Suami Misterius - Bab 242 Masuk Topik Pencarian Utama

Clara sama sekali tidak peduli apakah Rudy miskin atau kaya.

“Aku sama sekali tidak peduli bagaimana identitasnya, yang buat aku emosi adalah ternyata begitu lamanya dia berbohong padaku. Wilson bahkan sudah dua tahun, dia memiliki waktu dua tahun untuk berkata jujur padaku. Tetapi malahan harus orang lain yang memaparkan identitasnya.” Clara berkata dengan emosi.

Ketika Gevin menarik dia masuk ke dalam ruang rapat, menyuruh dia ulang mengenal lelakinya, Clara merasa sangat malu.

“Jadi, kamu bermaksud mau emosi berapa lama” Milki bertanya padanya.

Clara berpikir lagi dengan serius, baru menjawabnya lagi “Lelaki kalau berbohong sifatnya sama seperti selingkuh, semuanya akan menjadi kebiasaan. Kali ini kalau tidak merajuk dulu dengannya, memberikan pelajaran padanya, mungkin selanjutnya akan terjadi hal seperti ini lagi.”

“Jadi, kamu sama sekali tidak berpikir untuk meninggalkannya.” Milki tersenyum sambil membuka kartunya.

Semalam, dia terlalu emosi, sehingga hampir melontarkan kata-kata putus. Sekarang dia sudah sadar dari mabuknya, pemikirannya juga sudah ikutan sadar. Dia hanya sedikit memanfaatkan otaknya saja, sudah bisa kelihatan jelas bahwa nyonya Sutedja dan Gevin memang sengaja mau memancing emosinya, tujuannya hanya untuk menambah kekacauan Rudy saja.

Dia tidak begitu bodoh sampai terjatuh ke dalam jebakan mereka.

“Aku memang ingin langsung menendang dia sampai sejauh mungkin, tetapi apa dayanya anakku tidak boleh kehilangan ayah.” Clara pura-pura mengeluh nafas, “Demi Wilson, aku sementara ini hanya bisa bertahan dulu.”

Milki tersenyum sekilas, tidak membuka kartunya lagi.

Mobil berhenti di bawah sebuah apartemen kecil tempat tinggal Milki, luasnya lebih kurang delapan puluh meter, satu kamar tidur, kamar satunya lagi digantikan menjadi ruang baca, renovasi dapur dan kamar mandinya sangat sederhana, dan juga ada balkon kecil yang tidak beratap.

Bagi Milki, apartemen kecil ini sudah cukup untuk dirinya sendiri.

Dua wanita ini sedang memindahkan barang, setelah bolak balik berkali-kali baru selesai memindahkan koper yang berada di dalam bagasi mobil.

Clara sebenarnya ingin membantu Milki membereskan rumahnya, namun baru saja turun tangan, langsung terima panggilan telepon dari Luna.

“Clara, kamu ke mana perginya setelah membuat masalah yang sebesar ini, kamu jangan merasa bersembunyi bisa menyelesaikan masalahmu.” Di sisi telepon satunya, Luna berkata dengan jeritan keras.

“Aku buat masalah apa ?” Clara bertanya dengan kebingungan.

“Kamu masih tidak tahu ya.” Luna berkata dengan emosi yang meledak-ledak, “Kamu lihat sendiri di internet. Clara, kamu memang tambah pintar ya, sudah bisa masuk ke dalam topik pencarian utama.”

Setelah memutuskan teleponnya, Clara membuka internet dengan ponselnya, setelah itu, dia juga kekagetan.

Ternyata dia memang masuk topik pencarian utama, dan juga, dengan topik yang sangat menonjol, Clara mabuk di tengah malam, sepertinya tersakiti oleh cinta.

Clara menggerakkan jarinya, menekan masuk untuk membaca. Di dalam isi beritanya ada berbagai kecurigaan dan tebakan,dan juga ditambah dengan analisis yang sangat masuk akal. Bahkan, juga melampirkan fotonya.

Fotonya di potret saat di dalam bar, cahayanya sangat gelap, namun masih bisa mengenal wajahnya dari foto ini.

Clara mempelajari ulang semua isi beritanya, akhirnya dia menghela nafas, untung saja, hanya ada berita dan foto dirinya yang kemabukan di tengah malam.

Saat ini Clara hanya merasa sangat bersyukur, untung saja tidak memotret foto dirinya sedang berkelahi, dan juga foto berpelukan dengan Rudy di tepi jalan, jika tidak, dirinya pasti akan diterkam Luna.

Clara selesai membongkar semua isi berita, merasa tidak ada yang luar biasa, wanita zaman sekarang rata-rata akan main ke bar. Meskipun dia sebagai artis, namun minum bir di bar saat suasana hatinya kurang baik, juga bukan masalah besar.

Clara memegang ponselnya, lalu telepon balik lagi ke Luna. Tentu saja, dengan sikap yang sangat baik dalam mengakui kesalahannya .

“Kak Luna”

“Sudahlah, jangan basa basi,aku di kafe Jalan Sarinah, kamu sekarang datang mencariku.”Luna selesai berbicara, langsung memutuskan sambungannya.

Clara melempar kembali ponselnya ke dalam tas, berkata kepada Milki dengan ekspresi yang sangat bersalah, “Manager cari aku, aku mesti keluar sebentar.”

“Kamu pergi saja, tinggal di sini juga tambah kacau. Aku bisa selesaikan sendiri.” Milki tersenyum menjawabnya.

Nona besar keluarga Santoso mana bisa membereskan barang, barangnya sendiri saja mesti Melanie yang bantu membereskan, mungkin memang hanya bisa tambah kacau saja kalau tetap di sini.

“Kalau begitu aku pergi dulu, telepon saja kalau ada perlu.” Clara mengangkat tasnya, berangkat dengan buru-buru.

Dia tidak begitu mengenal kondisi Jalan Sarinah, dia membuka aplikasi peta dengan ponselnya, baru menyadari bahwa ternyata jarak apartemen Milki tidak begitu jauh dengan Jalan Sarinah, dia memakai sabuk pengaman, menginjak gas, lalu berangkat.

Pada saat yang sama, di dalam ruang CEO Sutedja Group.

Rudy sedang sandar di kursi besarnya, tatapannya menetap pada tampilan di atas layar komputer.

Raymond duduk di hadapannya, melirik sekilas tampilan layar yang berisi berita, dengan wajah yang berdosa.

“Cara kerja bawahan tidak bisa diandalkan, jadi kamu bisa diandalkan ya” Tatapan Rudy yang dingin langsung melirik padanya, membuat tubuh Raymond bergemetar secara refleks.

“Itu, sebenarnya berita seperti ini tidak begitu berpengaruh terhadap citra diri Clara, malahan bisa masuk ke topik pencarian utama. Untungnya lebih besar dari ruginya.” Raymond tertawa sambil menjawabnya.

“Jadi aku masih harus memuji kamu lagi” Rudy menjentik rokok di ujung jarinya, nadanya semakin tinggi.

“Adik mana berani.” Raymond langsung mengalah, dengan reaksi anak kecil yang kasihan dan berkata, “cahaya di bar sangat gelap, ada beberapa wartawan yang sudah menyamar diri, sulit menyadari juga. Orang ini juga pintar, tetap menyelinap di dalam bar, tidak ikut keluar, kalau dia ikutan keluar bar, aku sudah menyadarinya dari awal.”

Wartawan kali ini memang orang pintar, pintar menilai batas, saat ini Clara sedang dalam masa populer, sedikit saja informasinya sudah bisa menjual dengan harga yang tinggi. Semalam kalau dia ikut keluar dari bar, pasti dapat memotret foto yang lebih menghebohkan, namun dia juga pasti akan ketahuan oleh Raymond, belum pasti lagi apakah dia masih bernyawa untuk berdiri di sini.

“Atau aku menangkap saja orang itu.” Raymond bertanya dengan hati-hati.

“Sudahlah, jangan cari masalah lagi. Suruh Aldio mengurus lagi, aku tidak mau terjadi pengaruh negatif apapun terhadap Clara.” Rudy memesan dengan nada yang datar.

Sebenarnya, berita seperti ini bukan masalah yang besar, manager Clara sama sekali sanggup menyelesaikannya. Tetapi CEO sudah buka mulut, dia sebagai bawahan mana berani membantahnya.

“Baik, aku langsung menghubungi Aldio.” Raymond berdiri, mengulurkan tangan untuk menepuk bahu Rudy secara refleks.

Meskipun Rudy tidak berkata apapun, namun tetap mengerutkan alisnya.

“Kenapa terluka.” Raymond bertanya.

Rudy tidak berbicara, mengambil mancis untuk menyalakan sebatang rokok lagi.

Raymond melihat reaksinya seperti ini, lebih kurang juga bisa menebak. “Luka karena Clara ya, dia sudah menampar wajahmu, lalu menggigit bahu lagi, dia mau dimanjakan sampai ke langit ya, aku sudah bilang dari awalnya, wanita tidak boleh dimanjakan.”

“Kamu keluar saja.” Suara dingin Rudy memutuskan pembicaraannya. Di bawah asap rokok yang bertebaran, Raymond tidak dapat melihat jelas bagaimana ekspresinya, namun pastinya dia tidak berani membantah Rudy lagi. Sehingga dengan cepatnya menyelinap keluar.

Akhirnya ruangan bisa sunyi sejenak, Rudy sedikit memejamkan matanya, terus menatap rokok yang habis terbakar di ujung jari, tidak tahu juga apa yang sedang dipikirkan.

Luka bekas gigitan Clara masih terasa sakit, Rudy menahan satu tangannya lagi di atas bahunya.

Ruangan baru saja sunyi sejenak, namun ke dua pintu kayu yang kuat sudah di dobrak lagi oleh Raymond.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu