Suami Misterius - Bab 447 Menghabiskan Modal Yang Besar Untuk Drama

Ardian hanya termenung melihat orang yang memeluknya, ditengah renungannya, ia agak bingung apakah ini mimpi atau kenyataan?

“Bahron, kamu sudah sembuh? Atau aku yang yang sedang bermimpi?” Ardian menggenggam tangannya, bertanya dengan mata merah dan suara yang tercekat.

Tangan Bahron menyentuh wajahnya yang pucat dan rapuh, lalu merangkulnya dengan perasaan tidak tega, baru ingin menundukkan wajah untuk menciumnya, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar, Clara membawa kotak makanan sambil berjalan dengan langkah besar dan santai.

Lalu, ketika ia melihat pose Bahron dan Ardian yang sedang berpelukan bersama, mereka bertiga langsung menjadi canggung.

“Itu, aku tidak melihat apapun, kalian lanjutkan…” setelah Clara mengatakannya, segera berlari keluar kamar, kecepatannya bagaikan roket yang melesat.

Dia berlari kecil ke lift, terdengar suara lift dan kedua pintu lift terbuka, dia baru ingin masuk, sudah langsung menabrak masuk ke pelukan Rudy yang berjalan keluar dari lift.

“Kenapa begitu tergesa-gesa? Ayah sudah sadar?” Rudy bertanya sambil merangkulnya.

Karena berlari terlalu cepat, pipi Clara sampai merona, lalu berkata dengan terengah : “Sudah, sedang berpeluka dengan kakakmu. Kalau tidak pergi, lalu aku mau menunggu sampai dibantai bari pergi.”

Setelah Rudy mendengarnya, ia sempat tercengang sesaat lalu tertawa, “Kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu sebelum masuk.”

“Mana kutahu mereka akan berpelukan dalam ruang rawat seperti itu…..” Clara menundukkan kepala sambil bergumam.

Mereka berdua sedang bicara didepan lift, kemudian Ardian datang menghampiri.

Ardian bertingkah tenang, namun rasa canggung dimatanya sama sekali tidak bisa ditutupi.

Untuk menghindari rasa canggung, Rudy menyimpan kembali senyum diwajahnya, apa yang terjadi didalam ruang rawat tadi, tidak berani ia ungkit.

“Karena ayah sudah sadar, kamu kembalilah untuk istirahat, disini ada aku.” Rudy berkata pada Ardian.

Beberapa hari ini Ardian kurang tidur, refleksnya kurang bagus. Ia mengangguk perlahan untuk mengiyakan.

“Clara, kamu temani kakak kembali ke hotel.” Rudy mengambil kotak makanan di tangan Clara sambil berpesan padanya.

Setelah Clara dan Ardian masuk ke dalam lift, Rudy baru berjalan ke ruang rawat sambil membawa kotak makanan yang dibeli.

Didalam ruang rawat Bahron bersandar di ranjang, ketika melihat Rudy masuk, wajahnya langsung menjadi kesal an berkata, “Istrimu perlu belajar sopan santun.”

Mendengar ini Rudy langsung tertawa, “Jelas-jelas kau yang tidak tahu cara menahan diri.”

Bahron memelototinya dengan wajah yang begitu tegas.

Rudy membawa kantung makanan ke samping ranjang, lalu menarik meja kecil untuk meletakkan makanan diatasnya, “Makan sedikit bubur hangat untuk menghangatkan lambung, beberapa hari ini kamu hanya diinfus, tubuhmu terlihat jauh lebih kurus.”

Bahron mengambil sendok dan bertanya, “Ardian sudah kembali?”

“Hm, dia sudah beberapa malam tidak tidur, aku meminta Clara untuk menemaninya pulang untuk istirahat.” Rudy menjawab.

Setelah Bahron mendengarnya, ia mengangguk pelan, ada ekspresi tidak tega yang samar-samar muncul di wajahnya.

“Kalian sudah kembali rujuk?” Rudy mengambil sumpit untuk mengambilkan lauk untuk Bahron sambil bertanya.

Bahron sudah mengeluarkan modal begitu besar untuk membuat drama ini, tentu saja ada hasil yang didapatkan.

Bahron tidak menjawab, namun ada tatapan hangat yang terbersit dalam matanya.

“Hari ini mau aku membantumu mengurus check out rumah sakit?” Rudy bertanya lagi. Kedudukan Bahron cukup tinggi, setiap hari telepon yang di terimanya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan, tentu saja dia tidak mungkin terus berbaring di rumah sakit.

“Tunggu dua hari lagi, kalau mau berpura-pura harus sampai tuntas agar tidak ketahuan.” Bahron menjawab dengan santai, dia baru mengatakannya, ketika mengangkat kepala dan melihat kearah depan pintu, kebetulan melihat bayangan yang hanya muncul sekilas.

Sendok di tangan Bahron langsung jatuh, dia langsung turun dari ranjang sampai sandal pun tidak sempat ia pakai, ia langsung mengejar keluar.

Ardian berlari ke depan lift, tangannya terus menekan tombol lift, lift belum sampai, Bahron yang mengenakan baju pasien sudah mengejar keluar.

Dia berbalik dan berlari turun dari tangga darurat.

“Ardian, Ardian!” Bahron memanggil dibelakangnya, semakin dia memanggil, Ardian berlari semakin kencang, karena dia mengenakan sepatu hak tinggi, kakinya hampir terkilir.

Dan Bahron masih terluka, baru menuruni tangga beberapa lantai saja, luka di dadanya sudah terasa sangat sakit, membuat langkahnya semakin lama semakin melambat, melihat Ardian yang hampir menghilang dari pandangannya, ia panic sehingga terguling dari anak tangga dan terjatuh di bordes tangga.

Suara tubuhnya yang terjatuh terdengar cukup keras sehingga berhasil menghentikan langkah Ardian.

Ardian berlari kembali ke sisinya dengan panic, melihatnya terjatuh sampai kepala bersimbah darah, tangannya memegang erat dadanya dan terlihat kesulitan bernafas.

“Bahron, Bahron, kamu kenapa?” Ardian terduduk disamping Bahron, ia terlihat kebingungan, bahkan ketakutan sampai matanya memerah.

Tangan Bahron yang hangat menggenggam tangan Ardian yang dingin, ia berkata dengan nafas terengah dan sesak : “Ardian, jangan takut, aku baik-baik saja.”

“Aku papah kamu.” Ardian memapah lengannya untuk membantunya berdiri, namun Bahron mencegahnya.

“Sepertinya tulang rusukku patah lagi. Ardian, bantu aku panggilkan parawat.”

“Hm.” Ardian mengangguk dengan kuat, lalu berjalan keluar dari pintu darurat dengan tergesa-gesa.

Lalu Rudy dan perawat bergegas datang.

“Tulang rusuk Tuan Bahron yang patah bergeser, pindahkan perlahan.” Setelah dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut, ia berpesan pada perawat.

Kedua perawat menggotong Bahron keatas tandu dengan perlahan, lalu membawa Bahron ke ruang penanganan.

Dan Rudy, Ardian juga Clara hanya bisa menunggu diluar ruangan.

“Bukankah aku memintamu membawa kakak kembali ke hotel, kenapa kembali lagi?” Rudy bertanya pada Clara.

“Ponselku tertinggal dikamar.” Ardian langsung berkata tanpa menunggu Clara menjawab.

Bibir Rudy mengetat dingin tanpa bicara. Kondisi luka Bahron kembali parah, kali ini benar-benar jangan harap pulang dari rumah sakit.

Pintu ruang operasi terus terturup rapat, membuat orang yang menunggu diluar semakin khawatir.

“Dia benar-benar mengalami cedera di tulang rusuk?” Ardian bertanya.

“Hm.” Rudy mengangguk, “Orang itu sudah merencanakan sejak lama untuk merenggut nyawa ayah, mobil ditabrak sampai tidak berbentuk, bisa dibilang ayah sudah sangat beruntung hanya dua batang tulang rusuk yang patah, kalau sampai tulang rusuk menusuk organ vital, maka akibatnya tidak akan bisa dibayangkan.”

Setelah Ardian mendengar ini, kedua tangan yang terkulai disamping perlahan mengepal erat.

Kemudian pintu ruang operasi terbuka, dokter berjalan keluar dan berpesan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh keluarga, setelahnya Bahron dipindahkan ke ruang rawat.

Ardian sudah tidak mood untuk kembali istirahat, ia memutuskan untuk tetap tinggal dan merawat Bahron di rumah sakit.

Bahron berbaring di ranjang, wajahnya terlihat sangat pucat. Tangannya menggenggam erat tangan Ardian dengan wajah tersenyum.

Rudy dan Clara cukup sadar diri untuk tidak menjadi obat nyamuk, sehingga mereka menunggu diluar kamar.

Di ujung koridor ada satu sisi jendela yang sangat besar, mereka berdua berdiri disana, Rudy menghisap rokoknya dengan santai.

“Drama ayahmu sungguh menghabiskan modal yang besar.” Clara berkata.

“Mungkin karena sudah tidak sabar menunggu lagi.”Rudy menghembuskan asap rokoknya dan berkata dengan nakal, “Mereka hampir melewatkan separuh hidup mereka, kalau terus melewatkannya, maka mereka akan melewatkan semua selamanya. Dan untuk orang seperti ayahku bagaimana mungkin rela melewatkannya.”

“Setelah melalui begitu banyak cobaan dan masalah baru menyadari kalau mereka tidak bisa hidup tanpa belahan hatinya. Kalau tidak bisa saling melupakan, ending seperti ini lumayan juga.” Clara berkata dengan serius.

Rudy menjentikkan abu rokoknya sambil mengangguk perlahan.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu