Suami Misterius - Bab 190 Apakah Kamu Mencintaiku

Hal yang paling dia benci terhadap Elaine, bukanlah karena dia membatalkan pernikahan di saat dirinya dalam kesulitan, dan juga bukan pembohongannya, tapi karena Elaine tidak menyelamatkan ayahnya.

Tidak peduli betapa dia mencintainya di masa lalu, dia juga tidak akan menginginkan seorang wanita yang kejam.

“Aku merasa keadaan seperti saat ini lumayan baik, sibuk tapi merasa terpenuhi.” Marco tersenyum berkata. Elaine pernah mengkhianatinya, dan dia juga membalasnya, masa lalu di antara mereka sudah tidak berhutang, Marco tidak ingin membicarakannya lagi.

“Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?” Marco bertanya lagi.

“Lumayan baik. Setelah istirahat beberapa saat, sekarang mulai syuting lagi.” Clara tersenyum acuh tak acuh.

Dalam kesan Marco, dia sepertinya selalu berpenampilan acuh tak acuh, tetapi sebenarnya Marco tahu dia memiliki pikiran sendiri.

Dalam hal-hal tertentu, Clara sangat mirip dengan Evi, sangat bersikeras terhadap keputusannya. Misalnya tidak akan kembali menerima sesuatu yang telah terlewati.

“Bagaimana dengan dia? Apakah dia baik padamu?” Marco terus bertanya.

“Apa?” Clara tertegun sejenak kemudian mengerti, 'Dia’ yang dikatakan Marco seharusnya adalah Rudy.

Mereka berdua pernah bertemu di pemakaman ibunya.

“Lumayan baik.” Clara mengangguk menjawab.

“Dia, bagaimana sifatnya? Dan bagaimana keluarganya?” Marco terus bertanya.

Clara mengerutkan kening, dia merasa pertanyaan yang ditanyakan mantan pacar ini sudah sedikit melewati batas, tetapi dia tetap menjawab, “Orang biasa, melakukan bisnis modal kecil.”

“Bisnis modal kecil?” Marco mengangkat sudut mulutnya, tersenyum penuh makna.

Dia tidak tahu apakah Clara sama sekali tidak mengetahui identitas pria itu, atau tidak ingin terus terang padanya. Seorang pria biasa tidak akan memiliki temperamen bangsawan, dan memiliki aura yang kuat dan unik seperti ini.

Ketika melewati samping pria itu, pihak lain sama sekali tidak memandangnya. Ini bukan meremehkannya, tapi merupakan suatu kebiasaan, mengabaikan orang yang tidak setingkat dengannya.

Marco sangat yakin, pria seperti ini tidak hanya kaya tapi juga memiliki kekuatan yang besar.

Dia meminya seseorang untuk menyelidiki identitasnya, namun detektif swasta tidak menemukan apa pun. Memiliki kemampuan seperti ini dan dapat menyembunyikan dirinya dengan begitu mendalam, Marco tidak berani memikirkan identitasnya.

Di Kota A, orang seperti begini tidak banyak.

Tetapi mengapa orang seperti begini akan muncul di samping Clara? Ini membuat Marco tidak mengerti.

“Tidak peduli bagaimanapun, selama dia baik padamu, itu sudah cukup.” Marco berkata dengan lembut, nadanya penuh perasaan.

Dia masih ingat, Clara pernah bilang, dia akan hidup lebih baik daripada dia.

Iya, dia selalu hidup dengan baik. Hanya Marco sendiri yang menjadi semakin buruk.

Ponsel Clara di atas meja tiba-tiba berdering, dia mengambilnya dan meletakkan di telinga menjawab, suara Luna yang kuat hampir memekakkan telinga.

“Clara Santoso, ke mana kamu pergi, segera kembali, aku menunggumu di luar pos pemeriksaan.”

Setelah menutup telepon, Clara tersenyum berkata pada Marco, “Aku harus pergi dulu, lain kali baru ketemu lagi.”

Marco mengangguk, melihatnya pergi menarik koper tanpa memutar kepala.

Clara menarik koper pergi ke arah Luna, kemudian keduanya masuk ke pos pemeriksaan satu per satu.

Setelah berhasil melewati pos pemeriksaan, keduanya duduk di ruang tunggu sedang menunggu naik ke pesawat.

“Aku pergi ke toilet.” Clara melemparkan koper kepada Luna, sendirian mengambil ponsel dan berjalan menuju ke arah toilet.

Clara melewati luar toilet, tapi tidak masuk ke dalam, dia berjalan lurus ke depan, di sana lumayan sepi.

Clara mengambil ponsel dan menelepon Rudy.

Panggilan telepon terhubung, kedua pihak sangat sunyi.

“Ada apa?” Rudy bertanya, nada rendahnya terdengar penuh perhatian.

“Syuting diadakan lebih awal, aku akan segera terbang ke Kota C, sekitar dua bulan kemudian baru akan pulang.” Clara berkata.

“Ya, hati-hati di perjalanan.” Rudy berkata.

“Bagaimana denganmu, apa yang sednag kamu lakukan?” Clara bertanya.

“Lagi rapat.” Rudy memutar kepala, melirik ke arah ruang konferensi, saat ini sekumpulan eksekutif sedang menunggunya di dalam.

Dan di dalam telepon, gambar yang muncul di pikiran Clara adalah adegan di mana lima atau enam orang di perusahaan memenuhi ruangan yang sempit.

Dia bahkan berpikir, setelah bisnisnya stabil, dia akan menginvestasikan uang untuk membuka sebuah perusahaan yang lebih besar.

Kemudian, ada keheningan di kedua pihak.

Clara tidak berkata, Rudy diam-diam menunggu, dia selalu sangat sabar padanya.

Setelah diam sesaat, Clara tiba-tiba bertanya, “Rudy, apakah kamu mencintaiku?”

Dalam telepon, pria tertegun sejenak kemudian suara magnetiknya menjawab, "Ya."

"Apa maksud dari kata Ya? Sebenarnya mencintaiku atau tidak?" Clara tidak puas dengan jawabannya.

Rudy tersenyum tak berdaya, “Cinta tidak perlu selalu dikatakan di mulut.”

“Kamu tidak mengatakannya, bagaimana aku bisa tahu.” Clara mengeluh.

Rudy mengulurkan tangan memegang dahinya, dia selalu tidak dapat membantahnya. “Oke, aku akan mengatakannya ketika kamu kembali.”

"Oh." Clara memaksa diri menyetujuinya, dan bertanya lagi, “Kalau begitu apakah kamu merasa aku mencintaimu?”

“Sepertinya pertanyaan tidak seharusnya dijawab olehku.” Rudy tersenyum berkata. Apakah dia mencintainya, dia seharusnya lebih jelas.

“Apakah kamu tidak punya jantung? Emangnya kamu tidak merasakannya!” Nada bicara Clara sedikit emosional.

“......” Rudy tidak dapat menjawab.

Rudy mencintainya harus mengatakannya, sedangkan dia mencintainya atau tidak, dia harus merasakannya sendiri. Wanita benar-benar adalah makhluk yang tidak masuk akal.

“Apa yang terjadi hari ini? Mengapa tiba-tiba mengajukan pertanyaan seperti ini.” Rudy berkata.

“Aku bertemu seseorang di bandara dan dia mengatakan tidak pernah melihat cinta dalam mataku.” Clara berkata dengan jujur.

“Mantan pacar?” Rudy bertanya sambil tersenyum.

Clara memegang ponsel tidak berkata, ini sebagai tanda mengakuinya.

“Kalau dudah menjadi orang yang tidak berhubungan, tidak perlu mendengar kata-katanya.” Rudy berkata lagi.

Clara menggerakkan bibirnya dan berpikir dalam hati, Aku khawatir kamu buta seperti Marco, dan juga tidak melihat cinta dalam mataku.

Dia bisa gila kalau diselingkuhi lagi oleh pria. Mungkin telah mengeluarkan terlalu banyak perasaan terhadap Rudy, dia malah tidak berani berpikir apa yang akan terjadi kalau benar-benar terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Pokoknya, tidak akan setenang bersama Marco, dia takut dirinya akan hilang kendali dan mematahkan kaki ketiganya.

“Clara, apakah kamu masih ingat apa yang aku katakan padamu? Aku akan menunggumu.” Nada Rudy sangat lembut, tetapi dia mengatakannya dengan serius.

Ada perbedaan usia tertentu di antara mereka, di mata Rudy, Clara hanyalah seorang gadis kecil. Tidak masalah kalau dia tidak mencintainya sekarang, asalkan Rudy mencintainya, dia cukup sabar menunggunya, suatu hari nanti dia pasti akan jatuh cinta padanya.

“Clara, Clara Santoso!” Tiba-tiba terdengar suara Luna dari belakang. “Sudah mau naik pesawat, ke mana kamu pergi?”

Clara memutar kepala melihat Luna, dan terburu-buru menutup telepon, menginjak sepatu hak tinggi, dan bergegas mendekati Luna.

Di gerbang keberangkatan sudah mulai antri, keduanya pergi membawa tiket masuk.

Clara mengikuti Luna duduk di kursinya kemudian Luna langsung bertanya, “Tadi sedang bertelepon dengan siapa?”

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu