Suami Misterius - Bab 544 Semua Orang Akan Menjadi Bodoh Karena Cinta

Setelah Saras ketiduran, Hyesang meninggalkan kamar pasien.

Dia menutup kamarnya dengan ringan, sekali berbalik badan, langsung melihat Ahyon berdiri di ujung koridor.

Dia setengah bersandar di pagar depan jendela, rambut hitam yang panjang terurai indah, dan menatap pemandangan luar jendela dengan tatapan kosong.

Dia berdiri diam di sana, tidak bergerak dan berbicara, bagaikan sebuah patung pahat yang indah.

Hyesang menghampiri.

Ahyon mendengar suara langkah kaki, perlahan-lahan melihat ke arah suara tersebut. Ekspresi wajahnya tetap saja datar, hanya tatapan yang tetuju pada tubuh Hyesang, berawal dari samar menjadi fokus.

“Sudah selesai mendengarkan cerita ?”

Ahyon membuka mulut dengan suara datar.

Hyesang menghentikan langkah di sampingnya, lalu mengangguk kepalanya.

“Kapan datangnya ?”

“Tidak lama juga.”

Ahyon menjawabnya, lalu mengulurkan jari tangan, sambil merapikan rambut kecil yang terurai, “Melihat kamu sedang mendengar cerita, makanya tidak masuk mengganggu.

Cerita ibuku sangat membosankan kan.”

Hyesang sedikit mengerut bibir, lalu diam-diam menatapnya, tidak berbicara.

Ahyon menarik sudut bibirnya, senyumannya mengandung kesan sindir, “Memang lumayan bosan ! Hanya cerita seorang wanita bodoh dan seorang lelaki yang tidak menepati janji.

Ibuku demi membuat kamu menikah denganku, memang berupaya sekali.”

Seandainya tidak ada Rendi, saat ini Saras sudah menjadi desainer yang terkenal secara internasional, betapa santai dan bersenang ria.

Dia mengorbankan begitu banyak, bahkan mengubah prinsip sendiri, melahirkan dua orang anak untuknya, bahkan sampai mengorbankan kesehatan tubuhnya, saat ini waktunya tidak lama tersisa lagi.

Namun Rendi tetap saja mengkhianati dirinya dengan kejam.

Kejadian masa lalu itu, menjadi bekas luka di dalam hati Saras yang tidak bisa terhapus.

Namun saat ini, Saras malah menahan rasa sakit dan memperlihatkan bekas lukanya, hanya demi membantu Ahyon mendapatkan kebahagiaan yang samar ini.

Sebagai anaknya, tiba-tiba Ahyon merasa sangat sakit hati, sakit sekali.

Ahyon sedikit memejamkan matanya, lalu menatap ke luar jendela lagi, air mata telah bergenang di dalam matanya, namun dia tetap saja tidak membiarkan dirinya menangis.

“Ketinggian tempat ini, seharusnya lebih kurang setara seperti ketinggian apartemen kamu.”

Hyesang mendengar demikian, memiringkan kepala dan melirik sekilas, tingkatan lantai yang sama, seharusnya ketinggiannya juga tidak akan jauh berbeda.

“Iya.”

Dia menjawabnya.

Mereka bertatapan sejenak, seluruh udara seolah-olah telah terpenuhi oleh percikan api yang indah.

Ingatan mereka langsung ditarik ke masa lalu.

Dalam ingatannya, kembali ke saat terjadinya pertengkaran mereka yang paling parah.

Sedangkan alasannya mengenai apa, Hyesang hampir tidak bisa ingat dengan jelas lagi.

Pada saat itu, Risma tidak terima putus dengan dirinya, sehingga banyak berulah, membuat mereka kehilangan ketenangan.

Sementara dengan kelahiran dan pertumbuhan Ahyon, membuat dirinya sangat lemah dan sensitif di segi hubungan perasaan, setiap kalinya gagal komunikasi, dia akan berubah bagaikan siput, bersembunyi ke dalam cangkang sendiri.

Hyesang dibesarkan dengan penuh kasih sayang, emosionalnya sangat tidak baik dan hanya bisa terkendali apabila bersama Ahyon.

Pada hari itu, dia mencampakkan berbagai barang, rumahnya penuh dengan kekacauan.

Ahyon berdiri di antara kekacauan ini, matanya bengkak karena tangisan.

Setelah itu, dia berkata, “Hyesang, kita putus saja.”

Dalam pemahaman Ahyon, apabila tidak bisa saling mencintai, tidak harus terus bersama untuk saling melukai lagi.

Akan tetapi Hyesang jelasnya tidak berpikir demikian, apabila dia mencintai seseorang, dia ingin bersamanya untuk selamanya.

Dua orang yang bersama tentu saja tidak mungkin tanpa terjadi perselisihan, dia seorang pria, dapat memanjakan dirinya dengan tanpa syarat, dan juga menerima dia apa adanya.

Dia begitu mencintai Ahyon, kenapa Ahyon malah bisa menyerah dengan mudah.

“Putus ?

Kamu jangan berharap lagi, kecuali aku mati.”

Saat itu Ahyon juga hilang kendali dan mulai membentak, “Kalau begitu kamu mati saja.”

Mata Hyesang telah kemerahan, dia menatap Ahyon dengan tatapan dalam, lalu berbalik badan dan ingin melompat keluar jendela.

Pada saat itu Ahyon sangat kaget, dia beranjak menghampiri sambil menjerit kaget dan memeluk Hyesang dari belakang.

Dia mengetahuinya, Hyesang pastinya bukan hanya sekedar menakuti dirinya, dia serius akan melompat dari gedung belasan tingkat ini.

“Hyesang, kamu gila ya !”

Ahyon menangis menjerit.

“Kalau gila juga karena kamu.”

Hyesang berdiri di samping jendela, lalu bertanya padanya dengan tatapan dalam, “Masih mau putus ?”

Ahyon menangis sambil menggeleng kepalanya, lalu menutup jendela dengan panik.

Hyesang mengulurkan tangan dan memeluknya, memeluk dengan erat.

“Ahyon, kita jangan bertengkar lagi, kita baik-baik bersamanya, boleh ?”

“Iya.”

Ahyon menggeleng kepala, lalu berkata dengan suara serak :”Hyesang, kamu bodoh ya !”

Seandainya, barusan dia telat memeluknya, Hyesang sudah melompat dari jendela ini.

Nyawa hanya ada satu, dia tidak mungkin mengira tubuh dirinya kekal abadi, tidak akan mati terjatuh kan.

Tangan Hyesang menopang wajahnya yang penuh dengan air mata, mengelus bekas air mata di wajahnya dengan lembut, lalu tersenyum dan berkata :”Aku juga hanya bodoh demi dirimu.”

Sebenarnya, dalam hubungan cinta, semua orang juga bodoh.

Ahyon yang hilang kendali terus memeluknya dan menangis, Hyesang tidak berhasil membujuk dan menghiburnya, akhirnya langsung saja mencium dirinya.

Mereka berdua berpelukan dan berciuman, pada saat berciuman, mereka sudah jatuh ke dalam kasur yang lembut.

Hyesang menekan tubuhnya dan terus berciuman, ciuman yang sangat lembut dan lama.

Ahyon tetap saja dalam kondisi melamun, otaknya sedikit pusing, sama sekali tidak banyak berpikir.

Mereka telah pacaran satu tahun lebih, kadang kalanya juga berciuman dan berpelukan, semua ini seolah-olah sangat biasa.

Hyesang sama sekali tidak pernah memaksanya.

Bagaimanapun pengalaman Ahyon masih terlalu polos, bagaikan selembar kertas putih, oleh sebab itu, dia sama sekali tidak bisa membedakan perbedaan ciuman kali ini dengan biasanya, hanya merasa lebih bersemangat saja.

Sampai ketika baju di tubuh mereka terlepas, Ahyon baru menemukan kembali logika yang tersisa, namun ketika ingin menghentikannya di saat ini, sepertinya sudah terlambat juga.

Pertama kali di antara mereka, Ahyon gemetar kesakitan, air matanya terus mengalir keluar.

Hyesang mendapatkannya dengan hilang kendali dan penuh kasih sayang, sambil mencium air mata di wajahnya dengan lembut, lalu mendekati telinganya dan terus berbisik :”Ahyon, aku mencintaimu…” Setelah bermesraan yang hilang kendali ini, mereka berdua tertutup oleh selimut, berpelukan dengan tubuh telanjang.

Ahyon dikarenakan terlalu sakit, sehingga matanya menjadi kemerahan karena terus menangis, bagaikan seekor kelinci yang kecil, merajuk dan tidak ingin melayaninya.

Hyesang terus mencium dan memeluknya, membujuknya dalam waktu yang lama.

Namun di antara lelaki dan wanita, apabila menerobos batasan terakhir itu, segala sesuatu akan menjadi berbeda.

Hyesang menampakkan segala strateginya, menyuruh Ahyon pindah ke apartemennya.

Setelah itu mereka bagaikan pasangan suami istri yang baru menikah, memang melewati hidup yang sangat mesra dan bahagia.

Bagi Hyesang, baik menghadapi orang seperti Ahyon atau menghadapi tubuhnya, semua ini membuat dia terus mendambakannya, asalkan hari mulai gelap, dia akan menjadi dekat dengan Ahyon.

Pada awalnya, Ahyon pernah meminum obat kontrasepsi hamil untuk sementara waktu, namun karena kondisi tubuhnya yang alergi, akhirnya tidak berani minum lagi.

Dia memaksa Hyesang melakukan kontrasepsi hamil, namun jelasnya tuan Sutedja ini sama sekali tidak suka barang sejenis kondom, kadang kalanya sering tidak peduli apabila mulai bersemangat.

Dia juga pernah emosi karena hal ini, namun Hyesang akan tertawa polos dan memeluknya, lalu berkata “Kita berdua juga sudah dewasa, umur kita juga sudah diperbolehkan untuk menikah, bagus juga kalau mempunyai anak, membawa anak untuk menikah, berkatnya dua kali lipat.”

“Siapa juga yang mau menikah denganmu.”

Ahyon berkata dengan wajah merah merona.

“Kamu tidak menikah denganku, mau menikah dengan siapa lagi ! Lagi pula, siapa yang begitu berani, beraninya menikah dengan wanita milikku, tidak takut dibunuh aku ya.”

Hyesang berkata dengan gaya sombong.

“Sombong sekali.”

Ahyon berkata dengan tidak terima.

Namun Hyesang malah memeluknya, lalu berkata padanya dengan manja, “Ahyon, anak kita ke depannya pasti sangat cantik.”

“Sombong sekali, siapa yang mau melahirkan anakmu.”

Wajah Ahyon sangat merah, lalu mengulurkan tangan untuk memukul dadanya.

“Mana boleh tidak mau lahir, aku mau, sekarang kita akan membuatnya…” Hyesang selesai berkata, langsung memeluknya dan melempar dirinya ke atas kasur di kamarnya.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu