Suami Misterius - Bab 1331 Pangeran Itu Tidak Perlu Bekerja Di Dapur

Mata semua orang sangat jernih dan tajam, Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja menghabiskan begitu banyak uang seperti ini serta dengan terang-terangan mengejar cinta Diva, pasti ini bukan hanya sekedar untuk bersenang-senang saja. Mungkin tidak lama lagi, Diva akan jadi nyonya kedua keluarga Sutedja.

Jika Guan tidak berselisih dan terus bersitenggang dengan Diva, maka dengan adanya Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja sebagai menantu luar biasa ini, mungkin Keluarga Maveris akan terus bersinar dan berjaya di masa depan.

Setelah para pemegang saham meninggalkan ruang rapat satu persatu, Guan duduk terpuruk dengan kesal namun tak berdaya.

Direktur Tabani duduk di sampingnya, menghela napas dan mencoba membujuknya "Pak Maveris, menurutku sudahi saja. Diva sudah sangat mandiri dan bisa berdiri dengan kakinya sendiri sekarang. Kita juga sudah tua, sudah tidak bisa mengendalikan ataupun mengatur-aturnya. Apalagi, putrimu ini benar-benar hebat dan punya kemampuan, bisa-bisanya dia mendapatkan Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja, pendukung yang hebat dan sangat bisa digantungkan. Nanti kalau dia sudah resmi masuk dan menjadi anggota keluarga Sutedja, maka tidak akan bisa dibandingkan dengan sekarang lagi.

“Apa dia benar-benar menikah dan bisa masuk ke dalam keluarga Sutedja?” Cibir Guan.

Direktur Tabani menepuk pundaknya dan berkata dengan sungguh-sungguh "Kita berdua ini laki-laki. Lihatlah sikap Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja itu, tampak sekali dia sudah terpikat dan tergila-gila dengan Diva. Aku jamin delapan puluh persen pasti Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja itu akan menikahi Diva. Keluarga Sutedja adalah keluarga terpandang dan kaya raya dari keluarga terpandang dan kaya raya. Jika menikah dan punya hubungan keluarga dengan keluarga Sutedja maka Keluarga Maveris akan bangkit dan naik statusnya. Lalu, kenapa kamu masih saja berselisih dengan Diva.”

“Aku tidak berselisih. Masa depan Brandon nantinya bagaimana.” Guan menghela nafas berat. Bahkan jika saja putranya ini memiliki setengah saja keterampilan dan kemampuan dari Diva, mungkin dia tidak perlu mengkhawatirkannya seperti ini.

Dalam hal ini, Direktur Tabani juga tidak bisa berkata-kata.

Keduanya sama-sama anak dari Guan. Diva muda namun sudah sangat bijaksana, cerdas dan penuh perhitungan yang matang. Dia juga sangat mampu mengelola perusahaan. Lalu jika menengok ke Tuan Muda Maveris, hanya pria yang tak bisa apa-apa, yang paling bisa merepotkan dan mencari masalah. Benar-benar membuat orang tidak bisa bicara.

“Pak Maveris, dengarkan nasihatku dan berhentilah bertengkar dan berselisih. Walaupun kamu menggunakan nyawa tuamu itu, kamu tetap tidak akan bisa bersaing dengan Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja. Lebih baik cari kesempatan bagus untuk memperbaiki hubunganmu dengan Diva. Kalau mengenai putramu Brandon, dia nanti punya kakak ipar Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja, lalu apa yang perlu dikhawatirkan mengenai masa depannya nanti.”

“Memperbaiki hubungan? Mudah bicaranya, kamu juga bukannya tidak pernah melihat, selama bertahun-tahun ini, putriku tidak berbaktiku ini selalu saja berselisih denganku.” Kata Guan dengan marah.

"Darah lebih kental daripada air. Bagaimanapun, dia adalah putri kandungmu. Apa mungkin tidak mengakui kamu, ayahnya sendiri. Menurutku, lebih baik minta kakak ipar yang sekarang untuk pergi dan pindah dulu dari rumah, lalu kamu jemput pulang kakak ipar tua alias ibu Diva kembali ke rumah kalian. Kemudian, kalian sekeluarga tiga orang ini berkumpul bersama untuk membangun dan membina hubungan baik.”

“Aku akan memikirkannya dulu.” Kata Guan dengan mengerutkan keningnya. Lalu, bergumam dengan tidak sabar dan kesalnya “Menyuruhku membujuk wanita tua sakit-sakitan itu, benar-benar bikin kesal saja.”

***

Di saat yang sama, Mahen menarik Diva berjalan masuk ke dalam lift eksklusif.

Mahen mengurung tubuh Diva di pojokan lift. Tubuh Mahen yang tinggi menghalangi cahaya redup di atas kepalanya dan mata Mahen yang gelap menatap Diva sambil menyeringai.

Diva menundukkan kepalanya sedikit dan tidak berkata apa-apa, dia hanya merasa udara di sekitarnya seolah menghilang perlahan, nafas yang dia hirup seolah semuanya bau cologne di tubuh Mahen. Dan mata Mahen yang terasa panas itu terus tertuju di kepalanya, seolah ingin melelehkannya.

Suara tingtong dari lift berbunyi dan lift berhenti di lantai tempat parkir. Mahen menggandeng tangannya dan berjalan keluar dari lift. Dan langsung memasukkannya ke dalam mobilnya. Lengan Mahen merangkul pinggang ramping Diva dan mengurung seluruh tubuh Diva di kursi belakang.

“Apa kamu senang dan terkejut aku muncul disini?” Tanya Mahen sambil tersenyum. Jemari panjang dan rampingnya menelusuri dagu Diva “Orang yang bermarga Minto itu, sudah dibayar dan dibeli oleh Guan dengan uang yang sangat banyak. Jika bukan karena aku yang membereskannya dan langsung mengambil dan memenangkan beberapa pemegang saham kecil itu. Mungkin kamu sekarang sudah didepak dari permainan ini oleh ayahmu sendiri.”

Diva mengangkat pandangan matanya, lalu bulu matanya yang tebal dan panjang berkedip. Di mata cantiknya, bersinar kelicikan dan kecerdasan “Walaupun aku bukan CEO perusahaan. Aku tetap adalah pemegang saham terbesar kedua di Shinee Movie. Guan tidak akan mudah untuk mengeluarkanku dari permainan ini. Hari masih terlalu jauh, aku pasti akan menemukan cara dan kesempatan untuk membalikkan dan memenangkan permainan ini.”

“Kalau begitu, aku lagi-lagi terlalu ikut campur?” Tanya Mahen sambil menaikkan alisnya.

Begitu mendengar ini, Diva menatap tajam ke Mahen. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan serius “Jika tidak ada kamu. Walaupun aku tetap bisa memenangkannya, namun memenangkan dengan terlihat cukup menyedihkan. Mahen, kamu membuatku punya perasaan untuk bisa bergantung terhadap orang lain. Kamu juga membuatku merasa kalau aku tidak sendirian dan aku tidak perlu lagi menghadapi semuanya sendirian. Mahen, terima kasih.”

Diva langkah sekali mengatakan ucapan yang Mahen suka dengarkan. Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja sangat senang sekali. Dia tersenyum dengan menggoda dan tampak begitu licik.

"Sangat jarang mendengar kata 'terima kasih' dari mulutmu, jadi bagaimana rencanamu untuk berterima kasih padaku?"

Diva merapatkan bibir merahnya, pipinya memerah dan dia langsung mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengecup bibir Mahen.

Mahen tersenyum, lalu jari panjang dan rampingnya mengelus tempat dimana Diva mengecupnya.

“Itu saja?” Tanya Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja sambil menaikkan alisnya memperlihatkan dia tak terlalu puas.

“Ya.” jawab Diva mengangguk dengan malu-malu.

Mahen tersenyum, lalu jemari panjangnya itu mencubit hidung Diva. Tidak peduli gerakan maupun ekspresinya, itu semua penuh dengan kasih sayang “Nona besarku. Kamu tahu berapa banyak uang yang aku gunakan dalam urusan ini? ciumanmu ini benar-benar mahal sekali ya.”

“Menyesal?” Tanya Diva sambil merapatkan bibirnya.

“Tidak menyesal sama sekali. Ini sangat setimpal dan layak.” Jawab Mahen dengan lantang.

Diva menatap tajam dan sungguh-sungguh mata gelap dan dalam Mahen, lalu dengan lembut dia menyandarkan kepalanya ke dada Mahen.

Mahen setengah merangkulnya, lalu bertanya dengan lembut “Pulangkah?”

“Iya.” Jawab Diva menganggukkan kepala. Dia pun berkata dengan sejujurnya “Belum makan pagi. Aku merasa tidak terlalu enak badan, ayo kita pulang ke apartemen.”

“Baiklah.” Jawab Mahen. Dia membuka pintu mobil dan turun, lalu duduk di bangku pengemudi. Diva tidak turun mobil, dia masih duduk di bangku penumpang belakang dan langsung memasang sabuk pengamannya dengan baik.

Ketika Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja mengendarai mobil dengan baik, maka mobilpun melaju dengan sangat stabil dan begitu nyaman.

Jarak apartemen Diva dan perusahaan sangat dekat sekali. Ditambah lagi, kondisi jalan yang sangat sedang baik. Sepuluh menit kemudian, Mobil mewah Mahen sudah terparkir di lantai bawah apartemen Diva.

Mereka berdua bergandengan tangan masuk ke dalam apartemen. Diva mengganti sepatunya lalu berjalan masuk ke dalam ruang tamu dan langsung duduk di sofa. Satu tangannya memijat dan menekan-nekan keningnya.

Akhir-akhir ini, dia selalu merasa sangat lelah sekali, terkadang lesu dan terkadang tidak bisa tidur. Ternyata menjadi seorang ibu itu tidak mudah.

“Tidak enak badankah?” Tanya Mahen.

“Em, sedikit.” Jawab Diva.

"Aku akan masak sesuatu.” Kata Mahen mengajukan diri sendiri dengan berani.

Tuan Muda Kedua Keluarga Sutedja membuat masakan pertama kali dalam hidupnya. Mie telur ayam, yang benar-benar terlalu memaksa matangnya. Telur ayamnya sampai hancur karena direbus terlalu lama, bahkan telurnya sampai susah sekali diambil.

Diva memandangi kuah dan mie encer di depannya, tersenyum tipis, lalu mengambil sumpitnya dan makan satu gigitan, dia makan dengan sangat elegan dan indah.

“Enakkah?” Tanya Mahen penuh semangat.

“Yah, lumayan.” Jawab Diva tersenyum dan mengangguk.

“Benarkah, tampaknya aku masih memiliki bakat memasak ternyata. Mulai sekarang, aku akan memasak untukmu setiap hari.” kata Mahen lantang.

Diva yang sedang mengambil mie dengan sumpitnya, langsung merasa tersentak begitu mendengar ini. Lalu, dia menoleh ke arah Mahen dan bertanya dengan hati-hati “Mahen, kamu tidak seriuskan ini?”

"Seriuslah." Kata Mahen sambil menyeringai.

Diva meletakkan sumpitnya, tersenyum tipis dan berkata "Pangeran itu tidak perlu bekerja di dapur.”

Mendengar ini, Mahen langsung tersenyum cekikikan. Dia mengulurkan tangan mencubit dagu Diva “Kalau memang tidak enak, bilang saja sejujurnya. Aku juga tidak akan marah.”

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu