Suami Misterius - Bab 204 Kalah Uang Sampai Menjadi Miskin

Aldio mengacu pada bagaimana Raymond membiarkan pacarnya menang, dan kalah uang sampai menjadi miskin.

Setelah Raymond mendengarnya, dia mengangkat bahu dengan acuh tak acuh dan menjawab: "Aku belum berhasil mengejarnya, jadi aku tentu saja harus menghiburnya."

Aldio tertawa, tangannya menyentuh batu mahjong, dan berkata, "Dari mana kamu mengenalnya? Wanita ini terlihat sangat dingin."

Wajah pacar baru Raymond terlihat sangat sombong dan dingin, dan Aldio tidak tahan melihatnya, coba lihat Clara, betapa jujurnya Clara, menjebaknya secara terang-terangan.

"Seorang eksekutif dari anak perusahaan, mahasiswa yang lulus dari Universitas Harvard." Raymond menjawab.

Gadis yang biasa dia berpacaran adalah selebritis atau model yang lembut, dan dia sudah tidak tertarik dengan wanita seperti itu, wanita yang sekarang ini masih relatif segar baginya.

“Kamu berani bermain dengan wanita yang begitu baik, hati-hati nanti kamu tidak bisa menyingkirkannya.” Aldio mengingatkannya, begitu dia selesai berbicara, dia mengeluarkan batu Dong, dan Rudy yang duduk di seberangnya, langsung mendorong batu mahjongnya, Rudy menang lagi.

Aldio menyentuh hidungnya dan menghitung uangnya dengan sakit hati.

Rudy menerima uang, dan mereka terus bermain.

“ Fandy, mengapa kakak ipar tidak datang untuk bermain bersama?” Aldio mengobrol dengan Fandy lagi.

“Istriku tidak mengizinkanku untuk bermain denganmu, dia khawatir kamu akan mengajariku hal yang tidak-tidak.” Fandy berkata dengan jujur.

Aldio: "..."

Dia tidak ingin berbicara lagi, apakah masih bisa bermain bersama dengan bahagia?

Hasilnya terbukti, memang tidak mungkin untuk bermain bersama dengan bahagia, setelah bermain empat putaran, dia sudah kalah habis-habisan pada Rudy.

Wajah Aldio terlihat sangat buruk, dia berkata dengan kasihan, "Bos, aku sudah tahu salah."

Dia sekarang sangat menyesal mengapa dia mau banyak berbicara, mengapa dia berani meminta wanita dari bos memanggilnya kakak, bukankah dia sedang mencari mati?

"Boss, aku telah mendengar lagu baru kakak ipar, lagu ini pasti akan populer, aku sudah memesan untuk segera meletakkannya di platform utama untuk mempromosikannya."

Rudy meliriknya, dan menjawab dengan tenang, "Ya."

Bocah ini lumayan pintar.

“Aldio, kalian mau bermain sampai kapan? Aku sudah lapar.” Pada saat ini, pasangan Aldio berjalan kemari dan memeluk leher Aldio dengan manja.

“Segera berakhir.” Aldio mengulurkan tangan dan menepuk wajahnya.

Selanjutnya, beberapa orang mendorong batu mahjong dan berjalan ke ruang makan.

Semua jenis makanan telah disiapkan di meja panjang ruang makan, baik makanan Cina ataupun makanan Barat, semuanya dimasak oleh koki terkenal, bahkan sepotong makanan barat juga terlihat sangat indah seperti karya seni.

Suasana di meja makan cukup harmonis, wanita jarang berbicara, hanya pria yang sesekali berbicara, mereka berbicara tentang politik dan ekonomi domestik, para wanita juga tidak bisa mengikuti topik mereka.

Setelah makan, pelayan villa memberi mereka beberapa kartu kamar yang berwarna emas, Aldio mengambil satu, dan dua lainnya masing-masing berikan kepada Rudy dan Raymond.

“Ketika matahari paling baik di sore hari, merendam di sumber air panas terbuka adalah hal yang paling menikmati dan menyenangkan.” Aldio tersenyum dengan jahat.

Apa yang menyenangkan dari sumber air panas terbuka, tentu saja permainan antara pria dan wanita.

Aldio memegang kartu di satu tangan dan memeluk pasangan wanitanya di tangan lainnya, wanita tersebut bersandar di dalam pelukannya, tersenyum malu-malu, dan dengan pelan memukul dadanya, "Kamu paling jahat."

“Jika laki-laki tidak jahat, maka wanita tidak akan mencintainya.” Aldio tertawa, dan di hadapan semua orang, dia mencium bibir merah pasangannya dengan ganas.

Kemudian, mereka saling berpelukan dan berjalan keluar dari ruang makan, mereka sudah tidak sabar untuk kembali ke kamar untuk merendam di sumber air panas.

Clara menyeka sudut bibirnya dengan tisu, melihat kartu yang jatuh di depannya, dia mengerutkan alisnya dan berkata, "Rudy, aku sudah lelah, ayo kita pulang."

“Baik.” Rudy mengangguk, kemudian bangkit dan mengambil mantel Clara yang digantung di gantungan, dan dengan lembut meletakkannya di bahu Clara.

“Kami pulang dulu, kita bertemu lagi di lain hari.” Rudy berkata pada Fandy dan Raymond, kemudian menggandeng Clara dan pergi.

Setelah mereka berdua pergi, Raymond mengambil kartu kamar dan meraih pinggang pacarnya, tetapi dia dihindari oleh pacarnya.

"Aku juga harus kembali."

"Jangan terburu-buru, mari kita kembali ke kamar dan istirahat sebentar." Raymond berkata, dia berdiri dan meraih tangan pacarnya, namun tangannya langsung dibuang oleh pacarnya.

Wajah tersenyum Raymond langsung membeku, tampaknya wanita benar-benar tidak boleh terlalu dimanja, begitu kamu memanjanya, dia bahkan berani menampar wajahmu di depan umum.

Raymond berkata ingin kembali ke kamar untuk istirahat sebentar, jika wanita tersebut tidak bersedia, maka Raymond juga tidak akan memaksanya, dia tidak pernah memaksa wanita, hubungan antara pria dan wanita, yang paling penting adalah masing-masing bersedia.

Suasananya dingin untuk sementara waktu. Fandy melihatnya dan berkata: "Raymond, nanti temanin aku bermain catur, kita jarang ada waktu untuk bermain."

Fandy berbicara karena dia tidak ingin Raymond menimbulkan masalah, Raymond tentu saja tidak akan mencari ketidakbahagiaan demi seorang wanita.

"Baik, kamu pergi saja, ketika kamu keluar belok kiri, aku suruh supir mengantarmu pulang." Raymond duduk di sofa lagi, dia menyalakan rokok, dan berkata dengan acuh tak acuh.

"Aku telepon kamu ketika aku tiba di rumah." Pacarnya berkata dengan hati-hati.

"Terserah kamu, tapi aku tidak menjamin aku akan menjawabnya." Raymond sambil merokok sambil menjawab dengan santai, dia berkata bahwa 'tidak menjamin akan menjawab' adalah perkataan sopan, sebenarnya dia tidak mungkin akan menjawabnya lagi.

Pacarnya kaku di tempat untuk beberapa saat, sangat jelas dia sedang menunggu sesuatu, namun, Raymond tidak memberinya wajah, akhirnya dia pergi.

Di ruang makan yang besar, hanya sisa Fandy dan Raymond yang saling memandang.

“Tidak bolehkah kamu lebih menyanyangi anak gadis?” Fandy berkata.

Raymond mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, "Kak Fandy, kamu jangan salahkan aku, aku sangat menyayangi wanita, karena dia terlalu berpura-pura sombong, jadi tidak ada artinya."

"Tampaknya kabar baik Rudy semakin dekat, kamu juga harus lebih memperhatikan, kamu sudah hampir berusia tiga puluh tahun, apakah kamu ingin jomblo seumur hidup?" Fandy berkata lagi.

"Kamu jangan khawatir tentang aku, kamu lebih baik khawatir dengan Aldio terlebih dahulu, dia dua tahun lebih tua dariku." Raymond mendorong Aldio di depan dirinya.

"Aldio? Aku tidak bisa mengaturnya." Fandy menjawab.

Aldio dan Raymond berbeda, Aldio adalah playboy, dia tidak pernah serius dalam berpacaran, tetapi Raymond sangat serius dengan setiap wanita yang dia pacaran, hanya saja dia belum pernah bertemu dengan wanita yang bisa mengendalikannya.

Ketika mereka sedang berbicara, Aldio berjalan kemari dengan santai.

"Begitu cepat? Akhir-akhir ini fungsi ginjalmu kelihatannya kurang bagus, ingat makan tiram lebih banyak untuk memperkuatkannya."Raymond berkata sambil mengambil tindakan, dia mengambil sumpit, dan memberinya sebuah tiram.

“Pergi.” Aldio memelototinya, "Dia datang bulan, sungguh tidak menyenangkan."

Setelah selesai berbicara, dia duduk di sebelah Fandy dan menatap Raymnd, "Bagaimana dengan situasimu? Kenapa kamu masih duduk di sini?"

"Dia tidak bersedia dan sudah pergi." Raymond berkata.

Setelah selesai berbicara, dia ditertawakan oleh Aldio.

Aldio tertawa sampai hampir tersedak, dia mendongak, dan melihat kartu kamar yang tertinggal di atas meja, "Di mana Rudy?"

"Pulang bersama Clara." Raymond berkata.

"Aku dulu tidak menyadarinya, ternyata Rudy masih memiliki potensi untuk menjadi suami berbakti, dia begitu patuh dengan wanita ini, siapakah Clara ini? Dulu, Nona Besar Keluarga Rahma saja tidak memiliki keberanian untuk mengaturnya.” Aldio sekarang sangat penasaran terhadap Clara.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu