Suami Misterius - Bab 115 Apakah Hubungan Kalian Sah Secara Hukum

Luka Rudy dijahit tujuh jahitan. Ketika dokter mengobatinya, Clara duduk di samping dengan kedua tangan menopang pipi, menatapnya dengan pandangan memuja-muja.

Pikiran Clara dipenuhi adegan yang terjadi barusan.

Rudy berkata padanya dengan diiringi senyuman: satu ciuman, aku akan membantu kamu menangani orang-orang itu.

Setelah menangani orang-orang itu, dia berdiri di bawah pancaran lampu jalan yang redup, menundukkan kepala untuk menciumnya, menuntut imbalan dia.

Mengingat ciumannya yang lembut dan semaunya, bibir yang agak dingin, lidah yang basah dan licin, wajah Clara memanas tak terkendali.

“Apakah sangat sakit?” tanya Clara dengan bibir mencebik ketika melihat luka Rudy yang penuh darah.

“Sudah diberi anestesi, menurutmu sakit atau tidak?” Rudy menjawab dengan alis terangkat.

Clara sangat ingin menjitak dirinya sendiri hingga pingsan, dirinya menanyakan pertanyaan bodoh.

Ketika Rudy dan Clara pulang ke apartemen, waktu sudah lewat 12 tengah malam.

Di kamar tidur utama, tangan Rudy baru saja membuka pintu kamar mandi, Clara langsung mendekatinya. "Apakah kamu mau mandi? Perlu bantuanku?"

“Apakah kamu yakin?” Alis Rudy yang indah agak terangkat, terhias sedikit kemesraan.

Clara merasa setiap tindakan atau ekspresi apa pun yang Rudy tampakan semuanya terlihat sangat tampan, benar-benar idola, idola.

“Itu, aku tutup mataku dengan syal, biar tubuhmu tidak terlihat aku.” Clara mengerjapkan sepasang mata yang jernih, berkata dengan serius.

Rudy tertawa dengan sedikit tak berdaya, dia merasa jika dia melanjutkan topik ini, dia bakal tidak bisa menahan diri untuk menarik Clara ke kamar mandi dan meluluhkannya.

"Aku bisa melakukannya sendiri. Tidurlah kamu." Dia mengulurkan jarinya yang panjang dan menggosok ujung hidung Clara dengan penuh pemanjaan.

……

Ketika Clara mulai bekerja pada hari berikutnya, dia masih saja tergila-gila dengan Rudy.

Kebetulan Milki datang untuk mengecek, setelah Clara selesai mengambil satu set foto, keduanya duduk untuk mengobrol.

Yang diterima Luna untuk Clara adalah pengiklanan merek pakaian, bukan merek besar, tetapi cukup terkenal di industri pakaian kasual dalam negeri, target pasarnya adalah gadis remeja berumuran 18, 19, dan 20-an, citra Clara sangat cocok dengan merek ini.

Clara mengenakan sweter model baru musim ini dan celana jeans biru, rambut panjang dengan kucir kuda, wajah muda tampak lembut dan halus, begitu lembut seakan-akan bisa mengeluarkan air jika dipencet.

Tangannya memegang secangkir penuh kopi Starbucks, sambil menyeruput kopi, dia sambil berbicara dengan Milki tentang kejadian mendebarkan tadi malam. Dia membicarakannya dengan diiringi mimik muka yang sempurna.

"Kamu tidak melihatnya, penganggurku itu begitu ganteng ketika berkelahi."

Milki meminum jus jeruk, setelah mendengar kata-kata Clara, dia meletakkan jus dan mengeluarkan cermin rias dari tas tangannya, lalu meletakkannya di hadapan Clara.

“Kenapa?” Clara memandangi dirinya sendiri yang ada di dalam cermin.

“Lihat ekspresimu yang tergila-gila dengan pria, air liur pun hampir mengalir keluar.” Milki tersenyum, “Siapa juga yang tidak bisa kelahi? Perlukah memuji penganggurmu itu sampai segitunya. Jangan-jangan kamu jatuh cinta padanya."

Clara menutupi pipinya dengan kedua tangan, memandangi wajah di cermin yang memerah, tidak mau mengaku, "Tidak dong. Hanya kagum."

Milki berdengus, "Cinta wanita pada pria dimulai dari kagum. Jangan bilang aku tidak mengingatkanmu, pasangan ibu dan anak Muray sedang menunggu untuk melihat leluconmu. Jika kamu menikah dengan pria yang tidak kaya, tidak berkuasa, hanya bersantai-santai sepanjang hari, selain punya wajah tampan, dia tidak memiliki kelebihan apa pun, kamu pasti akan ditertawakan mereka."

Mendengar itu, Clara cemberut. Sejak kapan pasangan ibu anak Muray dapat mempengaruhi keputusannya, mereka terlalu dipandang tinggi.

"Agar mereka memandang tinggi aku, aku harus memilih pria yang tidak aku cintai? Itu berarti aku mengorbankan yang penting untuk sesuatu yang tidak lebih penting."

“Putar sana sini, ujung-ujungnya hanya membuktikan bahwa kamu jatuh cinta pada penganggur di rumahmu itu.” Milki dengan cerdas menangkap kebocoran dari kata-kata Clara.

“Aku tidak bermaksud seperti itu.” Clara tersipu dan mulai berdebat dengan Milki.

Ketika keduanya sedang ribut, suara laki-laki tiba-tiba terdengar. " Clara, kenapa kamu menggertak istriku lagi."

Melihat pria yang masuk, Milki bergegas ke pelukannya, memasang muka masam, berkata dengan wajah sedih, "Sayang, aku diintimidasi, cepat membalaskan dendamku."

Clara melipat kedua tangan di depan dada dan memandang mereka sambil tersenyum, "Vincent, kamu melihat dengan mata sebelah mana bahwa aku menggertaknya?"

“Aku melihatmu menggertak istriku dengan kedua mataku,” Vincent berkata dengan serius.

"Istri? panggilan yang intim sekali, apakah hubungan kalian berdua sah secara hukum?" Clara mengangkat alisnya disertai senyuman di wajah, "Apakah kalian tidak takut ketika berpelukan bersama saat tidur di malam hari, jangan sampai satpol pp yang menggrebek anti-pornografi juga menangkap kalian. "

"Bahkan jika polisi ingin menyapu pornografi, putramu itu yang seharusnya disapu terlebih dahulu," sindir Vincent.

Wilson adalah anak haram, Vincent jelas membuka bekas luka Clara. Namun, hubungan di antara mereka amat intim, terkadang saling menyindir hanyalah lelucon, tidak ada maksud jahat.

Clara tersenyum ringan, sama sekali tidak kesal, berkata dengan polos, "Putraku tidak merayu gadis, polisi tidak akan sembarangan menangkap orang."

"..." Vincent kehabisan kata-kata. Kemudian, dia meraba-raba hidungnya, mengangguk, lalu memandangi kekasih yang ada di dalam pelukannya. "Milki, kita tidak bisa mengalahkannya, mendingan kita pulang, mandi, dan tidur saja."

Setelah Milki mendengarnya, dia tertawa. Clara hebat berdebat, Vincent tidak pernah menang setiap kali bertengkar dengannya, kali ini juga tidak terkecuali.

Pada saat ini, penata rias datang untuk merias wajah Clara, dia masih memiliki serangkaian set yang harus dipotret.

“Kalian tunggu aku, setengah jam lagi akan selesai.” Clara mengikuti asisten direktur masuk ke studio.

Vincent dan Milki berdiri di luar sambil menyaksikannya.

“ Clara sangat cantik sekarang.” Milki memandang Clara yang berdiri di bawah sorotan, berkata dengan iri.

Setelah mendengar itu, Vincent tidak menganggap serius. Dia merentangkan tangan dan melingkari pinggang Milki, tersenyum "Di mataku, tetap kamu yang paling cantik."

Milki dengan senang hati mencium pipi Vincent, tetapi masih saja tidak tahan untuk berkeluh. Dia tahu bahwa sekarang dia tidak secantik Clara.

Mereka bertiga tumbuh bersama sejak kecil, Milki adalah wanita cantik sejak kecil, temperamennya juga lembut, tumbuh selangkah demi selangkah, dia berubah dari putri kecil menjadi putri besar.

Sedangkan Clara adalah itik buruk rupa saat kecil, emosinya juga tidak sebaik Milki, bahkan Evi pun khawatir putrinya ini akan sulit mendapat pasangan, sehingga buru-buru menjodohkannya dengan putra dari keluarga Ortega.

Sekarang Clara telah tumbuh dewasa, itik jelek berubah dengan sempurna menjadi angsa cantik. Marco tidak lagi cocok dengannya.

Jelas-jelas bahwa Clara memiliki pilihan yang lebih baik, tetapi dia malah jatuh cinta dengan seorang penganggur! Memikirkan ini, Milki seketika merasa dirinya seimbang dengan Clara. Setidaknya pacarnya adalah pria kaya yang tampan.

Setelah menyelesaikan syuting video iklan, Clara dengan tergesa-gesa menghapus makeup, mengganti pakaian, mengenakan kacamata hitam dan masker, kemudian barulah pergi bersama Milki dan yang lainnya.

Dulu, ketika makan bareng, mereka suka duduk di aula utama. Sekarang karena identitas Clara, mereka hanya bisa bersembunyi di dalam ruangan VIP.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu