Suami Misterius - Bab 1224 Pemikirannya, Hanyalah Keinginan Sepihak

Keyra selesai mendengarnya, lalu mengangguk. Memang, menurut logika normal, jika Zindy mengandung anak dari Gerald, seharusnya dia menggunakan anak untuk bisa naik posisi, bagaimana mungkin menggunakan nyawa anak untuk menuju kehancuran bersama Shakira.

“Aku pernah bertanya pada Gerald, dia berkata bahwa anak Zindy tidak ada hubungan dengannya.” Keyra berkata.

Shakira mencibir, tidak mengatakan apa pun.

“Situasi pada saat kejadian, serta percakapanmu dengan Zindy, apakah kamu memberi tahu Gerald?” Keyra bertanya lagi.

Shakira mengangguk, menyindir mengatakan: “Sudah aku ceritakan. Kemudian, dia menatapku dengan tatapan untuk orang asing.”

Keyra selesai mendengarnya, dalam sekejap langsung paham.

Shakira di kurung dalam pusat penahanan, tidak ingin bekerja sama dengan pengacara, juga tidak membela diri, itu karena orang yang seharusnya paling percaya padanya malah tidak mempercayainya, maka bagi dia, segala sesuatu yang lain tidak ada artinya lagi.

Setelah Shakira dan Dina meninggalkan keluarga Su, suasana hati juga agak rumit.

Dina berkata: “Shakira sungguh terlalu kasihan. Kalau begitu teman masa kecilmu Gerald itu juga benar-benar pria bajingan. Orang semacam ini, bertemu sekali maka akan aku pukul sekali.”

Keyra menaikkan sudut bibirnya, menjawab sepatah “Kamu juga harus sanggup mengalahkannya baru bisa.”

Dina: “……”

Dina tidak bisa mengatakan apa-apa, sekuat tenaga mendengus, mengekspresikan ketidakpuasan.

Ada keheningan sesaat antara satu sama lain, kemudian, Dina bertanya lagi: “Apakah kamu percaya dengan ucapan Shakira?”

“Tingkat kepercayaan cukup tinggi, setidaknya, aku tidak mendengar adanya kekurangan atau ketidaklogisan. Kata-kata yang dia ucapkan, pada dasarnya konsisten dengan penyelidikan kita selama beberapa hari ini di rumah sakit.”

Keyra dan Dina sudah menghabiskan waktu lebih dari satu minggu di rumah sakit pusat, jelas bukan hanya untuk berman-main, hal yang bisa ditanyakan, mereka telah menanyakan semuanya dengan jelas dan detail.

Di rumah sakit, memang beredar banyak rumor mengenai Gerald dan Zindy dan pada hari kejadian, seorang perawat di departemen pediatri memang melihat Zindy mencari Shakira, hanya saja tidak mendengar apa yang mereka katakan.

“Namun, aku seorang pengacara, tidak bisa mempercayai kata-kata sepihak saja, harus tunggu setelah bertemu dengan Zindy baru membuat kesimpulan.” Keyra mengatakan.

“Lalu, masih tunggu apa lagi, kita segera pergi cari Zindy.” Dina tergesa-gesa mengatakannya.

Keyra mengangkat pergelangan tangan, melihat waktu di jam tangan, sudah jam empat sore. “Sudah terlalu sore, besok saja. Kasus ini juga tidak terburu-buru.”

Dina mengangguk, tidak menyatakan keberatan.

Keduanya naik taksi kembali ke hotel, ketika melewati jalan makanan, Keyra turun dari mobil, membungkus banyak makanan ringan yang ada di kota A, bersiap dibawa untuk Alfy.

Dina melihat berbagai macam kotak makanan yang dia bawa ke dalam mobil, sambil tersenyum mengolok-olok: “Memang sudah seharusnya kamu memberikan asupan gizi untuk Tuan Muda Sanusi, setiap malam mencari kesenangan, sungguh terlalu melelahkan.”

Keyra sedikit memerah, melototinya sejenak, memberikan salah satu kantong padanya.

“Apakah ini biaya tutup mulut?” Dina berkata sambil tersenyum.

“Makan saja agar bisa menutup mulutmu.” Keyra menjawab.

Mobil terus melaju, Keyra mengeluarkan ponsel, mengirimkan sebuah pesan kepada Diana.

Keyra: “Diane, terakhir kali pil pencegah kehamilan yang kamu berikan padaku, merek apa?”

Diana balas dengan cepat: “……Situasi apa ini? Alfy berada di kota A?”

Keyra: “Ya.”

Diana: “……”

Setelah Diana mengirimkan serangkaian ikon ekspresi terkikik, berkeringatan, menggila dan berbagai macam ekspresi lainnya, baru mengirimkan selembar foto kotak pil padanya.

Keyra melihat nama obat dengan teliti, begitu mengangkat kepala, kebetulan melihat sebuah toko obat yang tidak jauh dari sana.

Keyra menyuruh supir menghentikan mobil di tepi jalan, kemudian tergesa-gesa turun dari mobil, masuk ke dalam toko obat, lalu tergesa-gesa kembali lagi sambil membawa obat.

Dina melihat kotak obat di tangannya, tidak mengatakan apa-apa.

Tiba di hotel, Keyra membawa kotak makanan langsung kembali ke kamar.

Dia membuka pintu dengan kartu kamarnya, di dalam kamar, Alfy mengenakan pakaian santai rumah berwarna krem, sedang duduk di sofa kecil depan jendela Perancis, menggunakan komputer untuk bekerja.

Walaupun sedang liburan, tapi sebagai presdir Grup Sanusi, tetap memiliki pekerjaan yang tiada habisnya.

“Aku pulang.” Keyra berkata dengan suara keras, meletakkan kotak makanan yang dibawanya ke atas meja.

Alfy mendengarnya, lalu menoleh melihat ke arahnya, tersenyum dengan ekspresi hangat.

Dia berdiri dan berjalan ke hadapannya. Mengulurkan tangan membelai kepalanya.

Keyra tersenyum, mengambil kesempatan meraih tangannya, bertanya: “Hari ini patuh apa tidak?”

Alfy tertawa lepas, menjawab: “Sangat patuh, tidak keluar kamar selangkah pun.”

“Sangat bagus, hadiah untukmu.” Keyra menunjuk berbagai macam makanan ringan yang ada di atas meja.

Ini pertama kalinya Alfy dianggap sebagai anak kecil untuk dibujuk, tertawa lepas sambil menggeleng.

“Kamu makan dulu, aku pergi tuangkan segelas air.” Keyra membuka mantel, membawa kotak obat berjalan ke dapur.

Dia menuang setengah gelas air, menunduk untuk membuka kotak obat, baru saja memasukkan obat ke dalam mulut, Alfy sudah masuk ke dalam.

Dia melihat kotak obat yang ada di atas meja dapur, mata yang mendalam tiba-tiba menjadi suram. Asalkan memiliki sedikit pengetahuan umum, bagaimana mungkin tidak tahu kalau Keyra meminum obat pencegah kehamilan.

Sejak mereka berhubungan intim, Alfy tidak pernah mempertimbangkan menggunakan kontrasepsi. Dia sudah bersiap melamarnya, menikah, kemudian melahirkan anak, menurut dia itu adalah proses yang normal.

Jika Keyra hamil duluan, mereka menikah karena hamil itu juga merupakan hal bahagia ditambah hal bahagia.

Dan sampai saat ini, Alfy melihat dia meminum pil pencegah kehamilan, baru memahami bahwa pemikirannya, hanya keinginan sepihak saja, tidak pernah menanyakan pendapatnya.

Keyra masih sangat muda, karier sedang meningkat, untuk sementara waktu dia tidak menginginkan anak, juga bukan hal yang salah.

Keyra selesai minum obat, lalu membuang kotak obat ke dalam tong sampah, berjalan ke sampingnya dan mengulurkan tangan memeluk pinggangnya.

Telapak tangan Alfy yang hangat membelai pipinya, berkata dengan suara lembut: “Obat yang memiliki efek samping ini, jangan diminum lagi.”

“Kalau begitu apakah kamu akan melakukan pencegahan?” Dia bertanya sambil mendongakkan wajah kecilnya.

Menurut Keyra, mereka masih muda, masih belum baik-baik melewati hari-hari berduaan, sama sekali tidak perlu melahirkan seorang anak untuk menambah kekacauan. Dia dengan wajar berpikir Alfy juga berpikiran seperti itu.

“Ya.” Alfy mengangguk “Maaf, aku yang lalai. Kelak aku akan melakukan tindakan pencegahan.”

Sifat Alfy, pasti tidak akan pernah memaksa wanita yang dicintainya melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan. Untuk sementara dia tidak menginginkan anak, tentu saja dirinya harus menghargai keputusannya.

“Alfy, kamu sungguh baik sekali.” Lengan Keyra merangkul lehernya, tersenyum lembut, menjinjitkan ujung kaki, memberi kecupan pada bibir tipisnya.

“Ayo jalan, temani aku makan bersama.” Alfy berkata.

“Ya.” Keyra mengangguk. Dua orang berpegangan tangan keluar dari dapur.

Ada berbagai macam makanan ringan yang diletakkan di atas meja makan, Keyra langsung mengambil sepotong kue, disuapkan ke mulut Alfy “Coba, ini sangat enak. Saat masih kecil setiap kali datang ke kota A aku akan membeli banyak untuk dibawa pulang, pernah sekali bawa terlalu banyak, takut akan rusak kalau tidak habis dimakan, aku makan hingga kekenyangan, membuatku sakit perut dan terbaring di rumah sakit selama satu minggu.”

Alfy mendengar hal memalukan darinya, tidak bisa menahan tawa, membuka mulut menggigit kue yang disodorkan ke mulutnya dan sekalian mengemut jari putih halusnya ke dalam mulut, masih sengaja menggunakan gigi menggigit ujung jarinya.

“Ah.” Keyra kesakitan, menatapnya dengan wajah sedih.

“Apakah sakit?” Alfy bertanya, mengulurkan tangan menarik tangannya, tapi malah menariknya ke dalam pelukan.

Keyra duduk di atas pangkuannya, tangan melingkar di atas lehernya, mengangguk centil sambil berkata: “Beri kompensasi.”

“Bagaimana memberi kompensasi?” Alfy sedikit mengangkat alisnya. Dia belum selesai bicara, Keyra sudah menundukkan kepala menciumnya.

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu