Suami Misterius - Bab 402 Salah Strategi

Ketika itu, Nyonya Liu datang dengan marah. Elaine mengira orang dari keluarga Liu sudah mengalah, sehingga mengangkat dagunya dan berkata dengan angkuh : “Clara mengadakan pesta pernikahan di hotel bintang tujuh, sama-sama putri Keluarga Santoso, pernikahanku tidak boleh diadakan terlalu asal. Tidak ada hotel yang kusukai di Kota A, kastil kuno di Eropa lumayan juga. Kalau lebih rendah dari standart ini, mau ditaruh dimana harga diriku, bukankah akan menjadi bahan tertawaan teman-temanku.”

“Kalau takut ditertawakan, lebih baik sekalian saja tidak usah mengadakan pesta pernikahan. keluarga Liu kami merupakan keluarga kecil, tidak berani bersaing dengan Keluarga Sutedja yang merupakan pimpinan empat keluarga besar.” Nyonya Liu berkata dengan sinis.

“Kau, apa maksudmu?” Elaine terlihat sedikit panik.

Nyonya Liu tertawa dengan dingin dan sinis, “Maksudku sudah jelas sekali, kalau mau menikah silahkan, kalau tidak mau menikah juga tidak masalah.”

Nyonya Liu sama sekali tidak menyisakan sedikit pun harga diri untuk Elaine. Dan Andika juga sangat mendukung ibunya, akhirnya pernikahan Elaine gagal diadakan, bahkan Nyonya Liu bisa menghemat uang 200 juta.

Selama satu bulan ini Elaine terus tinggal di rumah Keluarga Santoso, orang keluarga Liu juga tidak ada yang datang membicarakan kelanjutannya. nenek Santoso dan Wini tentu tidak akan membantu Elaine, Yanto juga semakin lama semakin tidak senang melihat putrinya ini, Elaine tinggal di rumah ini juga tidak merasa nyaman, mungkin hanya bertahan beberapa lama, Elaine akan kembali lagi ke rumah keluarga Liu .

Vivi terus bicara tidka berhenti, Wulan memotong ucapannya dengan tidak sabar, “Sudah, untuk apa mengatakan hal yang tidak penting ini pada Nona. Waktu Nona sangat berharga, katakan yang penting langsung.”

Wulan menarik Clara, setelah melihat kekanan dan kekiri, ia berkata dengan suara pelan dan hati-hati : “Nona, sebaiknya kamu hati-hati pada Wini. Dia tidak bisa diandalkan. Beberapa hari ini aku memperhatikan, dia terus berusaha mencari informasi tentang Tianxing Media, suatu kali Vivi menguping, dia mendengar Wini meminta ayahmu untuk memasukkan kakak sepupunya masuk ke perusahaan. Bukankah ini sedikit terlihat tamak.”

Setelah Clara mendengarnya, senyum dingin dan sinis mengembang di bibirnya. Dia sudah tahu sejak awal kalau Wini tidak akan sepolos itu, namun ia sungguh tidak menyangka ambisinya akan sebesar itu, tangannya bahkan sudah berani menggapai perusahaan.

“Tangannya menjulur begitu panjang, apakah tidak takut ditebas.” Clara berkata dengan nada bercanda.

“Nona, masalah ini anda harus berhati-hati.” Wulan mengingatkan dengan khawatir.

“Bibi Wulan, tenang saja, masalah ini aku akan berhati-hati.” Clara menyilangkan tangan didepan dada sambil bersandar di meja dapur, lalu mengambil sepotong daging oyster untuk dimasukkan ke dalam mulut.

“Uhm, oyster buatan Bibi Wulan memang paling enak.” Clara mengunyah sambil mengacungkan jempolnya kearah Wulan.

“Nona!” Wulan melihatnya tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa, kesal sampai menghentakkan kakinya. Ia sungguh khawatir karena usia Clara yang masih muda, ia akan dibutakan oleh sikap Wini.

Clara mengambil beberapa lembar tissue dari kotak tissue, ia mengelap setiap jariny perlahan, terlihat penuh kesabaran. Dia mengelap jarinya sambil berkata, nada bicaranya juga sangat santai, namun sorot matanya menunjukkan keseriusan.

“Bibi Wulan, tenang saja. Wini itu bukan apa-apa, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan satu piring oyster ini, sama sekali tidak pantas untuk ditunjukkan ke publik. Dia ingin menyisipkan kakak sepupu ke dalam perusahaan, Yanto pasti tidak menyetujuinya bukan.”

“Tuan berkata untuk sementara perusahaan tidak membutuhkan tambahan karyawan, ia akan mengatur kalau ada posisi yang kosong.” Wulan berkata.

Clara langsung tersenyum setelah mendengarnya, dalam hati berpikir : Yanto sungguh rendah dalam menghadapi wanita.

“Meskipun Yanto royal pada wanita, itu juga hanya terbatas pada tas mahal dan juga perhiasan, dia menginginkan perusahaan, sungguh mimpi disiang bolong. Sejak kapan Yanto pernah tulus pada wanitanya, semua juga saling memanfaatkan. Ibuku punya keluarga Qin yang menjadi gunung emas baginya, Rina punya Heru yang bisa menjadi pionnya. Sementara Wini punya apa. Meskipun ia muda dan cantik, hebat dalam urusan ranjang, namun untuk usia Yanto juga sudah tidak mampu bermain dengannya lagi.”

Clara meremas tisu bekas pakainya lalu melemparkannya ke tong sampah disampingnya, kemudian melangkah keluar dengan sepatu hak tingginya dari dapur.

Dia baru melangkah keluar dari dapur hendak naik keatas, tiba-tiba ia mendengar suara dari orang bicara di sudut tangga.

Wanita berkata : “Kamu lihatkan tadi, meskipun aku tidak mendekati Clara, dia yang mendekatiku duluan dan berusaha bersikap manis padaku. Menikah dengan Tuan muda keempat Keluarga Sutedja dan masuk keluarga kaya lalu kenapa, dia tetap putri Keluarga Santoso. Ia tetap harus mendengar apa yang dikatakan oleh paman dan juga nenek. Yang paling disayang oleh nenekku adalah aku, apapun yang kukatakan, Clara harus menurutinya. Bisnis kecil keluarga Maramis kalian itu, sejujurnya, hanya hal kecil yang bisa kuatur hanya dengan satu kata saja.”

Pria berkata sambil tertawa dan berkata dengan manis : “Istriku memang paling hebat, kalau begitu proyek ini, kuserahkan padamu.”

Wanita berkata lagi : “Itu tergantung bagaimana sikapmu, kalau kamu kelak berani sembarangan dengan wanita jalang tidak jelas diluar, maka aku akan menyuruh paman dan nenekku untuk mengurusmu. Keluarga Sutedja ingin menghabisi keluarga Maramis kalian, jauh lebih mudah daripada membunuh seekor semut.”

Pria itu lanjut tertawa : “Aku mana berani, para wanita diluaran itu sudah lama tidak aku gubris.”

Wanita mendengus : “Baguslah kalau kamu masih tahu diri.”

Pria itu segera menyerahkan surat perjanjian padanya, “Ini kuserahkan padamu. Istriku, asalkan kamu membuat Tuan Muda Sutedja tanda tangan diatasnya, proyek kita akan bisa langsung dioperasikan. Uang operasional sebesar 200 miliar sama sekali bukan angka yang besar untuk Tuan Muda Sutedja.”

Wanita mengambil surat kontrak dan menjawab : “Iya tahu.”

Setelah keduanya pergi, Clara baru keluar dari sudutan, sudut bibirnya terangkat, senyumannya penuh dengan cibiran.

Akhirnya Ester mengalami kemajuan dan mengerti untuk memanfaatkan sumber daya dan juga status social yang ia miliki. Sayangnya dia salah strategi.

Ester ingin memanfaatkan nama Sutedja untuk mendukungnya dalam keluarga Maramis. Cara pikir ini cukup bagus, namun Keluarga Sutedja tidak berhutang padanya, sehingga tidak punya kewajiban untuk menjadi senjatanya.

Clara kembali ke ruang tamu, melihat Rudy dikelilingi oleh orang Keluarga Santoso, dia hanya tersenyum tipis, sama sekali tidak ada eskpresi yang berubah, namun dalam sorot matanya sudah terlihat menjauh dan ketidaksabarannya.

Clara menghampiri dan menggandeng tangannya sambil berkata dengan mesra, “Suamiku, bukankah kamu bilang ingin melihat kamarku sekalian melihat foto semasa kecilku?”

Rudy bangkit berdiri dari sofa dan berkata dengan sopan pada semuanya, “Permisi.”

Keduanya naik ke lantai atas dan masuk ke kamar Clara.

Pintu kamar tertutup, tangan Rudy menyilang didepan dadanya, tubuhnya setengah bersandar di pintu sambil mengamati kamar Clara dengan wajah tersenyum.

“Ini memang pertama kalinya istriku mengundangku masuk kamarnya.”

Clara meliriknya sambil tersenyum dan menunjuk sofa kecil diseberang ranjang, “Duduklah.”

Rudy melangkahkan kaki panjangnya dan duduk di sofa. Tubuhya besar, duduk di atas sofa selebar satu meter terlihat begitu menonjol.

“Kamu tinggal disini sejak kecil?” Rudy bertanya.

“Hm.” Clara mengangguk, “Disini hampir tidak berubah sama sekali. Kamar ini didesain oleh ibuku, ketika itu Yanto menginginkan putra, ibuku berharap bisa sesuai dengan harapannya, sehingga mendesain kamar untuk anak laki-laki, lalu aku lahir, mau tidak mau mengecat temboknya dengan cat warna pink. Membuat nuansanya sedikit berbenturan.”

Rudy mengangguk dan menunjukkan kalau dia mengerti, lalu berkata lagi, “Dimana fotonya? Bukankah kamu mengajakku naik untuk melihat album foto?”

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu