Suami Misterius - Bab 893 Jangan Menjalaninya

nenek sangat marah, Clara memukul Astrid dan Petty di depannya, apa bedanya memukuli wajahnya. "Clara, Clara Santoso, sudah cukupkah dirimu membuat keributan!"

nenek melangkah maju, menghentikan Clara, dan meminta pembantu segera menelepon dokter.

"Masih dapat berteriak begitu keras, lukanya pasti tidak terlalu serius, nenek, jangan terlalu khawatir."

“Kamu!” nenek sangat marah dan tidak berhenti bergetar.

Clara malas mempedulikan wajah Nyonya Sunarya, dia memandangi Petty dan berkata dengan dingin, "Aku sudah memperingatkanmu, menjauhilah dariku di masa depan, kalau tidak, aku akan memukulmu setiap kali bertemu denganmu. Tanpa diduga, kamu begitu cepat melupakan kata-kataku."

“Clara, kamu benar-benar keterlaluan, aku akan bertarung denganmu!” Astrid bergegas ke arah Clara dengan marah dan membanting langsung ke perutnya.

Tapi, sebelum menyentuh sudut pakaiannya, Clara berbalik langsung menyingkirkannya. Sebaliknya, Astrid tidak sempat menghentikan langkah kakinya, dan menabrak langsung ke dinding di hadapannya, benar-benar menyakitkan.

Clara tidak menahan diri merasa kaget, dan berpikir dalam hati: Bibi ini benar-benar terlalu jujur, dia membanting dengan begitu kuat. Clara pun merasa khawatir, apakah dinding retro yang mahal akan dihancurkan olehnya.

Di ruang tamu yang luas, suara tangisan Astrid dan putrinya benar-benar menyakiti gendang telinga orang.

Clara mengorek telinganya, suara ini benar-benar terlalu keras.

Ketika melihat Astrid jatuh, wajah dan hidungnya menjadi bengkak, nenek langsung menjadi kesal. “Clara, kamu benar-benar keterlaluan.”

“Keterlaluan?” Clara tidak menahan diri tersenyum, senyumannya penuh dengan sindiran. "Mencuri barangku, aku hanya ingin memintanya kembali, malah dihina. Aku melawan malah dikatakan keterlaluan. Jadi, menurut nenek bagaimana menyelesaikannya agar tidak keterlaluan? Tidak melawan ketika dihina? Maaf, aku tidak dapat melakukannya."

" Petty memang bersalah mengambil barang-barangmu, dia sudah mengakui kesalahannya, dan aku juga telah meminta maaf padamu, masalah ini sudah berlalu. Sekeluarga selalu membolak-balik tagihan lama, bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari?"

nenek berkata dengan wajah suram.

Clara ingin menjawab: Kalau tidak bisa menjalaninya, maka jangan menjalaninya.

Tapi melihat wajah nenek memerah dan terengah-engah, Clara benar-benar khawatir dia mengalami serangan jantung. Setelah berpikir, dia menelan kembali kata-katanya.

Kemudian, suasana menjadi tegang.

Kemudian lagi, terdengar suara mesin mobil dari halaman.

Rudy duluan memasuki vila, Bahron dan Ardian ikut di belakangnya, serta seorang dokter swasta.

Rudy menatap ke sekeliling dengan tatapan mendalam kemudian langsung berjalan ke sisi Clara, lengannya yang kuat merangkul pinggangnya.

“Apakah kamu baik-baik saja?” Dia bertanya.

Clara berwajah sedih dan menggelengkan kepalanya.

Alis Rudy sedikit berkerut dan langsung memeluknya ke dalam pelukan.

Di sisi lain, nenek sedang mengarahkan dokter untuk merawat Astrid dan putrinya. Tapi pada saat ini, Rudy tiba-tiba berkata: " Dokter Sun, tolong periksakan istriku, apakah telah mempengaruhi janin di dalam perutnya."

Setelah mendengar, Dokter Sun tertegun sejenak.

nenek memintanya mengecek luka putri dan cucunya, tapi Tuan muda Sunarya hanya peduli pada istrinya, dia hanya sendirian tidak dapat melakukan hal-hal itu sekaligus. Tidak peduli sisi mana yang dia pilih, dia tetap akan menyinggung salah satunya, tiba-tiba dia sulit untuk membuat pilihan.

" Dokter Sun, apakah telingamu bermasalah? atau tidak bisa mendengar jelas kata-kataku?" Rudy berkata dengan suara yang sangat dingin.

Tuan muda Sunarya biasanya sangat tegas, dia tidak pernah ingin mengatakan hal yang sama untuk kedua kalinya.

Dokter Sun tentu tidak berani menyinggungnya, dia segera berjalan ke sisi Clara.

“Nyonya Sunarya, silakan duduk, aku akan memeriksanya untukmu.” Dokter Sun berkata sambil mengeluarkan stetoskop.

Melihat situasi ini, Astrid dan Petty berteriak semakin keras.

nenek penuh dengan ketidakberdayaan, dan berkata dengan suara rendah, "Rendi."

Pandangan Rendi akhirnya tertuju pada nenek, nadanya tidak terlalu dingin, tetapi hampir tidak beremosi. "Bibi dan sepupu hanya mengalami luka memar, tidak akan bermasalah. Kalau Clara mempengaruhi janin di dalam perut akan kehilangan nyawa. Apakah kamu merasa luka memar lebih penting daripada nyawa cicitmu?"

Rendi berkata dengan ramah, nenek tersedak tidak dapat mengatakan apapun.

Apa lagi yang bisa dia katakan, kalau dia mengatakan putri dan cucunya penting, cucunya sekeluarga akan langsung putus hubungan dengannya.

Tapi dalam situasi saat ini, putri dan cucunya mengalami luka memar dan wajah bengkak, tapi Clara terlihat semangat ketika memukul orang, bagaimana mungkin mempengaruhi janin di dalam perutnya. Melihat suaminya datang, langsung mulai berpura-pura menjadi sedih dan lemah, benar-benar layak menjadi aktris yang baik.

Selesai melakukan pemeriksaan untuk Clara, Dokter Sun menyimpulkan bahwa semuanya normal.

Rudy juga menyuruh Ardian menemani Clara naik ke atas untuk beristirahat.

“Nenek, aku dan ayah ingin mendiskusikan sesuatu, kami akan pergi ke ruang studi dulu.” Selesai berkata, dia langsung berjalan ke ruang studi di lantai dua.

Bahron melirik Astrid dan Petty dengan wajah dingin, dan langsung naik ke lantai dua tanpa mengatakan apapun.

Dokter Sun membawa kotak obat, merawat luka Astrid dan putrinya.

Dahi Astrid mengalami luka memar, dan berteriak kesakitan. Dia berteriak, sambil mengeluh: "Bu, kamu benar-benar mengenali seorang cucu dan cucu menantu yang baik. Clara berani melawan para senior secara terang-terangan. Rendi bukan hanya tidak menyalahkannya, tapi malah mendukungnya. Keluarga ini belum giliran Rendi mengambil ahli, dia sudah berani memperlakukan kita seperti ini. Begitu dia mengambil ahli, aku khawatir diriku bahkan tidak punya tempat untuk berdiri."

Astrid menggertakan gigi berkata.

"Sudahlah, kurangi kata-katamu." nenek menghela nafas: "Clara memang keterlaluan, tapi kalian belum tentu tidak bersalah."

nenek memelototi Petty dengan tatapan dingin, "Terakhir kali aku bertanya tentang kalung, kamu selalu bilang tidak tahu dan tidak melihatnya. Aku berusaha keras untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya sekejap mata, kamu malah mengenakan kalung itu dan memamerkannya di luar, lalu tertangkap basah oleh Clara, benar-benar bodoh. "

Semakin berkata, nenek semakin marah, akhirnya dia juga malas mempedulikan pasangan ibu dan anak ini, langsung naik ke atas. Hanya meninggalkan Dokter Sun merawat luka mereka.

Luka keduanya terlihat serius, tapi sebenarnya hanya luka memar, tidak terlalu parah.

Dan pada saat bersamaan, dalam ruang studi.

Bahron dan Rudy sedang duduk berhadapan di depan meja.

Rudy mengambil cerek dan menuangkan teh ke cangkir dengan santai.

“Aku dengar kamu bertemu dengan Wakil Walikota Dores pagi ini.” Rudy berkata dengan santai.

“Kapan kamu mulai mengendalikan semua daftar perjalananku.” Bahron meliriknya dan berkata.

Jari Rudy yang ramping memegang cangkir teh dengan santai dan mencicipinya, ini merupakan teh yang bagus, manis dan menyegarkan.

"Aku sudah lumayan lama kembali ke Beijing, kalau tidak dapat mengetahui hal sekecil ini, bagaimana aku bisa tetap berada di sini."

Bahron tidak merasa kesal karena Rudy mengendalikan keberadaannya. Dalam pandangan Bahron, putranya memang harus memiliki kemampuan ini.

Karena Rudy sudah tahu tentang pertemuannya bersama Wakil Walikota Dores, maka dia seharusnya juga mengetahui seluk beluk tentang masalah ini.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu