You Are My Soft Spot - Bab 96 Tiffany Song, Ini Mama (2)

Hati Tiffany Song langsung berbunga-bunga. Sambil tersipu, ia bertanya: “Masa aku sungguh selihai itu?”

“Iya lah. CEO Shen sebenarnya ingin menjemputmu, tapi hari ini hari peringatan kematian mamanya dan ia harus pulang ke rumah kediaman keluarga Shen, makanya ia menyuruh aku yang jemput.”

“Hari ini hari peringatan kematian mamanya?” tanya Tiffany Song bingung. Ia tidak begitu dekat dengan keluarga Shen, jadi ia tidak terlalu paham dengan urusan-urusan mereka. Yang ia tahu, mama Taylor Shen sepertinya meninggal karena kebakaran. Ia tidak menyangka hari ini hari peringatan kematiannya.

“Iya. Sejak pulang dari luar negeri, ia selalu pulang ke rumah kediaman keluarga Shen setiap hari kematian mamanya. Ia sangat merindukannya,” ujar Christian menjelaskan. Tiba-tiba teringat sesuatu, pria itu berkata lagi: “Aku sangat kasihan dengan CEO Shen. Ia sudah dikirim ke luar negeri sejak usia lima belas tahun. Setiap hari peringatan kematian ibunya tiba, emosinya selalu tidak stabil dan mudah kehilangan kendali.”

Tanpa terasa mereka sudah tiba di mobil. Christian membukakan pintu penumpang belakang untuk Tiffany Song.

Christian melajukan mobil dengan penuh konsentrasi, sementara Tiffany Song masih teringat kata-kata pria itu barusan. Ia pun memutuskan bertanya: “Kamu tahu mengapa Taylor Shen waktu itu dikirim ke luar negeri?”

“Aku kurang tahu. Urusan pribadi CEO Shen aku tidak berani menguping, tapi pernah sekali aku tidak sengaja menguping pertengkaran CEO Shen dan Kakek Shen. Dari yang aku simpulkan, sepertinya CEO Shen dulu punya satu adik perempuan. Waktu kecil, ia pernah mengajak adiknya itu pergi main dan adiknya hilang. Nenek Shen kemudian jadi sakit karena terus memikirkann adik CEO Shen, dan setelah itu terjadi pula kebakaran hebat di kediaman mereka. Setelah Nenek Shen wafat, Kakek Shen menumpahkan segala kekesalan dan kemarahannya ke CEO Shen. Beliau kemudian memutuskan mengirim CEO Shen ke luar negeri.”

“Aku sangat kasihan pada Taylor Shen, ia pasti merasa hancur.” Tiffany Song tiba-tiba merasa sangat iba pada Taylor Shen. Adik hilang, ibu sakit lalu wafat dilahap api…… Ia saat itu pasti sangat menderita.

“Iya. Dengar-dengar adik perempuannya itu sudah hilang sejak usia tiga tahun. Tahun ini usianya dua puluh lima tahun, kurang lebih sama dengan Nona Song.” Christian melanjutkan uraiannya: “CEO Shen tidak mau menyerah mencari adiknya, namun sampai saat ini tidak juga ada kabar baik.”

Tiffany Song membuang nafas panjang, lalu berkata: “Ia pasti akan bisa menemukan adik perempuannya. Oh ya, adik perempuannya hilang di mana waktu itu?”

“Di sekolah. Waktu itu CEO Shen bermain bola dengan teman-temannya, adiknya menunggunya di pinggir lapangan. Setelah pulang ke rumah, ia baru sadar adik perempuannya sudah tidak ada. Kalau itu Kakek Shen menyuruh banyak sekali orang untuk mencarinya, namun orang-orang di sekitar tempat kejadian berkata tidak pernah melihat anak itu,” jawab Christian.

“Anak tiga tahun pasti belum ingat apa-apa. Sekarang ia sudah besar pun pasti juga tidak ingat kejadian-kejadian yang ia alami sampai ia hilang. Huh, nyaris tidak mungkin untuk menemukannya di lautan manusia.”

“Betul. Setelah dikirim ke luar negeri oleh Kakek Shen, CEO Shen kuliah sambil kerja di Amerika. Ia saat itu juga mengumpulkan uang untuk mencari adiknya. Setelah tabungannya cukup, ia langsung membayar orang untuk membantunya mencari. Pencarian sudah berlalu lima belas tahun lalu, namun tidak ada hasilnya sama sekali. Aku khawatir CEO Shen akan kehilangan kendali lagi di hari peringatan kematian Nenek Shen ini. Nona Song, kalau CEO Shen malam ini mendatangimu, mohon jangan buat ia marah, hatinya sudah terlalu lelah.” Christian menengok kaca belakang sekilas. Ia bisa menebak Tiffany Song dan Taylor Shen sedang bertengkar.

‘Aku paham, Sekretaris Christian, terima kasih telah berbagi semua ini denganku,” jawab Tiffany Song.

Christian menggeleng dan berkata: “Kamu tidak perlu berterimakasih padaku. Aku ceritakan semua ini karena aku tidak ingin CEO Shen terus muram. Selama aku mendampinginya bertahun-tahun, kamu adalah orang yang bisa benar-benar masuk ke dalam hatinya, jadi aku yakin ia pasti akan mendengarkan kata-katamu.”

“Siap.” Tiffany Song menengok ke luar menatap jalanan. Apa langit memang sengaja membuat ia kembali ke Kota Tong hari ini?

……

Rumah kediaman keluarga Song.

Ketika Taylor Shen baru turun habis memarkir mobil, sebuah Lamborghini ikut masuk area parkiran. Yang duduk di kursi kemudi adalah William Tang, dan begitu melihat keberadaan Taylor Shen, kebenciannya langsung memuncak. Ia menginjak gas kencang-kencang ke arah Taylor Shen.

Taylor Shen, yang berdiri di tengah jalan, sangat kaget melihat mobil balap yang tiba-tiba melaju ke arahnya dengan kecepatan kilat. Ia menatap wajah William Tang balik sambil tetap berdiri di tempat semula.

Lamborghini terus melaju ke arahnya. Kecepatannya semakin lama semakin kencang, dan jaraknya semakin lama semakin dekat. Taylor Shen tetap menatap ke arah kemudi supir tanpa bergerark sedikit pun. Ia sedang bertaruh, William Tang tidak akan berani menabraknya.

Kebencian yang terpancarkan dari wajah William Tang semakin lama semakin kuat. Ia menatap Taylor Shen lekat-lekat. Dalam benaknya muncul satu foto demi satu foto, dan itu membuatnya semakin lama semakin benci dan semakin ingin menabrak Taylor Shen hingga mati.

Sepuluh meter, lima meter, tiga meter…… Jarak mereka semakin lama semakin dekat, Taylor Shen terlihat seperti orang yang akan segera menemui ajal. Melihat Taylor Shen masih tidak menghindar juga, keringat dingin langsung mengucur deras di punggung William Tang. Ia buru-buru menginjak pedal rem dengan sekuat tenaga.

Suara decitan rem mobil memecah kesunyian di area parkiran. Melihat Taylor Shen tetap berdiri tenang persis di depan mobilnya, William Tang menggertakan gigi. Sekujur tubuhnya gemetar saking geramnya. Ia membuka kaca jendela dan berteriak marah: “Kamu tidak punya mata ya? Tidak mengerti apa itu memberi jalan ya?”

Taylor Shen menatap William Tang dengan raut kecewa: “William Tang, kamu sungguh mengecewakanku. Kalau aku jadi kamu, aku barusan tidak mungkin akan menginjak rem.”

Taylor Shen lalu berbalik badan dan pergi.

William Tang menggertakan gigi sambil melihat bayangan tubuh Taylor Shen. Hatinya sungguh kesal, ia menyesal tidak nekat membunuh Taylor Shen sekalian saja barusan. Kalau Taylor Shen mati, semuanya akan berakhir.

Tayylor Shen melangkah memasuki rumah kediaman keluarga Shen yang megah bukan main. Ruang tamu penuh orang, dan begitu langkah kaki Taylor Shen terdengar, semuanya langsung hening. Taylor Shen menatap sekilas satu per satu orang itu, kemudian terakhir menatap Kakek Shen.

Melihat perangai Taylor Shen yang sok mengintimidasi itu, Kakek Shen jadi tidak senang. Sebaliknya, Angela He, yang duduk di sebelah Kakek Shen, buru-buru bangkit berdiri dan menyambut sopan: “Kakak Taylor Shen.”

Ketika Angela He pergi dengan jengkel waktu itu, setibanya di rumah ia langsung berbaring di kamar dan menangis sangat lama. Taylor Shen mengapa tidak suka dengannya, bahkan membawa-bawa wanita lain untuk mempermalukannya? Ia sangat suka dengan Taylor Shen.

Semakin kesal Angela He, ia malah semakin berani dan tekadnya semakin kuat. Taylor Shen adalah pria pertama yang membuatnya terenyuh, ia tidak boleh menyerah begitu saja.

Taylor Shen menatapnya sekilas dengan datar, lalu langsung naik ke lantai atas. Angela He jadi kecewa diperlakukan acuh tak acuh begitu. Kakek Shen mencoba menenangkannya: “Angela He, jangan dimasukkan ke hati. Taylor Shen kepribadiannya memang dingin. Asal kamu berinisiatif sedikit, ia pasti akan tersentuh olehmu.”

Angela He terus menatap bayangan Taylor Shen yang menjauh. Pria ini sama sekali tidak punya tempat di hatinya untukku. Ia gigit-gigit bibir dan meminta izin pada Kakek Shen: “Kakek, hari ini hari peringatan kematian mamanya, jadi Kakak Taylor Shen pasti sangat sedih. Aku ke atas untuk tenangkan dia ya.”

Kakek Shen sangat senang dengan inisiatif Angela He. Ia yakin, keramahan dan keteguhan hati Angela He cepat atau lambat akan menggetarkan hati Taylor Shen. Mereka pasti akan bisa disatukan.

“Raka, antar Angela He menemui Taylor Shen.”

Jocelyn Yan menatap Angela He yang berjalan naik ke atas dengan tidak senang. Angela He ini sungguh tidak tahu diri. Taylor Shen sedikit pun tidak punya kesan baik dengannya, tapi ia malah terus mengejar-ngejarnya setengah mati.

Ini tidak boleh dibiarkan. Ia harus mengacaukan perjodohan ini. William Tang harus dinikahkan dengan keluarga He, tepatnya Angela He, dan kalau pun tidak bisa dinikahkan jangan sampai Taylor Shen dapat keuntungan.

Begitu Angela He bergegas naik, Wayne Shen masuk ke ruang tamu sambil menggandeng Jennifer Li. Ini pertama kalinya Jennifer Li datang ke rumah kediaman keluarga Shen. Perbedaan yang paling mencolok antara rumah kediaman keluarga Shen dengan rumah kediaman keluarga Li adalah keluarga yang pertama tinggal bersama-sama di satu rumah yang besar, sementara keluarga yang kedua, setelah anak-anaknya dewasa, memperbolehkan mereka tinggal sendiri-sendiri di rumah yang berbeda.

Wayne Shen tidak begitu menghormati Kakek Shen, namun setidaknya sikapnya masih lebih baik sedikit daripada Taylor Shen. Di hadapan Kakek Shen, ia bisa memanggilnya “papa”. Wayne Shen menyapa Kakek Shen sejenak, lalu berkata pada wanita di sebelahnya: “Jennifer Li, ini papaku.”

Jennifer Li mengangkat oleh-olehnya, “Halo Om, aku Jennifer Li. Ini pertama kalinya kita berjumpa, aku tidak tahu Om suka apa, jadi aku pilihkan saja oleh-oleh sesukaku, semoga Om suka ya.”

Kakek Shen menerima dengan sumringah. Ketika ia buka, ternyata isinya adalah empat pasang alat tulis kaligrafi kuno Tiongkok. Semua barang ini sulit didapatkan. Jennifer Li pasti berasal dari keluarga yang terpandang sampai bisa memberikan hadiah ini! Kakek tersenyum ramah: “Baik, baik. Bagaimana keadaan Kakek Li? Sudah lama aku tidak ketemu dia.”

“Tubuhnya masih sangat kuat. Ia terkadang menyebut namamu dalam pembicaraan kami. Tahu aku akan datang ke rumah kediaman keluarga Shen, ia titip salam untukmu,” jawab Jennifer Li berbasa-basi.

Kakek Shen sangat senang: “Sampaikan salamku untuknya juga ya. Mari duduk, jangan berdiri terus.”

Mendengar respon familiar Kakek Shen pada Jennifer Li, Nelson Shen dan Jocelyn Yan langsung teringat keluarga Li yang berasal dari Kota Jiangning sana. Ini juga keluarga yang tidak ada saingannya. Jocelyn Yan jadi pusing sendiri, mengapa kedua kakak beradik ini dapat wanita yang kedudukannya super tinggi sementara William Tang sendirian menikahi wanita yang tidak punya apa-apa dan bahkan tahan dibebani olehnya?

Wayne Shen dan Jennifer Li pun duduk di sofa. Wayne Shen merangkulnya dengan sangat mesra seolah tidak ada orang lain di situ. Jocelyn Yan jadi makin panas. Melihat William Tang masuk, ia berseru: “William Tang, kamu mengapa baru tiba?”

Di hari peringatan kematian Jasmine Yang ini, semua orang sudah datang kecuali William Tang. Mereka memang tidak suka dengan Jasmine Yang, tetapi mereka tetap perlu mencari muka di hadapan Kakek Shen. William Tang, ternyata memilih jadi yang paling belakang. Ia memilih wanita yang tidak punya kedudukan, kemudian sekarang datang terlambat. Ini bukti bahwa William Tang secara terang-terangan ingin membuat Kakek Shen tidak senang.

“Jalanan macet. Aku ganti baju dulu di kamar.”

Jocelyn Yan berdiri dengan marah, tapi Nelson Shen langsung menahannya dan menyuruhnya duduk lagi. Nelson Shen kemudian berbisik: “Kalau mau menceramahinya, tunggu nanti saja di kamar. Jangan biarkan semua orang melihat dan menertawakannya.”

Jocelyn Yan pikir benar juga. Ia menenangkan diri, dan melihat Wayne Shen dan Jennifer Li, ia kembali teringat pasangan yang ada di lantai atas sana. Hatinaya sangat tidak senang. Ia berkata pada Nelson Shen: “Aku ke atas dulu, sebentar lagi kalau sudah mulai tolong panggil.”

Jocelyn Yan naik ke atas dan mencari William Tang. Baru selesai ganti baju, William Tang melihat Jocelyn Yan tengah duduk di sofa kamarnya. Ia mengernyitkan dahi, “Ma, mengapa kamu naik?”

“William Tang, pesanku padamu hari itu masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri ya? Aku menyuruhmu datang lebih awal, mengapa tidak kamu lakukan?” tanya Jocelyn Yan. Masih belum cukup ya dibuat menderita oleh Tiffany Song? William Tang sekarang juga belum tahu kedepannya mau bagaimana, kapan sih anak ini bisa membuatnya tidak khawatir dan cemas lagi?

“Ma, aku sudah berpikir masak-masak. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu, aku ingin mengejar Tiffany Song lagi,” jawab William Tang sungguh-sungguh. Ia tidak bisa tahan melihat Tiffany Song bersanding dengan Taylor Shen. Hanya dengan membayangkan kebersamaan mereka, perasaan cemburu langsung memenuhi dirinya.

Tiffany Song adalah wanitanya. Selain dia, tidak boleh ada pria lain yang bersanding dengannya.

Jocelyn Yan menampar William Tang keras-keras. Taylor Shen meringis kesakitan sambil memegangi pipinya. Jocelyn Yan bertanya marah: “Mengapa aku bisa melahirkan orang tidak berguna seperti kamu ini?”

Jocelyn Yan marah sampai kepalanya terasa pening. Namun, melihat bekas kelima jarinya di pipi William Tang, dalam hati ia langsung menyesal. Ini pertama kalinya ia menampar William Tang. Ia mencoba menetralkan suasana: “William Tang, ikuti kata-kata Mama. Coba bayangkan, sekali pun kamu menguasai seluruh dunia, memang kamu yakin serratus persen Tiffany Song akan kembali padamu?”

William Tang tidak menjawab apa-apa. Jocelyn Yan memutuskan tidak membujuknya lagi. Wanita itu hanya berkata: “Sudah, kamu istirahat dulu saja. Sebentar lagi aku suruh orang antarkan kantong es ke kamu, nanti kamu kompres-kompres saja sedikit wajahmu. Nanti jangan lupa turun ya.”

Jocelyn Yan keluar dari kamar sambil memijat-mijat pelipis matanya yang pening. William Tang tidak punya inisiatif, jadi mau tidak mau ia sendiri yang mengambil inisiatif. Ia turun ke lantai bawah dan masuk ke kamarnya. Dari laci lemari paling atas, ia mengambil sebuah kotak besi. Ia membuka kotak itu, dan melihat benda di dalamnya, ia langsung terpikir sebuah ide.

Jocelyn Yan mengambil sebuah botol putih dari kotak itu dan memasukkannya ke plastik. Ia kemudian berbalik badan dan keluar.

……

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu