Suami Misterius - Bab 1118 Menunggu Kesempatan Datang

Tatapan Alfy hanya samar-samar melirik sebentar ke ruang tamu, lalu tatapan itu berhenti sejenak di tubuh Keyra, menganggukkan kepala sebagai sebuah tata krama kesopanan, kemudian berbalik dan naik ke lantai atas.

Keyra melihat punggungnya yang perlahan menghilang ke tangga putar, sambil terdiam melamun cukup lama.

“Uhuk uhuk.” Melihat Keyra yang diam melamun, Dina sengaja berdeham untuk mengingatkannya.

Keyra akhirnya kembali sadar dari lamunannya, matanya kembali tertuju pada Adella,orang yang terlibat dalam masalah ini lagi.

Keyra sebagai pengacara masih sangat profesional. Setelah diam beberapa saat tadi, sekarang konsentrasinya langsung kembali lagi dengan cepat.

" Nona Mona, aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan. Pertama, kenapa kamu pergi ke bar larut malam? kamu pergi sendiri atau dengan orang lain."

“Aku bosan saja. Jadi pergi minum-minum. Aku sendirian.” jawab Adella.

"Apa kamu mabuk? Apa kamu saat itu masih sadar?" Lanjut Keyra.

“Mabuk.” jawab Adella.

"Sudah mabuk tapi masih bisa menyetir mobil pulang ke rumah? Bahkan ngebut.” tanya Keyra dengan kecurigaan.

“Setengah mabuk, tapi masih sadar.” Kata Adella lagi.

“Karena saat itu kamu masih dalam keadaan sadar, seharusnya kamu tahu kalau tidak boleh menyetir setelah minum alkohol. Mengapa kamu tidak menyewa pengemudi pengganti saja?” Tanya Keyra.

“Apa maksudmu? kamu ini mencurigaiku ya!” jawab Adella dengan tidak sabar dan ekspresinya sudah berubah tidak menyenangkan.

Keyra mengerutkan keningnya. Emosi Adella tampak sangat berlebihan. Di keadaan seperti ini umumnya menandakan kalau dia merasa bersalah.

Keyra tidak terus tanya mengenai topik ini, tapi bertanya, "Kenapa kamu melarikan diri setelah menabrak orang?”

“Aku, aku sangat takut.” jawab Adella.

Setelah Keyra mendengarnya, alisnya yang indah naik dan keningnya berkerut, pada akhirnya bertanya lagi “Setelah tabrak lari, kamu pergi kemana?”

“Pulanglah.” Jawab Adella dengan wajah cemberut dan tampak cuek. Dia mengulurkan tangan, merangkul lengan pria di sampingnya, lalu menarik-nariknya dengan manja.

“Jangan main-main, baik-baik bekerja sama dengan pengacara.” Kata pria itu dengan lembut dan sabar sambil menepuk tangan Adella.

Adella merapatkan bibirnya, memperlihatkan ketidaksenangan yang samar. Kemudian tatapan matanya tertuju kepada Keyra.

Keyra berusaha sabar dan kembali mengkonfirmasi lagi dengan Adella, "Terus berada di rumahkah?”

“Iya. Aku mabuk, jadi aku pun tidur setelah itu. Setelah bangun, aku menyerahkan diri.” Kata Adella sambil memegang keningnya dengan tangannya dan terlihat sangat lelah dan tidak sabar.

“Bukannya harusnya sangat takut ya setelah menabrak orang? Masih bisa tidur! Kualitas mental Nona Mona benar-benar kuat dan hebat ya.” Selesai Keyra bicara, kesabarannya sudah sampai batasnya. Dia mengambil tape recorder di meja kopi lalu mematikan tombol rekamnya.

" Nona Mona, aku sudah mengingatkanmu sejak awal, kamu harus memberitahuku apa yang terjadi dengan sejujurnya. Aku adalah pengacaramu, kamu harusnya percaya kepadaku. Baru dengan begitu, aku bisa membantumu. Karena, kamu tidak bersedia mengatakan yang sebenarnya, aku pun tidak mampu membantumu kalau kamu seperti ini. Kamu bisa mencari orang yang lebih hebat dan pandai saja.”

Selesai Keyra bicara, dia pun berdiri dari sofa dan membawa Dina pergi bersama.

“Pengacara Keyra.” Pria paruh baya di samping Adella berdiri dan meminta Keyra untuk tetap tinggal dulu.

Keyra cukup sopan kepadanya, " Paman Sanusi, aku masih ada urusan lain. Hari ini cukup sampai di sini dulu saja. Nanti kalau Nona Mona sudah bisa mengatakan yang sebenarnya, silahkan tuan bisa hubungi aku lagi.”

Erwin Sanusi jelas cukup terkejut. Karena dia sebelumnya tidak mengenalkan dirinya pada Keyra. Tapi Keyra bisa langsung memanggilnya Paman Sanusi. Tapi Erwin yakin dia tidak mengenal wanita muda di depannya ini.

Wanita muda yang cantik, kuat dan pandai. Jika dia pernah bertemu dengannya, dia tidak mungkin tidak mengingatnya.

Tapi akhirnya Erwin tidak bertanya mengenai itu, dia mengangguk dan berkata, "Aku akan berusaha membujuknya."

Keyra mengangguk dan tersenyum, "Baiklah, Paman Sanusi, selamat berjumpa kembali."

Keyra dengan sopan mengucapkan selamat tinggal, lalu membawa Dina pergi dari sana.

Saat berjalan keluar dari vila, Dina tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya, "Ada apa sebenarnya? Kamu tidak berencana untuk menangani kasus ini?”

“Mau menangani kasus ini atau tidak, itu tergantung pada apakah kedua pihak layak untuk diajak bekerja sama. Apa kamu tidak menyadari kalau mulut Adella itu penuh dengan kebohongan!"

Dina menggelengkan kepalanya dengan polosnya. Jika dia bisa menyadari segalanya, dia tidak perlu menjadi asisten hingga sekarang.

"Pertama, ucapan Adella sangat kabur dan tidak jelas. Awalnya dia bilang mabuk, lalu bilang tidak mabuk. Aku sudah melihat viceo cctv pada saat kejadian. Dia mengemudi dengan tenang dan sangat mantap dan itu menjelaskan kalau dia tidak sedang mabuk. Kamu secepat mungkin memeriksa dan menanyakan ke beberapa orang yang mengenalnya cukup dekat, bagaimana kemampuan dia minum alkohol. Lalu, periksalah berapa banyak alkohol yang dia minum malam itu.

Kedua, kenapa dia mau kabur setelah menabrak orang. Takut? Reaksi orang pada umunya jika menabrak orang adalah ketakutan dan akan diam tetap berada di tempat, lalu menelepon seseorang meminta bantuan. Setidaknya mereka akan mencari bantuan dari anggota keluarga atau seseorang yang mereka percayai. Dan juga pasti akan sadar sepenuhnya, tidak peduli seberapa banyak alkohol. Tapi Adella malah pulang dan tidur nyenyak setelah menabrak orang sampai mati. Apa menurutmu itu wajar dan masuk akal?

Oleh karena itu, menurutku setelah kejadian kecelakaan itu, dia tidak akan mungkin pulang ke rumah dan tidur. Jadi, kemana dia pergi, ini sangat mencurigakan. "

“Apa yang kamu curigai?” Ekspresi wajah Dina berubah jadi lebih serius.

"Aku melihat foto-foto yang diambil oleh polisi selama pengumpulan barang bukti di lokasi. Tidak ada tanda-tanda atau bekas pengereman mobil di jalan, mobil itu langsung melaju dengan cepat dan menabrak orang itu hingga terlempar ke udara. Cahaya di persimpangan itu sangat bagus. Jika dia tidak melihat ada orang, lalu mengerem dadakan. Sayangnya sudah terlambat sehingga terjadilah kecelakaan itu, maka ini cukup masuk akal. Tapi, jika orang yang sebesar itu keluar dan berjalan dari persimpangan, lalu Adella tidak melihatnya. Anehnya, dia malah mempercepat laju mobil dan menabrak orang itu. Ini benar-benar tidak masuk akal.

Aku curiga kalau kecelakaan ini mungkin bukan tabrak lari biasa, tapi pembunuhan yang disengaja atau pembunuhan yang sudah direncanakan. Bukan hanya aku saja yang curiga, cepat atau lambat polisi juga pasti akan mencurigainya. Kamu harus memeriksa kontak dan hubungan antara Adella dan korban meninggal Alice secepat mungkin. Khususnya coba periksa, apa mereka saling kenal dan pernah bertemu sebelum kecelakaan ini terjadi. Jika mereka berdua pernah betemu dan pernah saling terlibat. Maka sudah bisa dipastikan kalau ini adalah pembunuhan.

Yang aku khawatirkan kita bukan hanya menangani gugatan tabrak lari dari kecelakaan lalu lintas biasa, tapi juga menangani kasus pembunuhan.”

“Oke, serahkan ini padaku.” Dina memberi isyarat 'OK' dengan tangannya, lalu membuka pintu mobil untuk masuk ke dalam mobil. Tapi Keyra tiba-tiba mengulurkan tangannya dan membuka telapak tangannya di hadapan Dina, sambil melihat kunci mobil di tangan Dina.

"Masih ada yang harus aku lakukan. Sayangku, kamu pulang dulu sendirian ya."

"Keyra, kamu tidak salah apa. Di sini sama sekali sulit mendapatkan taksi, harus berjalan cukup jauh baru bisa mendapatkannya. Apalagi, hari ini aku mengenakan high heels yang tinggi sekali!” kata Dina melompat dengan marah.

“Kamu dapat menggunakan aplikasi pemanggil mobil. Cukup membayar cukup banyak tip, maka akan ada pengemudi yang menjemputmu kesini dengan senang hati.” Kata Keyra sambil tersenyum kecut “Sudah ya, ongkosnya nanti diganti, ditambah lagi aku traktir makan besar.”

“Sangat dermawan sekali? sebenarnya ada apa denganmu?” tanya Dina menatapnya dengan bingung.

"Mengejar cinta seorang pria," kata Keyra penuh percaya diri.

Dina kemudian langsung teringat kepada Tuan Muda Keluarga Sanusi. Pantas saja Keyra tadi tertegun begitu lama, ternyata sedang mengangumi orang itu.

“Apa kamu akan tetap di sini dan menunggu kesempatan datang? Bagaimana jika dia tidak keluar.” kata Dina ragu.

Keyra terkekeh dan mengangkat pundaknya, tidak membantah apapun.

Jika Keyra menempatkan diri sebagai Alfy, lalu ayahnya berani menyembunyikan wanita simpanan itu di dalam rumah, maka Keyra jelas tidak akan tinggal lama di rumah. Karena itulah, Keyra yakin kalau Alfy akan segera keluar.

Melihat Keyra diam, Dina melempar kunci mobil ke telapak tangan Keyra, lalu berkata, "Aduh, musim semi sudah tiba, musimnya berpacaran ini ya.”

Setelah dia selesai berbicara, dia menapakkan sepatu hak tingginya berjalan menuju jalan raya utama.

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu