Suami Misterius - Bab 167 Tidak Bisa Terus Berpura-pura

Setelah tiba di rumah, Clara baru tahu hari ini Sus Rani istirahat. Makan malam sudah disiapkan, setelah menyerahkan Wilson pada mereka, Sus Rani langsung pergi.

Dalam apartemen sangat jarang hanya tersisa mereka sekeluarga bertiga, setelah makan malam, Rudy masuk ke ruang study untuk menangani sebuah dokumen, setelah keluar, ruang tamu seolah-olah dimasuki maling, mainan berserakan di mana-mana, pakaian dan sandal juga berserakan di lantai.

Di depan jendela, Clara sedang berpura-pura menjadi seekor harimau besar menakuti putranya, bocah kecil berteriak sambil berlari, dan langsung melompat masuk ke dalam pelukan Rudy.

Begitu melihat Rudy, Clara sepertinya melihat penyelamat, “Aku hampir mati kelelahan! Kamu jaga dia sebentar, aku pergi minum air.”

Clara kehausan, mengeluarkan minuman dari dalam kulkas, dan langsung menghabiskan setengah botol.

Setelah meminum air, dia keluar dari dapur dan melihat Wilson sedang duduk diam di sofa dan menonton, lalu Rudy sedang membersihkan lantai.

Dia mengenakan kemeja biru tua, lengannya digulung ke atas, dan sedang membungkukkan tubuh mengemas mainan di lantai.

“Ayo bantu.” Dia memandangnya dan berkata.

Clara menyesal dirinya terlalu cepat selesai meminum air, seharusnya menunggu dia selesai menggemas, baru dia mendekatinya, tidak tahu apakah masih sempat kalau dia bersembunyi kembali ke dalam dapur saat ini.

Clara mengambil langkah maju dengan lambat, meletakkan kembali pakaian dan sandal yang berserakan di lantai ke tempat semula.

Wilson menonton sekitar 5 episode kartun, dua puluh menit kemudian, Rudy mematikan TV.

Wilson merasa belum puas, dia mencibir dan menunjukkan ketidakpuasannya, tetapi Rudy memiliki keagungan seorang ayah, bocah kecil tidak berani membantah ayahnya, dia segera masuk ke kamarnya dan mandi.

Tuan Sutedja dan Nona Santoso tidak terlalu mahir dalam urusan memandikan anak mereka, jadi kamar mandi menjadi medan perang lagi, untungnya Wilson selesai dimandiin dengan wangi dan digendong ke atas ranjang.

Sekeluarga bertiga berbaring di ranjang besar, Wilson berbaring di tengah, ayahnya di sebelah kanan dan ibu di sebelah kirinya.

Bocah kecil jarang tidur bersama ayah dan ibunya, jadi kali ini terlihat jelas sangat senang, dia tidak berhenti melihat ke kanan dan ke kiri, selalu bolak-balik dan akhirnya tertidur.

Clara sudah capek seharian, dia juga tertidur. Tepat ketika dia sedang tidur nyenyak, dia sepertinya mendengar suara ponsel berdering.

Dia tanpa sadar mengulurkan tangan memegang ponsel, tapi malah tersentuh sebuah dada yang hangat dan kuat.

Clara tiba-tiba langsung kembali sadar, membuka lebar matanya, dia melihat tatapannya yang mendalam tanpa peringatan. Di malam yang gelap, matanya yang terlihat bagaikan batu amber sangat menyilaukan.

Clara tanpa sadar menggerakkan tubuhnya, dia baru menyadari ternyata dirinya tertidur di lengan Rudy, dan tidak tahu kapan Wilson dipindah ke tepi ranjang.

“Sudah bangun?” Di malam yang sunyi, suaranya yang rendah terdengar sangat merdu.

Baru saja selesai berkata, dia melihat ponselnya dipegang oleh Rudy di tangannya, layar ponsel sedang berkedip, dan nama penelepon menunjukkan nama Marco.

“Kamu masih ingin pergi bertemu dengannya?” Rudy bertanya dengan lembut dan tatapannya terlihat sangat mendalam.

Clara merasa bersalah yang terjelaskan, detik kemudian, dia langsung menutup telepon.

“Aku masih ngantuk, tidurlah.” Clara berkata. Dia berbalik, dengan punggung menghadapnya dan memejamkan matanya.

“Ya.” Terdengar tanggapan pria yang lembut, dia mengulurkan tangan, dan memeluknya ke dalam pelukan.

Punggung Clara menempel di dadanya yang kuat, dia merasakan suhu di dadanya bagaikan api membara. Ciuman yang lembap jatuh di lehernya yang putih, lalu naik ke atas kemudian mencium bibirnya.

Otak Clara selalu berada dalam situasi bingung, sampai terdengar suara anak.

“Ayah, Ibu.”

Keduanya mungkin terlalu fokus, sehingga tidak tahu kapan bocah kecil bangun, hanya melihat dia duduk di sebelah mereka, tangannya yang berdaging menggosok matanya, sepasang mata yang besar menatap ayah dan ibunya yang sedang berpelukan dengan penuh penasaran.

Dalam ruangan tiba-tiba menjadi sunyi, bahkan tidak terdengar suara bernafas.

Kemudian, Clara segera mendorong Rudy menjauh, dan mengancing kembali pakaiannya.

Dibandingkan dengan tindakan Clara yang tergesa-gesa, Rudy terlihat tenang, dia mengulurkan tangan menggendong anaknya, tetapi wajahnya yang tampan juga menunjukkan ekspresi canggung.

Bocah kecil masih belum tahu dirinya telah mengganggu ayahnya, berbalik di dada ayahnya yang hangat, si kecil lanjut tidur.

Rudy: “.......”

Menahan kemarahan, kalau bocah kecil ini bukan anak kandungnya, mungkin sudah dilemparkan ke lantai bawah.

Wilson kembali ke posisi tengah, dan tertidur nyenyak.

Tidak peduli bagaimana melihat, Rudy selalu merasa si kecil benar-benar merusak pemandangan. Betapa baiknya, kalau bisa melempar keluar.

“Aku, aku pergi mandi.” Clara mengambil kesempatan kembali ke ruang tamu.

Pagi berikutnya, begitu Wilson bangun, Sus Rani sudah kembali.

Sus Rani memandikan Wilson, kemudian menggendong Wilson turun dan makan di bawah.

Sangat jarang Clara bangun pagi, dia menemani mereka pasangan ayah dan anak sarapan bersama.

“Mengapa tidak lanjut tidur?” Rudy bertanya. Dia tahu akhir-akhir ini dia tidak memiliki kerjaan.

“Nanti ingin kembali ke keluarga Santoso.” Clara tidak menyembunyikannya.

Pagi-pagi sekali, dia sudah mendapat panggilan telepon dari keluarga Santoso dan mendesaknya kembali. Clara tahu pasti tidak ada hal baik. Semalam, dia baru saja membully putrinya. Hari ini, ibunya pasti ingin menghajarnya kembali.

Clara tidak takut pada Rina, dia hanya merasa betapa baiknya memiliki seorang ibu.

Mendengar dia berkata akan kembali ke keluarga Santoso, Rudy mengangkat alisnya, “Jangan memaksa dirimu melakukan hal-hal yang tidak ingin kamu lakukan.”

“Yah, aku tahu.” Clara tersenyum menjawab, mengambil sepotong daging dengan sumpit dan meletakkannya di mangkuk Rudy.

Setelah sarapan, Sus Rani membawa Wilson pergi belajar, Rudy pergi ke perusahaan, lalu Clara adalah yang terakhir keluar, setelah merias wajah, dia mengendarai mobil pergi ke keluarga Santoso.

Mobilnya parkir di halaman seperti biasanya, mendengar suara mobil, Wulan keluar menyambutnya dengan cemas.

“Nona Elaine sudah kembali. Baik wajah Tuan maupun Nyonya semuanya terlihat buruk, Nona kamu harus berhati-hati.” Wulan ikut masuk ke dalam villa bersama Clara, dia berjalan sambil berkata dengan cemas.

“Aku tahu.” Clara menjawab dengan tenang.

Di ruang tamu, semuanya jarang sekali kumpul bersama, bahkan Yunita juga kembali.

Dia mungkin terpaksa kembali, Elaine mengalami keguguran, dia sebagai kakak kandungnya kalau tidak kembali untuk menunjukkan perhatiannya, itu akan terlihat terlalu kejam.

Clara masuk ke ruang tamu, dan baru saja menghentikan langkahnya, Rina langsung menamparnya. Ini adalah pertama kalinya Rina hilang kendali di depan Yanto, setelah berpura-pura sebagai Istri yang baik dan ibu yang ramah selama bertahun-tahun, akhirnya dia tidak bisa meneruskannya lagi.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu