Suami Misterius - Bab 834 Kamu Adalah Nyawaku

Clara menemani Nenek Sunarya berkeliling sekilas di dalam pemeran, lalu menyaksikan drama seru antara ibu dan anak bibi sepupunya ini.

Nenek Sunarya kadang kalanya akan mengenalkan beberapa nyonya berkedudukan kepada dirinya, Clara juga menyapa dengan sopan, namun dia tidak terlalu berkesan ramah, jelasnya sudah lelah melayani.

Nenek Sunarya sedikit kecewa, dia sudah sering menasihati Clara, dalam keluarga besar seperti keluarga Sunarya, bagaimanapun tetap harus bersabar dalam sosialisasi meskipun tidak menyukainya.

Namun jelasnya Clara tidak mengikuti nasihat dirinya.

Pada kenyataannya, Nenek Sunarya sudah salam paham terhadap Clara.

Clara memang tidak suka melayani nyonya kaya yang bertopeng palsu, namun apabila demi kebaikan Rudy, dia tetap rela bersabar.

Akan tetapi, pernah sekali ketika dia kembali dari acara sosialisasi bersama Nenek Sunarya, dia langsung mengeluh kepada Rudy dengan nada kelelahan.

Rudy mendengarnya, langsung memeluknya dan tersenyum :”Kamu tidak perlu melayani mereka kalau memang tidak suka. Kata-kata nenek memang masuk akal, tetapi sudah sedikit berlebihan. Pada dunia sosial yang berkelas atas, sikap orang rata-rata berpatokan dengan kedudukan. Asalkan aku dapat menduduki jabatan ini dengan stabil dan membanggakan nama keluarga Sunarya, mereka sendiri yang akan datang menyanjung, dan juga akan menyetor diri sendiri untuk menjadi relasi kita. Seandainya aku jatuh dari posisi ini, meskipun kamu sudah sangat berusaha dalam bersosialisasi pada biasanya, mereka juga akan bertindak kejam dan tidak menghiraukan kita. Intinya, selagi ada aku, kamu tidak perlu memaksa diri sendiri.”

Clara merasa sakit hati lagi setelah berpikir demikian. Rudy terus berusaha dalam melindungi dirinya, sementara dirinya malah terus berulah dan mencari masalahnya.

Setelah berakhirnya acara pameran ini, bibi sepupu mengajak Nenek Sunarya minum teh di kedai teh terdekat. Nenek Sunarya yang lumayan bersemangat juga tidak menolaknya, sehingga Clara hanya bisa menemani di sisinya.

Di dalam kedai teh yang bergaya klasik ini, mereka duduk mengelilingi meja dan mengobrol dengan senang.

Wajah bibi sepupu terpenuhi dengan senyuman menyanjung :”Clara memang semakin cantik saja, bibi juga sangat beruntung sekali, bisa mendapatkan cucu menantu yang begitu cantik, apalagi artis yang sedang naik daun, benar-benar membuat orang merasa kagum dan iri.”

“ Riri juga sangat unggul, orangnya cantik dan pintar, ke depannya kalau menikah, keluarga suaminya pasti sangat beruntung.” Nenek Sunarya meneguk teh dan berkata dengan senang hati.

“Nenek, nenek jangan memuji aku lagi, wajahku bisa merona merah.” Reaksi wajah Shenri telah malu tersipu, dia mengangkat poci dan menuangkan teh ke dalam gelas Nenek Sunarya.

Nenek Sunarya terus menatapnya, tatapannya penuh dengan senyuman, lalu juga mengangguk dengan reaksi merasa puas.

Shenri memang sangat unggul, sifatnya ceria dan ramah, dia terlahir di dalam keluarga mulia dan juga memiliki latar pendidikan yang tinggi. Gadis seperti ini tentu saja tidak perlu merisaukan masalah pernikahan, hanya saja, orang keluarganya berharap dirinya dapat menikah ke dalam keluarga yang lebih berkedudukan lagi.

Setelah itu, Shenri dan Nenek Sunarya membahas lagi tentang teh. Jelasnya gadis ini sangat berpendidikan, dia dapat menceritakan semuanya dengan bahasa yang lancar, Nenek Sunarya juga fokus mendengarkannya, akhirnya sisa mereka berdua mengobrol dengan senang hati.

Sementara Clara malahan terabaikan di samping, akan tetapi dia juga tidak mempedulikannya, wajahnya tetap menampakkan senyuman yang datar, dia menopang dagunya dengan satu tangan, lalu melirik sembarangan pada pemandangan di luar jendela.

Setelah itu, dia mendengar suara getaran ponsel yang berada di dalam tasnya.

Clara menunduk dan mengeluarkan ponselnya, layar ponselnya tertera lima kali panggilan yang tidak terjawab, semuanya panggilan telepon yang berasal dari Rudy.

Dia langsung berdiri dan berkata, “Maaf, aku angkat telepon.” Setelah itu dia buru-buru berlari keluar.

Clara berdiri di dalam koridor kosong, punggungnya sedang menyandar pada sebuah jendela yang besar, setelah itu dia mengangkat telepon dengan buru-buru.

“Akhirnya mau mengangkat juga ya.” Dalam suara Rudy mengandung nada tidak berdaya.

“Aku temani nenek datang ke acara pameran, ponselku tidak mengaktifkan suaranya, jadi tidak dengar.” Clara buru-buru menjelaskannya.

Rudy langsung tersenyum datar setelah mendengarnya. “Oh.”

“Rudy, kamu kenapa ?” Clara tiba-tiba bertanya dengan tanpa sebab.

Di sisi lain dari telepon menjadi hening kembali. Dapat dikatakan bahwa, wanita memang sangat sensitif dan cerdik, Clara bahkan dapat merasakan kejanggalannya hanya dari suaranya yang sedikit serak.

“Tidak apa-apa, hanya sedikit lelah.” Rudy menjawabnya.

Dalam hati Clara berpikir, Rudy pasti begadang lagi untuk bekerja, apabila terus bekerja dengan tanpa istirahat, kondisi kesehatannya tidak akan sanggup bertahan.

“Rudy, kamu sudah berjanji padaku, kamu akan menjaga kesehatan sendiri.” Clara bereaksi serius dan berkata dengan nada sedikit emosi.

“Iya.” Rudy menjawabnya, suaranya membawa nada senyuman.

Rudy sudah sangat bersyukur karena Clara masih perhatian dengan dirinya. Di hadapan orang tercinta, dia selalu mudah merasa puas dan rendah diri.

Setelah itu, dua sisi telepon mengalami keheningan sejenak lagi, mereka bahkan tidak dapat menemukan topik baru lagi.

Clara terus menggenggam ponselnya, setelah keraguan sejenak, dia bertanya lagi, “Rudy, kamu, kamu kenapa tidak kasih tahu aku ?”

Clara bertanya lagi dengan pertanyaan yang tidak masuk akal, namun Rudy malah mengertinya.

“Aku mengira, kamu akan mengerti meskipun aku tidak bilang.” Rudy tersenyum datar dan menjawabnya.

Rudy melakukan semua ini dengan sukarela, dia tidak pernah mengharapkan balasan maupun rasa berterima kasih dari Clara, oleh sebab itu, tidak penting lagi apakah Clara mengetahuinya atau tidak.

Clara menggenggam ponselnya dengan erat, lalu mendengar suara seraknya Rudy yang muncul lagi dari sisi telepon, matanya menjadi pedih dan pandangannya perlahan-lahan menjadi kabur.

Clara mengisap hidungnya dan berusaha menahan tangisan sendiri, lalu menjawab dengan nada manja, “Aku bukan cacing gelang di dalam perutmu.”

“Kamu adalah nyawaku.” Nada bicara Rudy sangat datar, namun kesannya sangat serius.

Dikarenakan Clara adalah nyawanya, sehingga dia rela melakukan apapun demi dirinya dengan tanpa mengenal penyesalan.

Clara menggigit bibir sendiri dan tidak berkata apapun lagi, dia tidak sanggup berbicara apapun lagi.

Di sisi lain dari telepon, suara Rudy tetap saja sangat datar dan lembut, lalu dia bertanya lagi dengan nada tersenyum :”Ada kangen sama aku ?”

“Iya.” Clara menjawab lagi dengan suara serak.

“Aku juga kangen denganmu.” Nada bicara Rudy sangat lembut, lalu dia berkata lagi dengan nada mesra, “Kamu boleh mencium aku ?”

“Aku masih di luar.” Pipi Clara telah merona merah.

“Kalau begitu, kamu diam-diam mengecup saja.” Rudy berkata dengan nada bermain.

Clara menjadi malu tersipu karena ejekan dirinya, lalu dia berbalik badan menoleh ke arah jendela, akhirnya mengecup ringan pada layar ponselnya.

Setelah memutuskan sambungan telepon, Clara menatap ponsel dan sambil termenung, dia tiba-tiba merasa kangen sekali dengan Rudy. Dikarenakan rasa rindu seperti ini, hatinya merasa sangat sakit dan sengsara.

Clara berdiri sejenak di hadapan jendela, ketika dia menoleh dan ingin kembali ke ruangan barusan, malahan melihat Shenri yang diam-diam berdiri di belakangnya.

“Akhirnya menemukan kamu juga, nenek merasa sedikit panik karena kamu tidak berkunjung kembali, makanya menyuruh aku mencari di luar.” Shenri tersenyum dan berkata, meskipun sedang tersenyum, namun dia malah mengangkat dagunya dan memperlihatkan gaya angkuh, tatapannya juga tidak ada jejak kehangatan, Clara merasa sangat tidak nyaman dengan dirinya.

Clara mengerut bibirnya dengan erat, lalu terus menatap Shenri dengan tatapan dingin, akhirnya berkata dengan nada datar, “Sudah berapa lama kamu berdiri di sini ?”

Shenri jelasnya juga terbengong, dia tidak kepikiran bahwa Clara akan begitu terus terang. Anak gadis berkedudukan seperti mereka, jarang sekali akan bertindak terus terang dan tidak menjaga harga diri lawan pihak. Bagaimanapun bisa jadi akan bertemu lagi, sehingga tidak baik apabila terlalu berterus terang.

“Aku barusan datang, aku mengganggumu ya ?” Shenri menarik sudut bibirnya dan menampakkan reaksi merasa bersalah.

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu