Suami Misterius - Bab 513 Setiap Hari Menyerahkan Diri

“Permintaannya tidaklah tinggi. Pasangan suami istri itu adalah pekerja upah rendah. Suaminya seorang buruh angkut batu bata di lokasi konstruksi, dan istrinya adalah seorang pengasuh. Kemungkinan mereka belum pernah melihat uang dalam angka yang besar. Melihat dua miliar sebagai dana kompensasi, mungkin akan membuat mata mereka terbelalak.”

“Apa kamu sudah menyetujuinya?” Tanya Rudy.

“Belum, aku belum menyuruh orang untuk pergi membicarakan hal ini dengan mereka.” Jawab Raymond.

Rudy mengangguk dan mendesak, “Minta divisi humas yang berbicara dan memotong kompensasi menjadi 1 miliar.”

“Apa maksudmu? Apakah kamu butuh uang sekecil ini?” kata Raymond bingung.

Rudy menjentikkan rokok di ujung jarinya, dan berkata dengan ekspresinya datar, “Terlalu mudah untuk mendapatkan uang, itu hanya akan membuat orang khilaf, dan mereka hanya akan merasa bahwa itu masih kurang. Ketika mereka melihat pesona uang, dan menjadi begitu tamak, itu bukanlah uang yang kecil lagi. “

Raymond tiba-tiba menyadarinya, “Aku mengerti, biarkan Pak Xu dari divisi humas yang berbicara, dia yang paling bisa mengendalikannya, dan memastikan bahwa pembicaraan tersebut dilakukan dengan benar.”

Rudy menganggukkan kepala, lalu berkata lagi, “Bukankah di Daerah Sinar Terang masih ada beberapa apartemen, pilihlah dua unit untuk mereka, dan hitung di dalam kompensasi, lakukan dengan sikap yang rendah hati. Bagaimanapun, ini adalah masalah nyawa seseorang. Meskipun itu bukan kesalahan kita, yang harus diberikan kita harus tetap memberikannya, jangan sampai membuat hati nurani tidak tenang.”

Raymond mengangguk setuju, tetapi masih ada beberapa kekesalan yang mengganjal di hatinya. Revaldo yang membuat masalah, atas dasar apa mereka yang harus membereskan kekacauan ini.

Raymond mengambil dokumen di atas meja dan hendak pergi, ponsel dalam kantungnya tiba-tiba berdering, Setelah menjawab telepon, ia berkata kepada Rudy sambil tersenyum: “Pengecut tahu bahwa dia telah menghilangkan nyawa seseorang, dan sekarang ia sedang ketakutan setengah mati. Baru saja melemparkannya ke dalam penjara, tanpa menunggu untuk di tanya, ia sudah menkhianati Revaldo dan mengakui keterlibatannya.”

Ternyata kepala tim pembongkaran telah mendapatkan bayaran dari Revaldo dan ingin membuat sedikit kehebohan. Ia menyetir mesin eskafator itu dan membongkar rumah penduduk.

Dia tidak menyangka bahwa di dalam rumah itu masih ada orang yang belum sempat melarikan diri, ketika kepala tim pembongkaran dibawa oleh polisi, ia baru tahu bahwa ia telah mengilangkan nyawa orang, ia langsung tercengang dan terduduk di tanah, ia lalu di seret oleh dua orang polisi ke dalam mobil.

Rudy hanya menjentikkan abu rokok di ujung jarinya ke asbak kristal, tertawa tanpa berkata-kata.

Raymond malah terlihat begitu senang, “Masalah ini semakin lama semakin menarik. nenek di rumahmu dan pak tua itu akan mulai sakit kepala lagi. Terakhir kali ia menggunakan rumah Sutedja Group untuk melindungi Revaldo, kali ini apa lagi yang akan ia gunakan?”

“Tidak perlu menggunakan apapun, Revaldo sudah tidak bisa dibiarkan lagi.” Rudy membuang senyum terakhirnya, tatapannya berubah begitu dingin dan tajam.

Revaldo begitu pandai memanfaatkan setiap peluang, setiap saat selalu menghalangi jalannya.

Kali ini jika bukan karena tidak sengaja menghilangkan nyawa seseorang, begitu masalah ini menjadi besar, lalu di dramatisasi, masalah ini akan menjadi masalah yang tidak akan bisa dibereskan, bukan hanya melibatkan Rudy sebagai penerus perusahaan, bahkan Hyesang juga akan ikut terseret.

“Sepertinya belakangan ini kehidupan ibu dan anak Wanda Moran mengalami kesulitan? Sekarang giliran mereka untuk bermain.” Nada suara dingin Rudy seolah sedang membicarakan sebuah pertunjukkan biasa.

Raymond mengerti dan mengangguk lalu berkata, “Aku akan mengaturnya.”

Rudy berdiri dan mengambil jas disampingnya, “Sudah larut malam, ayo pulang.”

“Pulang terburu-buru seperti itu? Jangan bilang kamu khawatir istrimu akan diganggu oleh orang di keluarga Sutedja, menurutku, kakak ipar tidak mengganggu orang lain saja sudah bagus.” kata Raymond sambil tersenyum.

Rudy tidak bicara, dan langsung keluar dari kantor.

Dia tahu sifat Clara yang tidak bisa meredam amarahnya, tetapi orang-orang dari keluarga Sutedja sangat kejam. Waktu itu Rahma saja tidak kuat menahannya sendirian. Clara lebih muda, dan dia sedikit banyak bisa diperlakukan semena-mena.

Rudy bergegas kembali ke rumah keluarga Sutedja, waktu sudah mendekati jam dua belas malam.

Anehnya, lampu di ruang tengah lantai satu masih menyala.

Begitu ia memasuki pintu, Clara langsung memeluknya dan memeluk pinggangnya sambil tersenyum. “Suamiku, kamu sudah pulang.”

“Hmm.” Jawab Rudy singkat, “Mengapa belum tidur?”

“Menunggu kamu, kamu belum pulang. Aku tidak bisa tidur.” Clara mengangkat wajahnya dan berkata sambil bersandar padanya, “Kakak ipar juga belum tidur. Ia menemaniku mengobrol, Kami mengobrol dengan asik.”

Mendengar itu, Rudy mengangkat wajahnya, dan ia benar-benar melihat Nalan Vi duduk di sofa ruang tamu. Hanya saja wajahnya terlihat pucat, dan matanya seperti menyemburkan api, ia tampak seperti ingin mencabik-cabik Clara.

Seperti ini masih disebut senang?

Clara membungkuk dan menyerahkan sandal kepada Rudy, terlihat seperti istri yang baik.

Rudy mengganti sepatunya, sambil merangkul pinggang Clara lalu berjalan ke ruang tengah.

Nalan Vi bangkit dari sofa dan melihat Rudy. ia tersenyum palsu lalu berkata, “Karena Rudy sudah pulang, kalian kembalilah ke kamar dan beristirahat. Aku juga harus tidur.”

Setelah ia selesai bicara, ia langsung berbalik dan pergi.

Setelah Nalan Vi pergi, Rudy bertanya sambil tersenyum, “Apakah kamu berdebat dengan kakak ipar ?”

Clara dengan kesal memberi tahu Rudy apa yang baru saja dikatakannya. Setelah ia selesai berbicara, wajahnya masih terlihat kesal.

Rudy tersenyum tipis dan memeluknya lalu berkata, “Istirahatlah lebih awal, kamu tidak harus terus menungguku.”

“Aku tetap ingin menunggumu pulang.” Clara mengulurkan tangan sambil menarik dasinya, wajahnya yang keras kepala,cantik dan angkuh, “Aku hanya ingin kamu ingat, bahwa tidak peduli seberapa sibuk atau lelahnya kamu, ada seseorang yang menunggumu pulang ke rumah.”

Setelah Rudy mendengarnya, ia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, dan menjawab, “Aku mengerti.”

“Itu saja?” Clara mengerjapkan mata padanya dengan wajah kecewa. “Reaksi kamu terlalu biasa! Ini tidak tertulis dalam naskah. Pada saat ini, aktor harusnya terpesona sampai rasanya ingin menyerahkan seluruh jiwa dan raganya baru benar.”

Telapak tangan Rudy dengan hangat mengangkat wajahnya yang mungil dan mengecup bibirnya yang merah dengan ringan, suaranya rendah dan serak penuh rasa kasmaran, “Bukankah kemarin malam aku baru saja menyerahkan diriku padamu, setiap hari menyerahkan diri seperti itu, tubuhku tidak kuat untuk menahannya.”

Setelah Clara mendengar, ia tertawa dengan malu, pipinya memerah. Ia memukul dada Rudy dengan manja.

Rudy menundukkan kepalanya dan ingin menciumnya lagi, tapi Clara memalingkan wajahnya. “Di sini rumah keluarga Sutedja, perhatikan akibatnya.”

“Aku mencium istriku sendiri di rumah, bukan mencium wanita liar, itu tidak akan berdampak buruk,” kata Rudy sambil tersenyum.

Clara : “………….”

Dibantah dengan kata-katanya sendiri, Clara benar-benar tidak bisa berkata-kata.

……

Di sisi lain, Nalan Vi kembali ke kamar, wajahnya masih memerah karena kesal.

Revaldo duduk di tempat tidur, ia terbatuk sambil bertanya, “Ekspresi apa itu, siapa yang sudah membuatmu marah lagi?”

Nalan Vi berkata bahwa ia akan pergi mengambilkan sarang burung, namun ia keluar selama lebih dari satu jam, bukan hanya tidak membawa sarang burung walet, malah kembali dengan wajah marah.

“Siapa lagi kalau bukan Clara! Anak dari keluarga kecil dan rendahan, memalukan. Sudah tahu bahwa ada banyak senior di dalam rumah, ia masih bermesraan bersama dengan pria. Kamu tadi tidak melihat sikapnya yang seperti wanita ruabh, bersandar di pelukan Rudy, dan meminta Rudy menggendongnya naik ke lantai atas.”

Kemampuan utamanya adalah mengadu. Ketika dia menyahuti apa yang kukatakan, aku mengatakan satu kata, dia membalasnya dengan sepuluh kata, dan di depan Rudy, dia malah berpura-pura begitu lemah, seolah-olah aku mengapakannya saja.”

Setelah mengeluh, Nalan Vi menambahkan, “Dulu, Rahma tidak sampai seperti dia.”

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu