Suami Misterius - Bab 1120 Benar-Benar Hamil

Keyra pergi meninggalkan rumah Keluarga Sanusi, dia sedang dalam perjalanan kembali ke kantor firma hukum. Kebetulan sekali dia melihat mobil Diana di jalan.

Keyra memutar setir, mengikuti mobil Diana dan membunyikan klakson beberapa kali.

Gendang telinga Diana sakit karena suara klakson yang keras. Dia melihat ke belakang melalui kaca spion dan melihat kalau itu adalah mobil Keyra. Dia tanpa sadar mengangkat dudut bibirnya.

Sambil memegang setir di satu tangan, dia mengeluarkan ponsel dari tasnya yang ditaruh di bangku penumpang depan, lalu menelepon nomer telepon Keyra.

“Apa tujuanmu mengikutiku dari belakang?” tanya Diana menggodanya.

"Memata-mataimu. Aku mau lihat apa kamu sedang melakukan hal yang tidak baik di belakang kakakku.” jawab Keyra sambil menyeringai.

“Yang ada kakakmu yang melakukan hal buruk padaku. Mana mungkin aku melakukan hal buruk padanya.” Kata Diana dengan penuh percaya diri.

“Baiklah.” Jawab Keyra sambil tersenyum, lalu dia berkata dengan sejujurnya “Aku mau kembali ke kantor firma hukum, lalu kebetulan melihatmu. Kamu mau pergi kemana?”

“Rumah sakit.” Jawab Diana.

“Sedang tidak enak badan?” tanya Keyra perhatian.

“Biasa, pemeriksaan rutin," kata Diana.

Keyra tiba-tiba mengerti. Setelah melahirkan Gungun, kondisi tubuh Diane selalu memburuk. Setiap kali mengalami menstruasi, pasti terasa sangat sakit sekali. Setelah menstruasi, dia harus ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin untuk menghindari infeksi atau penyakit rahim apapun.

"Aku temani ya.” kata Keyra.

“Tidak usah, hanya USG saja kok. Pengacara besar sepertimu lebih baik segera kembali kerja sana.” Selesai bicara, Diana tersenyum dan langsung menutup teleponnya.

Mobil Diana belok kiri ketika di persimpangan, sedangkan mobil Keyra tidak terus mengikuti mobilnya.

Diana berbelok ke kiri dan lurus, lalu mobil melaju langsung ke tempat parkir bawah tanah rumah sakit. Ada banyak orang di rumah sakit, setelah berputar beberapa kali di tempat parkir sebelum dia menemukan tempat parkir kosong.

Diana naik tangga ke atas. Hari ini Lena ada sebuah operasi besar, jadi dia menyiapkan seorang dokter yang shift saat itu untuk memeriksa Diana.

Ketika Diana pergi ke ruang USG di lantai bawah untuk di USG, tiba-tiba kebetulan dia bertemu dengan Megan.

Mereka tidak berada di ruang USG yang sama. Dia melihat punggung Megan, tapi Megan tidak melihatnya.

Meski hanya berupa sosok dari belakang, Diana yakin kalau dia tak mungkin salah lihat

Diana sedang berbaring di ranjang pemeriksaan, lalu alat yang terasa dingin mulai bergerak di perutnya “Pemulihannya lumayan bagus, rasa sakit menstruasinya apa ada perubahan yang lebih baikkah?”

Diana sedang melamun, bahkan dokter sampai harus bicara dua kali, baru Diana merespon dan kembali sadar dari lamunannya, dia mengangguk “Lumayanlah, lebih kuat daripada dulu.”

“Aku dengar dari dokter Lena, kamu mau menikah ya?” tanya dokter sambil tersenyum.

“Em.” jawab Diana mengangguk, "Menikah bulan oktober. Nanti aku akan mengirimkan undangan untukmu juga.”

"Oke." Kata dokter sambil tersenyum, "Nyeri haid juga berhubungan dengan suasana hati. Kita wanita ini ya pasti akan beda ketika punya seseorang dengan tidak punya siapa-siapa di samping kita. Tenang, rawatlah diri dengan baik, maka kesehatanmu akan ikut membaik."

"Baik."

Setelah pemeriksaan, Diana duduk dari ranjang dan bertanya, "Siapa di sebelah?"

“Vania, namanya Vania, Vania, kamu mengenalnya kok.” jawab dokter itu.

Diana mengangguk dan keluar dari ruang pemeriksaan dengan laporan USG-nya. Dia berdiri di koridor, melihat orang-orang datang dan pergi. Setelah ragu-ragu beberapa saat, dia mengetuk pintu dan masuk ke ruang pemeriksaan yang ada di sebelah.

Di ruang pemeriksaan, dokter Vania sedang mencetak laporan pemeriksaan pasien, tapi tidak melanjutkan memanggil pasiennya. Saat itu dia mendengar pintu terbuka. Dia sudah terbiasa mengira kalau itu adalah pasien yang masuk lebih dulu sebelum dipanggil, jadi dia berkata dengan tak berdaya “Pasien mohon keluar dulu. Nanti kalau sudah dipanggil...Eh? Diana, kenapa kamu di sini.”

Diana sangat terkenal ketika dia magang di rumah sakit. Nilai dan levelnya sangat profesional dan nomer satu. Apalagi, dia juga adalah murid didikan level tinggi milik Lena. Hampir tidak ada orang di departemen ini yang tidak mengenalnya.

Diana tersenyum, mengambil tiket masuk konser JD. Diana ingat kalau Vania pernah menjadi penggemar band ini dulu. Benar-benar kebetulan sekali, hari ini ada seseorang yang menghadiahi dua tiket konser ini padanya.

Desta jelas tidak punya waktu untuk menemaninya ke konser yang bising itu. Dan Diana juga tidak terlalu tertarik, jadi lebih tepat jika diberikan ke orang yang menyukai band ini.

Vania mengambil tiket masuk konser itu dan langsung berdiri karena terlalu senangnya “Diana, kamu tidak datang ke sini hanya untuk memberiku hadiah ini kan."

Diana tersenyum dan langsung bertanya, "Ada sesuatu yang ingin ku minta darimu dan mungkin ini cukup merepotkanmu. Ada seorang pasien bernama Megan, aku ingin bertanya mengenai kondisinya.”

“Ini masalah sepele, kamu cukup meneleponku saja. Dan tidak perlu repot-repot sampai harus kesini.” kata Vania lalu meletakkan tiket konser di laci dan segera menggunakan komputer untuk memeriksa informasi pasien.

Megan baru saja menyelesaikan pemeriksaan dan pergi, jadi informasi tentang dengan mudah ditemukan.

Vania langsung mencetak laporan pemeriksaan Megan untuk Diana, lalu bertanya dengan santai, "Apakah dia temanmu?"

"Oh." jawab Diana samar-samar.

"Temanmu ini mengalami kehamilan ektopik. Aku sudah menyiapkan operasi untuknya senin depan. Situasinya tidak begitu baik. Diperkirakan semua saluran tuba di satu sisi akan diangkat. Rahimnya terluka dan perlu dikuretase lagi. Aku khawatir kalau presentase kehamilan dia kedepannya akan sangat rendah.”

Vania menyerahkan cetakan laporan pemeriksaan Megan. Diana melihatnya sekilas. Menurut ukuran kantung janinnya, dia hamil sudah lebih dari sebulan dan ini sesuai dengan formulir pemeriksaan kehamilan yang diberikan Megan terakhir kali.

Ternyata ketika terakhir kali Megan berteriak dan ribut itu, dia benar-benar hamil. Dia berbohong padanya dan Megan pun mengalami kekacauan. Diana mengira kalau Megan tidak hamil. Sebenarnya, Megan mengalami kehamilan ektopik, sehingga dokter tidak meresepkan obat apapun padanya.

Diana keluar dari ruang pemeriksaan, dalam suasana hati yang cukup buruk. Dia hanya merasa kalau laporan pemeriksaan yang baru saja dimasukkannya di tas ini sedikit panas.

Dia membawa tasnya dan berjalan ke pintu masuk lift. Pada saat itu, lift tiba dan pintu lift pun terbuka. Dia pun masuk bersama dokter dan perawat yang lain. Lift itu terus melaju turun. Di lift yang kecil itu, tiba-tiba ponselnya berdering dan terdengar agak mendesak.

Diana buru-buru mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menjawab panggilan itu.

Namun, ada nada sibuk yang terdengar dari telepon. Dia menutup telepon dan memutarnya lagi, tetapi tidak dapat terhubung. Sepertinya karena sinyal di lift buruk.

Diana mengambil ponselnya, lalu segera menelepon lagi. Hanya saja, teleponnya masih saja tidak ada yang mengangkat, lalu tiba-tiba terdengar suara klaskson mobil dari tempat yang tidak jauh darinya, Diana langsung melihat ke arah suara klakson itu. Begitu melihat kesana ternyata terlihat mobil BMW hitam Desta diparkir di sana.

Diana meletakkan ponselnya dan berlari dengan sepatu hak tinggi, lalu masuk ke bangku penumpang depan.

"Kenapa kamu bisa disini?”

“Sejalan saja.” jawab Desta sambil mencondongkan tubuhnya ke Diana untuk mengencangkan sabuk pengaman Diana, lalu bertanya “Bagaimana hasil pemeriksaannya?”

"Sama saja seperti biasanya, pelan-pelan merawat diri." jawab Diana.

Desta melengkungkan sudut bibirnya, mengulurkan tangan dan mengelus kepalanya, lalu bertanya “Mau pergi kemana? Aku akan mengantarkanmu.”

"Aku bawa mobil sendiri kesini.” Kata Diana.

“Tidak apa-apa, biar sekretaris nanti yang membawa pulang mobimu.” Selesai bicara, Desta menyalakan mesin mobilnya. Mobilpun perlahan meninggalkan halaman tempat parkir.

Mobil Desta melaju dengan sangat tenang. Diana memandangi pemandangan di luar jendela dengan tatapan kosong dengan satu tangan menompang pipinya. Tidak lama kemudian, dia menoleh untuk melihat pria di sampingnya, lalu berpikir sejenak

“Kenapa?” tanya Desta sambil memegang setir sembari memperhatikan kondisi jalan, matanya melirik dan tertuju sebentar pada Diana.

Diana sedikit ragu-ragu, tapi dia masih bicara dengan jujur kepada Desta “Aku baru saja bertemu Megan di rumah sakit. Dia memang hamil. Hanya saja itu adalah kehamilan ektopik. Dia sudah ada pemesanan operasi pengguguran minggu depan."

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu