Suami Misterius - Bab 740 Tamu Bertindak Sesuai Yang Diaturkan Tuan Rumah

Senyuman seperti ini, Rudy benar-benar sangat akrab, gadis kecil ini, dalam hati pasti ada ide buruk lagi.

Mata hitam Rudy sedikit tertutup, samar-samar menunjukkan sedikit senyuman di wajah.

“ Clara, baik-baik menjaga kakak.”

Dia berpesan dengan suara hangat.

“Mana berani aku merepotkan nyonya muda keluarga Sunarya.”

nenek Xie tidak menyukai Clara, langsung menolak tanpa berpikir.

Mata Su Loran berputar sejenak, sambil tersenyum mengatakan: “Jika kakak tidak merasa keberatan, biar aku menemanimu keliling di sekitar kota.”

“Tentu saja itu bagus sekali.”

nenek Xie mengangguk sambil tersenyum.

Clara melihat Su Loran dan nenek Xie saling bekerja sama, senyuman di wajah juga perlahan menghilang, alis yang cantik juga menjadi lebih dingin.

Su Loran ini, sungguh terlalu banyak ikut campur, di mana pun ada dia.

“Kak Loran, apakah hari ini kamu tidak sibuk?”

“Hari ini, aku…..” “Kamu adalah penari internasional yang terkenal, bagaimana mungkin tidak sibuk.

Kamu pergi sibuk saja, serahkan saja kakak pada aku.”

Clara berkata sambil tersenyum palsu.

“Walaupun Loran sibuk, pasti akan meluangkan waktu untuk menemaniku.”

nenek Xie berkata sambil mengangkat dagunya.

Clara tersenyum, berkata dengan nada menyindir: “ kakak, jadi orang, harus memiliki kesadaran diri.

Kak Loran sungkan padamu, kamu juga harus mengerti batasnya, jangan membuat buat orang lain repot.”

“Kamu……” Wajah nenek Xie memerah karena marah.

Su Loran menggandengan lengan nenek Xie, mengulurkan tangan mengelus punggungnya agar lebih mudah bernafas.

“ kakak adalah senior, berbakti pada senior adalah kewajiban, mana mungkin akan merepotkan.”

“Kak Loran adalah tamu, mana ada teorinya tamu yang menjamu tamu.

Sebaliknya membuat aku sebagai tuan rumah terlihat tidak mengerti aturan.”

Clara selesai bicara, matanya melihat ke arah nenek Sunarya, berbicara dengan nada manja, “Nenek, menurutmu yang aku katakan benar tidak?”

Nenek Sunarya bukanlah orang yang tidak mengerti salah dan benar, pada saat ini tentu saja tidak akan merugikan keluarga sendiri untuk membantu orang luar.

“Apa yang dikatakan Clara benar, mana ada teorinya tamu menjamu tamu.

Kamu tidak perlu khawatir, ikut Clara jalan-jalan keluar saja, gadis kecil ini sangat pintar menghibur orang.”

Nenek Sunarya berkata sambil menepuk-nepuk tangan nenek Xie.

Clara naik ke lantai atas untuk ganti pakaian, kemudian, pergi ke garasi untuk mengambil mobil.

nenek Xie keluar dari villa, langsung melihat sebuah mobil sport warna merah yang terlalu mencolok parkir di tengah halaman.

Clara mengenakan jaket berwarna putih linen, ada sebuah kaca mata hitam besar di wajahnya, kedua tangan dilipat di depan dada, punggung bersandar di pintu mobil menunggunya.

nenek Xie berjalan ke hadapan mobil, langsung mengerutkan kening, “Aku tidak terbiasa naik mobil seperti ini, apakah tidak ada mobil MPV di keluarga Sunarya?”

Clara mendengarnya, melepaskan kaca mata hitam, lalu tertawa, “nenek, apakah kamu tidak pernah mendengar kata ‘tamu bertindak sesuai yang diaturkan tuan rumah’?

Aku sungguh pertama kalinya bertemu dengan tamu yang begitu pemilih sepertimu.”

nenek Xie marah sekali, membalikkan badan ingin berjalan kembali ke dalam rumah.

Clara terlihat tenang, berkata dengan sedikit ejekan dan hinaan: “Kembali untuk mengadu dengan nenek ya?

Sudah begitu tua masih suka mengadu, apakah itu menarik?”

nenek Xie mendengarnya, menghentikan langkah kaki, melototi Clara sejenak, penuh amarah masuk ke dalam mobil.

Clara mendesis pelan, menggelengkan kepala dan tertawa lepas, kemudian, membuka pintu mobil, duduk ke dalam kursi pengemudi.

Dia menginjak pedal gas, mobil langsung melaju keluar bagaikan panah.

Untung saja nenek Xie mengenakan sabuk pengaman, jika tidak, akan aneh kalau dia tidak sampai terbang keluar.

Kecepatan mobil Clara sangat cepat, dia mengemudi dengan kecepatan penuh di jalan, terus menerus menyalip mobil lain.

nenek Xie langsung merasa pusing, bertanya dengan wajah cemberut, “Kamu berencana membawaku ke mana?”

“ kota Jing begitu besar, ada begitu banyak tempat menarik.

Aku ini orangnya, memiliki gangguan dalam memilih, jadi, mobil berhenti di mana, maka pergi keliling di mana.”

Clara menjawab secara santai.

Mobil melaju tanpa tujuan.

Ketika mobil melewati Istana Kuno, Clara asal-asalan mengatakan: “Di depan adalah Istana Kuno, Istana Kuno ……” “Aku tumbuh besar di Jing, apakah masih tidak tahu dengan Istana Kuno, kamu tidak perlu banyak bicara untuk mengenalkannya padaku.”

nenek Xie menjawab dengan sikap biasa, nada bicara penuh rasa tidak suka.

Orang yang tumbuh besar di kota Jing, tampaknya memiliki semacam rasa superioritas alami.

Clara mengangkat bahu, dua tangan memegang kemudi mobil, nada bicara tanpa rasa hormat mengatakan: “Aku tahu kamu adalah orang yang tumbuh besar di kota kekaisaran, kalau aku, datang dari tempat kecil, kalau tidak kamu ceritakan padaku, kenapa Istana Kuno dinamakan kota terlarang, dia sudah melalui berapa dinasti dan berapa generasi, ada berapa banyak kamar, ada berapa banyak bangunan?

Siapa pemiliknya dulu?

Apakah semua ini kamu mengetahuinya?”

nenek Xie : “Kamu sangat fasih mengatakannya, apakah kamu tahu?”

“Aku tidak tahu, tapi aku bisa cari di google, kamu bisa tidak?”

Clara berkata dengan benar dan percaya diri.

“.…..” Wajah nenek Xie marah hingga pucat.

Clara menggelengkan kepala, tidak bisa menahan diri membuat bunyi dengan lidah.

“Huh, tidak memiliki budaya sungguh mengerikan.”

nenek Xie : “…….” Clara memarkirkan mobil di tempat parkir di luar area yang indah, kemudian, turun dari mobil dengan santai.

nenek Xie malah tidak bergerak duduk di dalam mobil, “Aku sudah sering jalan-jalan di Istana Kuno, dengan mata tertutup juga tahu di dalam ada apa saja, apa lagi yang bisa dikunjungi.”

Clara mengulurkan tangan membuka pintu mobil, melihatnya sambil tertawa, berkata: “Kamu ditanya saja sudah tidak tahu apa-apa, masih bersikeras tidak mau masuk.

Ayo jalan, aku akan menyewa seorang pemandu wisata untukmu, suruh dia baik-baik menambah pengetahuan tentang Istana Kuno padamu.”

nenek Xie marah hingga raut wajah juga berubah, sangat lambat turun dari mobil.

Usia nenek Xie ini, berjalan keliling di Istana Kuno, kaki juga jadi kesemutan, kefasihan pemandu wisata sangat baik, terus bicara tanpa berhenti, suara berisiknya membuat nenek Xie merasa sakit kepala.

Mereka berdua keluar dari Istana Kuno, sudah jam 13.00 sore, nenek Xie sudah kelelahan dan tidak bertenaga lagi, perut juga sangat lapar sekali.

Clara memilih sebuah restoran hot pot, panci tembaga kuno hot pot mendidih dan banyak asap putih.

Clara memegang sumpit untuk mencelupkan daging, sambil mencelupkan, sambil makan, sangat sibuk dan senang sekali.

nenek Xie duduk di hadapannya, duduk tegak dan serius, marah hingga raut wajah juga berubah.

“Kamu masih tidak mau makan?

Kelihatannya tidak lapar.”

Clara makan sendiri, sama sekali tidak peduli dengan raut wajah nenek Xie.

“Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak makan hot pot yang tidak pedas.”

nenek Xie berkata dengan kesal sekali.

“Aku juga sudah mengatakan, aku adalah penyanyi, tidak boleh makan pedas.”

Clara berkata sambil menggigit sumpit.

“Apakah tidak ada panci sekat dua?

Clara, aku lihat kamu sengaja ingin bertentangan denganku!”

nenek Xie membelalakkan mata melihatnya.

Clara mengangkat bahu, “Aku tidak ingin mencium aroma hot pot pedas, jika aku tidak bisa menahan diri dan memakannya, bagaimana kalau sampai tenggorokan terluka.”

“Kamu! Kamu menjamu tamu seperti ini?”

nenek Xie marah sekali dan langsung menepuk meja.

Clara bahkan tidak mengangkat kelopak matanya, mengambil sumpit terus mengaduk di dalam panci.

“nenek, aku lihat kamu sungguh sudah tua, tadi pagi baru aku katakan, kamu begitu cepat sudah melupakannya.

Aku sudah mengatakan ‘tamu bertindak sesuai yang diaturkan tuan rumah’.”

“Clara, kamu terus memanggilku ‘nenek’, apakah masih ada rasa hormat dan sopan santun.”

“Kamu menganggapku sebagai cucu menantu, aku baru akan memanggilmu kakak.

Tapi, jelas sekali aku tidak masuk dalam pandanganmu, maka, kita juga tidak berbeda jauh dengan orang asing.

Jika bertemu di jalan, dengan usiamu ini, aku juga akan memanggilmu ‘nenek’.”

Awalnya, Clara menganggap nenek Xie sebagai senior, memang ingin menghormati dan menyanjungnya.

Tapi nenek Xie mempersulitnya dengan berbagai cara, karena dia tidak memiliki sikap sebagai seorang senior, untuk apa Clara harus menjadi seorang junior yang teliti dan baik.

Dia tidak memiliki kebiasan bersikap baik dengan orang lain tapi dibalas dengan sikap dingin.

Clara sudah kenyang makan dan minum, menyeka sudut mulut dengan tisu, mengatakan: “Aku sudah kenyang, apakah kamu masih mau makan?”

“Tidak mau makan lagi, sudah marah hingga kenyang!”

nenek Xie terburu-buru menjawabnya.

Clara mengangguk, mengulurkan tangan memanggil pelayan, “Bayar, sekalian bungkus.”

“Nyonya, total yang dihabiskan lima ratus tujuh puluh empat ribu.”

Pelayan berkata dengan dengan hormat.

Clara mengeluarkan lembaran uang warna merah dari dalam dompet dan memberikannya pada pelayan, kemudian, menunjuk ke piring roti goreng yang belum disentuh itu, berkata: “Ini tolong dibungkus, terima kasih.”

Clara satu tangan membawa kotak makanan, satu tangan lagi memegang tas, mengenakan sepatu hak tinggi, melangkah anggun keluar dari restoran.

nenek Xie penuh amarah mengikutinya dari belakang.

Sore, Clara membawa nenek Xie pergi ke Taman Temple Of Heaven.

Musim ini tidak buruk, di taman banyak pasangan kekasih yang sedang berpacaran, masih ada banyak anak kecil yang bermain layang-layang.

Suasana hati Clara sangat baik, menemani anak kecil main layang-layang bersama, berlari ke sana berlari ke sini, tertawa ceria dan lugu.

nenek Xie seorang diri duduk di kursi panjang, lapar dan marah, hampir saja membuatnya jatuh pingsan.

Clara kelelahan berlari, baru kembali dan duduk di samping nenek Xie, membuka botol air mineral, dan minum setengah botol.

“Sudah senang bermain?”

nenek Xie bertanya dengan wajah cemberut.

“Main bersama anak kecil, sungguh menyenangkan sekali.

Hanya saja agak lelah berlari.

Apakah kamu mau main bersama?”

Clara bertanya.

“Menurutmu apakah aku masih bisa berlari?”

Wajah nenek Xie juga berubah jadi hitam.

Clara mengangkat bahu, tampangnya yang tidak mengangapnya serius, mengeluarkan kotak makanan yang tadi dibawa keluar dari restoran.

“Sudah lapar bukan, makan sedikit saja, selesai makan main bersama.”

nenek Xie : “……umurku sudah lebih dari delapan puluh, anak-anak itu baru berusia berapa tahun, bahkan tidak mencapai satu angka depan umurku, apakah menurutmu aku bisa bermain dengan anak ingusan itu?”

“Kamu makan atau tidak?

Jika tidak mau makan, kita pergi memanjat Tembok Raksasa?”

nenek Xie : “…….” Dia ragu lama sekali, tapi tetap mengulurkan tangan mengambil kotak makanan, mengambil sebuah roti goreng berwarna keemasan dari dalam, mulai makan dengan gigitan kecil.

Sebenarnya dia tidak ingin makan, tapi perut benar-benar sudah tidak tahan lagi.

nenek Xie merasa, Clara ini ingin membuatnya mati kelaparan.

nenek Xie tidak akan membiarkan semua ini terjadi sesuai keinginannya.

nenek Xie hanya makan roti saja, lalu tersedak agak parah.

Sedang sekuat tenaga menepuk dada.

Clara tepat waktu menyodorkan sebotol air minum padanya.

“Untung kamu masih bisa melihat situasi dan bertindak tepat waktu.”

nenek Xie meliriknya sejenak, sambil berkata.

nenek Xie sudah tua, tapi selera makan masih bagus.

Makan lima buah roti goreng, masih minum setengah botol air.

“Sudah kenyang makan dan minum, kita pergi keliling di tempat lain saja.”

Clara berdiri dari kursi panjang.

“Aku tidak kuat jalan lagi, pulang saja.”

nenek Xie berkata sambil menghela nafas.

“Baiklah.”

Clara mengangguk.

Hari ini juga sudah cukup lelah dan menderita, bagaimanapun nenek tua yang sudah berusia lebih dari 80 tahun, seandainya tersiksa hingga mati, dialah yang paling bersalah nantinya.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu