Suami Misterius - Bab 372 Istri

Mata hitam Rudy, menatapnya dalam, tidak berbicara.

Jika sebuah hubungan berakhir, akhir yang paling baik adalah, berpisah dengan baik-baik.

Tapi, menghadapi Clara. Wanita yang dia sangat cintai, jika kelak akan mengalami hal itu, dia tidak tahu apakah dia akan rela untuk melepaskan.

“Hari pertama menikah, meminta suami untuk mengunjungi kantor perceraian. Clara, apakah kamu tidak takut aku akan memiliki trauma. Rudy tersenyum sambil berbicara, mengulurkan tangan dan menariknya kedalam pelukan.

Dagunya dengan ringan berada di dahi dia, disisi yang tidak bisa dia lihat, sepasang mata memandang dalam.

“Clara, pernikahan ini, kita jaga baik-baik. Aku, tidak ingin berpisah denganmu.”

Clara berada dalam pelukannya, kedua tangannya memeluk pinggang dia dengan erat, mengangguk.

“Ayo pulang.” Rudy melepaskan dia, menggenggam tangannya, dan berjalan keluar.

Saat Clara berjalan, dia membalikkan kepala, melihat gedung biro urusan sipil. Melewati pintu ini, masuk dan keluar, statusnya sudah berbeda, dari single menjadi menikah.

Meninggalkan kantor biro urusan sipil, Rudy dan Clara pergi ke biro keamanan umum.

Walaupun Yanto memberikan kartu keluarga yang palsu, tapi di dalam komputer biro keamanan umum terdapat datanya. Dengan lancar mengeluarkan Clara dari kartu keluarga Santoso.

Clara memegang kartu keluarga yang baru selesai dibuat, di atasnya tertulis nama dia dan nama Rudy, dia membalik ke halaman berikutnya, melihat hubungan yang tertulis disana, yaitu: Istri.

Clara tiba-tiba merasa ingin menangis, dia benar-benar menyadari, mulai hari ini, dia adalah istrinya. Dia mengambil kartu keluarga, dan membalik lagi, tapi itu adalah halaman kosong.

“Bagaimana dengan Wilson? Mengapa hanya ada nama kita berdua?” Clara bertanya.

“Data Wilson sudah ada di Kota Jing, dia tidak perlu lagi memiliki hubungan dengan Keluarga Sutedja.” Rudy menjawab.

“Oh.” Clara mengangguk, tidak merasa keberatan.

Keduanya keluar dari kantor biro keamanan umum.

Clara duduk di kursi penumpang, memikirkan apa yang harus dimakan malam ini untuk merayakan. Makan malam romantis, setelah makan menarikan waltz juga cukup romantis. Dan di malam hari bisa mandi bersama.

Saat Clara memikirkan mandi bersama, wajahnya memerah.

Rudy melihatnya dengan bingung, satu tangannya memegang kemudi, satu lagi memegang dahi dia, “Wajahmu sangat merah, apa kamu demam?”

Clara memukul tangannya, “Tidak.”

Rudy menarik kembali tangannya, lalu fokus mengemudi.

“Rudy, bagaimana pengaturan malam ini?” Clara bertanya.

“Kamu yang tentukan saja.” Rudy berkata sambil tersenyum, saat dia selesai berbicara, ponselnya berdering.

Rudy mengangkat telepon, tidak tahu dari sana mengatakan apa, wajahnya tampak tidak berdaya.

“Ibuku sudah kembali, tahu kita mendaftarkan pernikahan, menyuruh kita kembali ke rumah keluarga Sutedja dulu.” Selesai menelepon, dia berkata pada Clara.

“Pergi ke rumah Keluarga Sutedja?” Clara tidak ada persiapan.

“Menantu yang jelek pun harus bertemu dengan mertuanya.” Rudy memotong pembicaraannya.

“Tapi, aku tidak ada persiapan sedikitpun. Apakah harus mengganti baju terlebih dahulu, menyiapkan hadiah, supaya kelihatan lebih menghormati.” Clara berkata lagi.

“Tidak perlu.” Rudy memegang setir, menoleh padanya, “Kamu sudah pernah bertemu dengan ibu dan kakakku, mereka sangat mudah diajak komunikasi. Dan untuk orang lain, kamu tidak perlu pedulikan.”

Mobil Rudy perlahan memasuki rumah Keluarga Sutedja. Sudah ada pelayan yang menunggu di depan pintu.

Rudy memberikan kunci mobil pada pelayan, lalu, menggandeng tangan Clara, bersama berjalan masuk ke vila.

Di aula lantai satu, Orang di keluarga Sutedja jarang bisa berkumpul bersama.

nenek Sutedja duduk di tengah sofa, disebelah kirinya ada Nalan Vi, Gevin dan Viona. Disebelah kanan ada Arima.

Nyonya Sutedja dan Ardian duduk di sisi sofa yang lain, sekilas dilihat, seperti dua kelompok berbeda.

“Nenek, Pa Ma, Kak.” Rudy menyapa, matanya yang tenang, sopan tanpa cela, dan membawa keasingan yang jelas.

“Nenek Sutedja, paman bibi, kakak Sutedja.” Clara mengikuti dia menyapa.

“Rudy dan Clara sudah kembali, mari duduk.” Nyonya Sutedja tersenyum, melambai pada Clara.

Clara dengan sedikit malu-malu duduk di sebelah Nyonya Sutedja. “Bibi, lama tidak bertemu. Aku rindu padamu.”

Nyonya Sutedja sedikit tersenyum, memegang tangan Clara, belum berbicara, suara Nalan Vi sudah terdengar.

“Mulut Nona besar Santoso sangat manis, beberapa kata saja sudah bisa membuat orang senang. Pantas saja Rudy bisa terpikat olehmu. Jika masuk ke keluarga Sutedja, hanya mengandalkan mulut manis saja tidak ada gunanya, Keluarga Santoso walaupun kecil, apakah tidak mengajarkanmu tata krama? Datang menemui orang tua, tidak membawa apa-apa?”

Suara Nalan Vi sedikit melengking, membuat orang tidak nyaman mendengarnya. Clara dengan sengaja mengangkat tangan menyentuh telinganya. Lalu, terdengar Nyonya Sutedja berkata.

“Jika membahas tata krama, aku teringat. Kamu saat pertama kali datang, masuk dengan perut yang besar. Meskipun perutmu ada barang, tapi sepertinya kamu juga datang dengan tangan kosong. Hah, aku sudah tua, ingatan tidak begitu bagus lagi. Ardian, saat itu kamu juga ada disana, seharusnya kamu tidak akan salah ingat.”

“Ma, itu sudah berlalu lama, kamu masih memperhitungkan. Dan bukannya kamu tidak tahu, Nenek dari awal sudah menyukai adik Leira dari Keluarga Tikar, ingin menikahkan dengan Revaldo. Adik perempuan jika tidak memulai dulu, memasukkan Gevin kedalam perutnya, mana mungkin dia bisa masuk kedalam keluarga kita.”

Nyonya Sutedja dan Ardian saling menyahut, membuat Nalan Vi kesal sampai wajahnya pucat.

Clara tidak berbicara, hanya duduk menonton saja sudah cukup. Dia berpikir: Pantas saja Rudy ingin Nyonya Sutedja pulang, kekuatan berperang ini cukup dinilai dengan lima bintang.

“Cukup, sudah tahu itu adalah masalah yang tidak penting, untuk apa dibahas lagi.” nenek Sutedja berkata, sedikit terpaksa melindungi harga diri Nalan Vi.

“Rudy, aku dengar ayahmu berkata, hari ini kamu dan Clara mendaftarkan pernikahan ke Biro urusan sipil?” nenek Sutedja bertanya.

Informan Keluarga Sutedja ada dimana-mana, Rudy tahu tidak akan bisa menyembunyikan dari mereka, tentu saja, dia juga tidak ingin menyembunyikan. Dia menikahi Clara, dengan cara baik-baik, tidak ada yang perlu disembunyikan.

“Benar.” Rudy menjawab dengan datar.

Lalu, Arima memukul meja, dengan keras, membuat gelas teh di atas meja bergetar. “Pernikahan adalah hal yang besar, kenapa kamu tidak berdiskusi dengan orang tua terlebih dahulu. Siapa yang memberikan kamu hak untuk membuat keputusan!”

Kata-kata Arima ini, membuat suasana menjadi tegang. Walaupun dia marah pada Rudy, tapi sebenarnya terlihat jelas kata-kata ini ditujukan untuk Clara.

Clara tidak bodoh, tentu saja bisa mendengar bahwa Arima tidak berencana mengakui dia sebagai menantu.

Clara menunduk, tidak berbicara. Suasana ini, dia tidak hak untuk menyela pembicaraan ini. Lagi pula, tidak peduli dia mengakui atau tidak, hukum sudah sah itu sudah cukup.

“Wah, aku benar-benar sudah lama tidak pulang, orang-orang dirumah ini kemampuannya tidak meningkat, tapi yang meningkat malah emosinya.” Nyonya Sutedja melirik Arima, nada bicaranya tidak ramah.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu