hanya akan memperingatkan kemaluan yang dia dapatkan, mengapa dia bisa tergila-gila, itu semuanya karena ayah kandungmu, mengapa, aku tidak ingin dia mengingat kembali masalah-masalah itu? Aku hanya ingin melindunginya!”

Ayah kandung?

Aku tertegun dan mundur beberapa langkah, apakah ayah kandungku telah memberi ingatan yang menyedihkan pada Ai Lisi?

Jadi, siapakah dia?

“Lan Ke, beranikah kamu memberitahunya, siapa ayah kandungnya?”

Tuan Wu tersenyum dingin, matanya yang memerah menunjukkan pandangan menertawakan yang sangat jelas.

Aku mendadak mengangkat kepala, mengarah ke Lan Ke, apakah dia mengetahui siapa ayah kandungku?

Aku berjalan terhuyung-huyung ke depan Lan Ke, “Siapa ayah kandungku?”

Mata Lan Ke bersinar sejenak, pada saat itu aku melihat kesuraman yang jelas di dalam matanya. “Kalau apa yang kudengar tidak salah, maka kamu adalah putri dari ayahku.”

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu