Suami Misterius - Bab 26 Marco Sudah Datang

"Yunita, masalah ini serahkan saja pada ibu. Aku jamin Clara tidak akan memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam grup." Rina dengan penuh perencanaan licik dan tersenyum.

Di keluarga ini, segala keputusan berada di tangan Rina, dan Clara berada dalam cengkeramannya, ini bukanlah hal yang sulit jika ingin membuatnya celaka.

“Turun dan pergilah makan, jangan biarkan ayahmu menunggu terlalu lama,” Rina berkata lagi.

Yunita mengangguk dan berdiri dari sofa, dan keduanya turun kebawah.

Di ruang makan lantai pertama, di tengah-tengah terdapat meja makan marmer yang berbentuk bundar dengan taplak meja berwarna krem ​​muda. Di atas taplak meja, sudah tertata berbagai macam masakan enak serta piring dan peralatan makan yang sangat indah.

Yanto Santoso duduk di kursi utama, Clara dan Elaine masing-masing duduk di sisi kiri dan kanannya. Dua kursi kosong disediakan untuk Rina dan Yunita.

“Ayah, maaf, aku terlambat.” Yunita duduk di tempatnya dan meminta maaf.

Yanto Santoso tidak menyalahkannya, sebaliknya dia berkata dengan khawatir, "Wajahmu tidak terlihat sangat baik."

“Mungkin kelelahan karena syuting.” Yunita menyentuh wajahnya. Padahal sebenarnya dia kelihatan murung karena kehilangan karakter pemeran utama.

"Kamu harus menjaga kesehatanmu," Yanto Santoso berkata.

“Aku mengerti, Ayah,” Yunita sambil tersenyum dan menjawab.

Setelah Yanto Santoso selesai berbicara, dia menoleh ke arah Clara, dan bertanya dengan wajah sedikit cemberut, "Aku dengar kamu akan berakting?"

“Iya, Ayah, aku ingin menjadi aktris seperti kakak pertama,” Clara berkata dengan naif.

"Omong kosong." Yanto Santoso menjawabnya dengan dua kata, tetapi tidak ada kata-katanya yang bermaksud menentang.

Pada awalnya, dia mempertahankan sikap netral terhadap masuknya Yunita ke industri hiburan dan tidak mendukung juga tidak menentang.Baginya, asalkan tidak membuat skandal itu sudah cukup. Jika dia bisa mengharumkan namanya sendiri, ayahnya juga akan mendapatkan nama yang baik.

Karena tidak ada penolakkan apapun saat putri pertamanya masuk ke industri hiburan, sekarang dia juga tidak memiliki alasan untuk menentang putri kecilnya. Selain itu, Clara juga tidak memiliki ambisi terhadap perusahaan, ini membuatnya jauh lebih tenang.

"Dia tidak sedang beromongkosong. Dia sangat berbakat, dan tidak tahu skandal apa yang telah dia lakukan,sampai akhirnya dia merebut pemeran wanita utama milik kakak pertama." Elaine bergumam dengan suara rendah, tetapi Yanto Santoso mendengarnya.

"Apa yang terjadi?" Wajah Yanto Santoso berubah,dia bahkan meletakkan sumpitnya.

Clara mengerutkan keningnya dan baru saja akan membuka mulut, yang lain sudah lebih dulu berbicara.

"Ayah, jangan dengarkan omong kosong Elaine. Kali ini Clara kebetulan bermain film yang sama denganku. Bulan depan kami akan bergabung bersama ke dalam grup dan kita bisa saling menjaga,"Yunita berkata kepada Yanto Santoso.

"Ternyata begitu," Yanto Santoso mengangguk lalu melirik putri kecilnya dan kemudian berkata kepada putri pertamanya, "Sangat bagus jika kamu bisa menjaganya disana, jangan biarkan dia menyebabkan masalah."

“Ayah tenanglah, aku akan menjaga Clara dengan baik.” Saat Yunita berbicara, dia juga menatap Clara.

Clara memberi senyuman terima kasih kepadanya.

Selama ini, Clara selalu mengganggap Yunita adalah kakak yang sangat peduli padanya. Tetapi saat ini, dia mulai ragu apakah pembelaan Yunita yang barusan adalah benar-benar dari lubuk hatinya atau hanya sekedar akting.

Jika itu dari lubuk hatinya, Clara akan sangat berterima kasih. Tetapi jika itu hanyalah akting, akting Yunita dengan ketulusan hatinya ini benar-benar sempurna dan ambisinya terlalu besar.

Ibu dan anak keluarga Muray seperti kulit yang dicat, semua orang memakai topeng. Sebelum topeng mereka dirobek, Clara tidak berani menganggapnya enteng.

***(Elaine Muray, Rina Muray, Heru Muray)

"Yanto, besok adalah hari ulang tahun Elaine. Aku berencana akan mengadakan pesta ulang tahunnya di rumah dan mengundang semua kerabat dan teman-temanku untuk ikut bersenang-senang. Sebentar lagi, Elaine juga akan menikah dan membutuhkan pertemanan sosialnya sendiri. "

Rina mulai mengubah topik pembicaraan.

"Lakukan saja sesuai dengan rencanamu." Yanto Santoso tidak keberatan, tetapi hanya sekedar mengingatkannya "Buatlah pestanya sesederhana mungkin, dan jangan terlalu berlebihan."

“Aku mengerti,” Rina menjawabnya.

“Terima kasih, Ayah.” Elaine sangat gembira sambil memegangi tangan Rina. “Bu, nanti aku akan memberimu daftar jamuan. Marco ingin manfaatkan kesempatan ini memperkenalkan aku kepada teman-temannya.

"Teman-teman Marco adalah orang-orang yang terkenal dan berpangkat, kamu harus mempersiapkan diri dengan baik. Sore ini, aku akan menemanimu untuk membeli beberapa set gaun, dan kemudian menata rambutmu ..." Rina berkata sambil tersenyum.

Clara terus menundukkan kepala sambil makan, karena topik perbincangan mereka tidak ada hubungannya dengan dia.

Setelah selesai makan, dia meletakkan peralatan makan dan sumpit, kemudian dia menyapa Yanto Santoso dan Rina sebelum kembali ke kamar.

...

Perjamuan ulang tahun Elaine sangat megah, sejak malam hari, pelayan di rumah sibuk mendekorasi kamar, makanan dan minuman semuanya diatur oleh Rina sendiri.

Clara yang berada di dalam kamar mendengar jelas suara dan hiruk-pikuk di luar, yang berlanjut sampai tengah malam dan membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak, sehingga membuat dia terlambat bangun di keesokan harinya.

Wulan mengetuk pintu dan masuk sambil membawa semangkuk bubur hangat, serta beberapa lauk yang disukai Clara.

Clara duduk di tempat tidur dengan pakaian piyama, menggosok pelan matanya yang masih mengantuk, dan bertanya dengan setengah sadar. "Bibi Wulan, jam berapa sekarang?"

"Sudah jam sepuluh, semua tamu sudah tiba di sini. Nona, kamu harus bangun." Wulan menjawabnya.

“Kenapa kamu tidak membangunkanku lebih awal.”Clara bangun dari tempat tidur dengan tergesa-gesa. Lantai bawah penuh dengan teman-teman, dan dia masih terbaring di tempat tidur.

“Aku melihat nona tidur begitu nyenyak, aku tidak tega membangunkanmu,” Wulan menjawab dengan sedikit merasa bersalah.

Clara berdiri di depan cermin rias dan merapikan rambutnya. Setelah mendengar suara, dia menoleh ke belakang, seperti teringat pada sesuatu, kemudian tersenyum, "Marco sudah datang kan."

Bisa dibiliang, ini adalah pertama kalinya Marco bertemu dengan Clara di dalam rumah setelah mereka putus.

Setelah dia selesai berdandan, dia berjalan keluar kamar dan turun ke bawah.

Pada saat ini, di tengah lobi lantai pertama, di bawah lampu kristal, Marco mengenakan pakaian yang sangat formal berwarna krem dan sedang menyatakan cintanya kepada Elaine.

"Saat pertama kali aku melihatmu, kamu mengenakan rok putih, berdiri di kebun mawar, sangat indah, lebih indah dari bunga. Itulah pertama kalinya aku jatuh hati pada seorang gadis ..."

Pada saat ini, Clara berdiri di tangga, dan tangannya memegang pagar tangga, dan mulai menggepalkan tangannya.

Jatuh hati untuk pertama kalinya? Oh, selama beberapa tahun bersama ternyata tidak ada rasa cinta, Tuan Marco sedang mempermainkan perasaan!

Clara merasa seperti ada sesuatu yang tersangkut di hatinya, sangat menyakitkan. Mungkin karena mereka adalah orang yang kamu peduli, makanya terasa menyakitkan.

“Clara!” Seseorang menepuk bahunya dengan ringan dari belakang.

Clara berbalik ke belakang dan melihat, ternyata Melanie.

Melaine adalah putri Wulan. Dia sering datang berkunjung. Hanya saja, tidak menyangka dia juga datang bergabung dalam pesta hari ini.

“Pria bajingan dan wanita licik, benar-benar pasangan yang serasi!” Melanie dengan sedikit cemberut dan ekspresi menjijikan melihat ke arah Marco dan Elaine..

Saat itu, Elaine sedang menangis terharu mendengarkan pengakuan kasih sayang dari Marco.

"Jangan menangis, melihatmu menangis, hatiku hancur. Aku mencintaimu, aku bersumpah, tidak peduli apapun yang terjadi di masa mendatang, sakit dan kesulitan, aku akan tetap berada di sisimu, mencintaimu, tetap bersamamu sampai maut memisahkan kita. "

Clara mengigit bibir merah mudanya yang tipis dan berkata dengan nada rendah.

Elaine baju saja ingin bersuara, dan mengatakan hal yang sama persis seperti yang diucapkan oleh Marco yang sedang berdiri di tengah. Hanya saja, suara pria itu lebih rendah dan tebal.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu