Suami Misterius - Bab 471 Etika Pembalasan Dari Pemberian

Selama Nalan Vi menikah ke dalam keluarga Setedja dalam beberapa tahun ini, hari ini pertama kalinya dia mendapatkan tamparan, sehingga menjadi bengong pada seketika, satu tangannya memegang wajahnya, sambil menatap nenek Sutedja dengan tatapan bengong.

Reaksi wajah nenek Sutedja penuh dengan amarah besar, bahkan suaranya juga ikut gemetar. “ Aku sudah bilang berapa kali, kalau tidak ada otak jangan berpikir untuk menjebak orang, setiap kalinya malah balik terjebak, tidak mendapatkan keuntungan apapun malahan harus membayar kerugian. Kamu masih tidak segannya bertanya kenapa aku memberikan mansion keluarga Suterdja untuk orang luar, Adisti sama Rudy datang dengan penuh persiapan, permintaannya sangat memaksakan, kalau aku tidak setuju, kalian berdua sekarang seharusnya sudah menginap di dalam penjara.”

Nalan Vi menggigit bibirnya, wajahnya sangat pucat, dan tidak menjawab apapun.

Suasana villa dipenuhi oleh kesunyian, akhirnya, tetap saja suara batuk Revaldo yang meredakan suasana.

Dia berusaha bangun dan duduk di kasur, lalu menatap Nalan Vi dan berkata, “Nalan Vi, aku sudah lapar, kamu masak dulu sesuatu di dapur untukku.”

Nalan Vi mengangguk dengan air mata yang bergenang, lalu beranjak keluar kamar.

Setelah kepergian Nalan Vi, Revaldo menahan dadanya dengan satu tangan, tangan satunya lagi mengulur ke arah nenek Sutedja dengan gemetaran.

Meskipun nenek Sutedja sedang emosi, tetapi bagaimanapun juga cucu yang disayanginya sejak kecil, melihat tindakannya saat ini, emosinya juga mulai mereda, hanya rasa kasihan dan kasih sayang yang tersisa.

“Nenek, maaf, Revaldo telah membuatmu marah.” Revaldo berkata dengan suara yang lemas. Dia tidak bodoh, mana mungkin tidak mengerti bahwa sebenarnya nenek Sutedja sedang memaki dirinya.

nenek Sutedja mengerut bibirnya, setelah kesunyian sejenak, dia hanya mengeluh nafasnya dengan berat.

“Revaldo, kamu benaran bodoh pada kali ini. Pesan dari aku, kenapa kamu sama sekali tidak pernah mengingatnya. Rudy sudah ada kekuasaan sendiri, dan masih ada keluarga Sunarya yang membantunya, kamu melawan dirinya, tidak akan mendapatkan kemenangan. Masalah hari ini, adalah pelajaran yang menyakitkan. Mansion keluarga Santoso ini, sebenarnya aku bermaksud untuk memberikan kepada kamu sama Gevin, agar kalian bisa tinggal tenteram di sini, tetapi sekarang…”

Revaldo mendengar didikan dari nenek, namun dalam hatinya sedang tersenyum sinis. Dia tidak bodoh, yang bodoh adalah nenek.

Hubungan antara dirinya dan Rudy , sudah sampai batas saling mematikan. Setelah dia meninggal dunia, Rudy tidak akan menyisakan apapun untuk istri dan anaknya. Daripada menunggu mati dan kekalahan, mendingan berusaha berjuang lagi untuk seberapa adanya, lagi pula, dia adalah orang yang sudah akan meninggal dunia juga, tidak ada yang perlu ditakutkan lagi.

“Nenek, aku benaran tidak sudi.” Revaldo menggenggam erat pada tangan nenek, lalu berkata dengan suara gemetaran yang diiringi batuk ringan.

Selama hidupnya ini, dia terus berdiri di bawah bayangan Rudy . Semua orang seolah-olah langsung membandingkan dirinya dan Rudy dengan sewajarnya. Revaldo juga bukan orang yang bodoh, namun memang karena Rudy terlalu unggul, sehingga membuat dia kelihatannya menjadi tidak berguna. Untung saja, umurnya lebih besar dua puluh tahun daripada Rudy , ketika dia bekerja di perusahaan, Rudy masih bayi dalam menyusui.

Namun seiring dengan pertumbuhan Rudy , semakin banyak beban yang menekan pada Revaldo. Meskipun Arima terus memperhitungkan untuk dirinya, yang telah dengan cepatnya melempar Rudy ke dalam pasukan militer, namun Rudy hanya sekilas membantu Ardian dalam membuat proyek, sudah bisa mendapatkan keberhasilan besar.

Pada saat itu, para pemegang saham di perusahaan sudah mulai tersentuh, suara yang mendukung Rudy juga semakin banyak. Oleh sebab itu, dia hanya bisa memperhitungkan untuk dirinya sendiri, dan hanya bisa turun tangan untuk melawan Rudy yang anak haram itu.

Sampai saat ini, Revaldo juga tidak merasa dirinya bersalah. Dia hanya kekurangan sedikit keberuntungan saja. Seandainya Rudy bukan anaknya Bahron , dia sudah mati di dalam Pasukan Perdamaian sejak dulunya. Mungkin saja rumput di atas kuburannya juga telah tinggi tumbuhnya.

nenek Sutedja melihat sikapnya seperti ini, hanya bisa mengeluh nafas panjang. “Sudahlah, kamu jaga baik-baik kesehatan tubuhmu. Kalau aku masih hidup, mungkin saja masih bisa melindungi kalian, setidaknya tidak akan membiarkan kalian terusir dari rumah ini.”

nenek Sutedja telah menasihatinya berkali-kali, namun Revaldo tidak pernah mendengarkannya. Dari kejadian Rudy , Revaldo jelasnya sudah terjerumus, nenek Sutedja juga malas menghabiskan air ludahnya lagi.

nenek Sutedja meninggalkan kamar Revaldo, ketika berjalan melewati ruang tamu, melihat Arima sedang duduk di atas sofa dengan ekspresi penuh amarah.

“Rudy yang anak haram itu sejak kapan telah mendambakan mansion keluarga Sutedja !” Arima berkata dengan emosi.

nenek Sutedja duduk di sofa, tersenyum dengan sinis dan tidak berdaya, “Dia mana mungkin peduli dengan mansion ini, paling juga untuk menyanjung orang lain.”

“Maksud ibu…Dimas Sutedja !”Arima baru mulai menyadarinya.

Orang yang ingin mendapatkan mansion keluarga Sutedja, kemungkinan besarnya adalah Dimas . Beberapa tahun yang lalu, Dimas sudah mengungkit untuk membeli mansion keluarga Sutedja dengan harga tinggi, tetapi langsung ditolak oleh nenek Sutedja.

Pada saat ini, Rudy sudah menjadi orang yang berkuasa di kota A, Rudy sedang mengelola Sutedja Group, dua orang ini bekerja sama, wajar juga seandainya mereka ingin mendapatkan keuntungan masing-masing.

Rudy telah merencanakan dengan susah payah, seharusnya karena ingin memberikan mansion keluarga Sutedja kepada Hyesang yang sebagai sekretaris Partai Pemerintah.

“Dasar anak bajingan ini, kalau sudah tahu begini, aku sudah membunuhnya sejak kecil.” Arima berkata dengan emosi.

….

Sementara pada saat yang sama, Rudy memang benar sedang duduk bersama Hyesang pada ruangan di gedung Wanghai.

gedung Wanghai adalah sebuah restoran berkualitas yang dibangun dekat laut, menu spesial mereka adalah makanan laut dan anggur.

Tentu saja, Rudy dan Hyesang tidak mungkin datang untuk makan makanan laut.

Mereka berdua sedang duduk pada balkon terbuka.

Hyesang sedikit menyandar pada pagar dan sedang merokok, asap rokoknya melayang mengikuti jari tangannya. Paparan matahari menerikkan sebuah bayangan yang panjang di bawah kakinya, memaparkan sedikit kesan kesepian pada dirinya.

Sementara Rudy sedang berdiri di sampingnya dengan gaya malas, dia sedikit memejamkan matanya, lalu menatap pemandangan yang jauh dari mata sambil termenung.

Tangannya masih menggenggam kaki gelas anggur, di dalam gelas masih ada cairan merah mawar yang sedang bergerakan. Dia sedikit meneguknya, lalu tersenyum dan berkata :”Meskipun akta bangunan dan lahan sudah ambil kembali, tetapi nenek juga melampirkan syaratnya, setelah dia meninggal dunia baru bisa membalik namanya. Dengan kondisi kesehatannya, sepertinya paman kedua harus lama menanti lagi.”

Hyesang selesai mendengarnya, dia mengaitkan sudut bibir, lalu mengulurkan tangan untuk mengambil anggur di meja, dan menghabiskan setengah gelasnya. “Ayah juga tidak kekurangan rumah untuk ditinggal, paling juga hanya nekat yang tertanam beberapa tahun saja. Akta bangunan sama lahan sudah diserahkan sampai ke tangannya, cukup membuat dia senang beberapa lama. Rudy, terima kasih.”

Rudy tersenyum ringan, mengangkat gelas anggur ditangan dan menyentuh ringan sama gelas Hyesang. “Beberapa waktu lalu, abang baru saja mengirimkan kado besar untukku. Rudy kali ini hanya mengutarakan terima kasih saja.”

Rudy berhasil mendapatkan pabrik terlantar dengan harga yang sangat rendah, setelah informasi pembangunan taman industri tersebar luas, harga lahan itu sudah meningkat hingga belasan kali lipat. Etika pembalasan dari pemberian, Rudy tentu saja juga mengetahuinya.

“Kamu terlalu segan.” Hyesang tersenyum datar, “Meskipun kita bukan saudara kandung, tetapi juga besar bersama. Aku tentu saja akan membantumu.”

“Terima kasih abang tiga.” Rudy tersenyum, sekalian mengangkat gelas anggurnya lagi.

“Masalah di sini, kamu kapan mau menyelesaikannya ?” Hyesang meneguk anggur, dan bertanya sekilas. Dia mengetahui bahwa, Rudy bukan orang biasa, tidak mungkin terus menetap di kota A.

“Paling telat tahun depan, ayahku sudah memberikan peringatan terakhir.” Rudy tersenyum sambil mengangkat bahunya.

“Jangan mengeluh lagi di dalam kebahagiaan.” Hyesang mengulurkan tangan dan menepuk ringan pada bahunya, “Masalah kamu mempunyai anak sebelum menikah yang begitu menghebohkan, kalau bukan karena tuan Sunarya, kamu selamanya hanya bisa menjadi CEO Sutedja saja.”

“Oo.” Rudy tertawa keceplosan, lalu berkata dengan nada bermain, “Bagus juga kalau begitu, aku sekarang tidak ada cita-cita setinggi langit, istri dan anak telah memenuhi isi otakku.”

Hyesang tersenyum dan tidak berbicara, mengangkat gelas anggur, dan langsung menghabiskan anggur di dalam gelasnya. Anggur yang mengalir lewat tenggorokan, membawa sedikit rasa kepahitan.

“Kamu sama Ahyon, masih tidak ada perkembangan apapun ya ?” Rudy bertanya.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu