Suami Misterius - Bab 1083 Kamu Benar-Benar Tidak Berguna

”Ayahmu sangat marah sekali hanya karena sebuah kalung. Bahkan ayahmu tidak mau mengadakan pesta ulang tahunmu yang ke delapan belas. Aku tidak ingin berdebat dengannya lagi tentang masalah kecil ini,” kata Susana dengan suara seraknya.

Setelah Diana mendengar ucapan itu, seluruh tubuhnya sedikit gemetar karena marah.

Ulang tahunnya dan Daria hanya beda satu minggu. Setiap tahun, Jay selalu mengabaikan ulang tahunnya. Dan Jay selalu mengadakan pesat ulang tahun yang sangat besar untuk Daria. Tahun ini juga sama saja seperti itu. Jadi mana mungkin hanya karena sebuah kalung. Itu semua hanya alasan saja. Sedangkan Susana selamanya tidak pernah bisa memahami inti dari semua masalah ini.

Kelemahan dan ketidakmampuan Susana tidak akan bisa berjuang mendapatkan hak dan keuntungan untuk anaknya. Melainkan akan mengadakan pesta ulang tahun besar-besaran untuk anak dari perebut suaminya. Ini adalah hal yang sudah lama jadi bahan bercanda dan ejekan di lingkungannya.

"Tidak memperjuangkan hal kecil seperti ini, tapi tidak sanggup memperjuangkan hal besar. Semakin mama seperti ini, semakin Jay akan seenaknya dan menjadi-jadi! Dia menginginkan kalung dan kamu langsung memberikannya begitu saja. Pelakor itu menginginkan suamimu, lalu kenapa kamu tidak mundur dan melepaskannya saja!”

Diana marah dan langsung berteriak pada Susana.

“Diane, apa menurutmu mama tidak berguna?” tanya Susana sambil kembali menitikkan air mata.

Diana ingin memberitahunya: Kamu benar-benar tidak berguna. Tapi melihat mata merah mamanya karena menangis, dia pun tidak tega mengatakan ucapan yang menyakitkan seperti itu.

Diana melepas kalung di lehernya dan memberikannya kepada Susana, lalu membanting pintu dan pergi dari sana.

Dia berlari keluar rumah dan menghentikan taksi.

Setelah masuk ke dalam taksi, sopir bertanya padanya mau pergi kemana, tapi dia hanya menjawab, "Terserah."

Mobil itu melaju mengelilingi kota, tanpa tujuan. Ketika sedang menunggu lampu hijau di perempatan jalan, tiba-tiba ponsel Diana berdering dan nomer telepon yang tertera di layarnya adalah nomer yang tidak dikenalnya.

“Halo.” Dia mengangkat telepon itu. Karena dia menangis, suara hidungnya agak berat dan suaranya sedikit parau.

“Kamu, menangis?” Di sisi lain telepon, ada suara berat pria yang begitu merdu.

“Siapa kamu?” Suasana hati Diana sedang buruk, jadi nada bicaranya tidak terlalu ramah.

"Desta." Dia menyebut namanya, lalu berkata lagi, "Anting-antingmu jatuh di mobilku. Apa ada waktu luang untukku mengembalikannya kepadamu sekarang?"

Diana tercengang. Ternyata anting-antingnya jatuh di mobil Desta. Pantas saja bagaimanapun berusaha mencari anting-antingnya, dia tetap tidak menemukannya, "Aku akan mengirimkan lokasiku kepadamu, Kamu langsung datang saja kesini."

Setelah Diana menutup telepon, dia meminta sopir untuk minggir ke samping dan berhenti. Dia berdiri di pinggir jalan dan mengirimkan lokasinya ke Desta dengan ponselnya.

Ketika Desta tiba, dia melihat Diana duduk di pinggir jalan, meringkuk dan kepalanya bertumpu pada lututnya, rambut panjangnya terurai dengan santai, wajah kecilnya tampak pucat, ekspresinya begitu samar. Duduk di sana sendirian, seperti gadis kecil tunawisma membuat orang merasa tidak berdaya dan sangat kasihan padanya.

Desta tiba-tiba merasa ada titik lemah di dadanya yang terasa sedikit perih.

Dia berjalan dengan kaki panjangnya dan berhenti di depan Diana.

Tanpa sadar Diana mengangkat kepalanya, menatapnya, mata Diana yang indah dan bening seperti tampak baru saja dibasuh dengan air, begitu bersinar, jernih dan indah.

Desta menyerahkan sebuah kantong plastik transparan yang berisi anting-anting Diana, anting berbentuk perahu emas dengan kristal merah muda yang indah di sana. Ketika dia melihat anting-anting ini di jok mobil, Desta langsung tahu itu adalah milik Diana.

Tentu saja, selain ibu dan adiknya, mobilnya tidak pernah diduduki wanita lain. Diana adalah yang pertama.

"Terima kasih," kata Diana. Dia mengambil anting-anting itu dan berterima kasih dengan suaranya yang semakin parau.

Desta menatapnya dalam-dalam sejenak, lalu duduk di sampingnya.

Tuan muda Sunarya memiliki OCD yang lumayan parah dan sangat mencintai kebersihan. Semua orang yang mengenalnya jika melihat adegan tuan muda Sunarya duduk di jalan dan dilihat oleh orang lain ini pada saat ini. Jelas itu akan sangat mengejutkan mereka.

“Suasana hatimu sedang buruk?” Tanya Desta dengan menatap Diana tajam.

"Em" jawab Diana, dia menoleh dan menatapnya, lalu bertanya, "Apa ada waktu? Aku akan mentraktirmu minum."

Desta, "..."

Ketika teringat lagi Diana yang sedang mabuk dan menciumnya, telinga Desta tiba-tiba memerah.

Namun, Diana tidak berencana pergi ke bar bersamanya. Ada toko swalayan yang buka 24 jam di seberang lokasi mereka.

“Aku akan membeli beberapa kaleng bir,” kata Diana.

"Aku saja yang pergi," Selesai Desta bicara, dia langsung menyeberang jalan dan masuk ke toko swalayan serba ada itu. Lalu, dengan segera, dia mengeluarkan kaleng bir dari kantong plastik. Semua yang ada di dalam kantong itu adalah bir kaleng.

Desta menyerahkan kantong itu dan Diana mengulurkan tangan mengeluarkan dua kaleng yang ternyata semuanya adalah bir rasa nanas.

Bir nanas tidak ada bedanya dengan minuman biasa.

"Tidak baik kalau wanita mabuk," katanya.

Diana, "..."

Sudahlah, yang penting minum sajalah, batinnya.

Diana membuka kaleng itu lalu meneguk bir itu beberapa kali dengan kepala terangkat. Jelas bir itu tidak terasa alkoholnya sama sekali. Tapi entah kenapa kepalanya agak pusing. Dia tidak tahu apa ini yang namanya diri sendiri minum alkohol dan akhirnya merancu sendiri.

Diana meneguk bir dan tersenyum pahit. Semakin banyak dia minum, semakin buruk suasana hatinya.

Oleh karena itu, sangatlah tidak masuk akal kalau orang-orang mengatakan kalau alkohol dapat menghilangkan kekhawatiran.

Desta duduk di sampingnya, membawa satu kaleng alkohol di tangannya, tidak berbicara, hanya menemani Diana dalam diam.

Diana menghabiskan sekaleng bir, menatap kosong ke jalanan sepi di malam hari dengan deretan lampu redup di jalanan.

“Mamaku…” Dia berkata dengan sedikit sulit meneruskan ucapannya. Dia tidak pernah mengatakan semua ini kepada orang lain. Dia selalu saja menahan semua ini di dalam hatinya. Karena terlalu berat baginya, dia merasa sedikit sesak.

"Mamaku hamil duluan sebelum menikah. Saat itu, dia terlalu banyak minum alkohol dan akhirnya bercinta dengan Jay dengan tidak terlalu sadarkan diri. Ketika dia mengetahui kalau dia hamil, awalnya dia tidak menginginkanku. Namun, ketika dia pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan untuk membuat janji operasi pengguguran. Paparazzi memfotonya dan segalanya tiba-tiba berubah menjadi keributan yang cukup besar.

Kakekku sangat marah dan pergi ke rumah keluarga Zhou meminta penjelasan dari mereka. Kakek merasa dua keluarga mereka ini adalah keluarga yang sama-sama berstatus tinggi dan cukup terpandang, jadi pernikahan adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.

Tapi Jay tidak mencintai mamaku sama sekali. Dia menganggap semua ini adalah paksaan menikah hanya dengan alasan anak di dalam perutnya, dia merasa mamaku orang yang tidak tahu malu. merasa kalau mamaku ingin menempel padanya dengan tidak tahu diri. Cih, seorang pria tidak bisa mengendalikan bagian tubuh bawahnya tapi malah seenaknya menganggap orang lain tidak tahu malu! Kalaupun mamaku berniat memaksanya menikah, tapi dia dan mamaku bercinta di ranjang jelas ini bukan paksaan kan.

Karena mamaku hamil sebelum menikah, mamaku selalu tidak berani mengangkat kepalanya. Dia sangat lemah, bahkan tidak berani mengatakan sepatah kata pun ketika Jay membawa kembali putri haramnya.

Sama-sama ulang tahun. Jay memerintahkan mamaku untuk menyiapkan pesta ulang tahun besar-besaran untuk Daria. Tapi dia tidak pernah sekalipun mengatakan selamat ulang tahun padaku. Bahkan kerabat dan teman-temanku saja ingat untuk memberikanku kado, tapi dia sepenuhnya tidak peduli seolah tidak melihat semua ini. Kelahiranku seperti hanya sebuah hal yang sangat memalukan baginya.

Jay selalu menganggapku dan mamaku hanya sebagai udara. Mengatasnamakan kunjungan tamu, dia dengan terang-terangan membawa wanita dari luar masuk ke dalam rumah. Saat itu, mamaku bahkan tidak bisa meributkannya. Dia hanya bersembunyi dan diam-diam menangis.

Pernikahan seperti itu, hari-hari seperti itu. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa dia masih bisa menjalani dan menerima hidup seperti itu."

Ada air mata di mata Diana dan sudut bibirnya penuh dengan senyuman pahit. Dia mengangkat kaleng bir di tangannya dengan sangat terbiasa. Melihat ke atas lalu meneguk bir itu, tapi dia baru menyadari kalau kaleng itu kosong, isinya sudah habis.

Kemudian, tangan panjang dan ramping terulur di depannya dan memberinya sekaleng bir yang baru.

Diana mengambil kaleng bir itu dan tersenyum padanya, "Maaf, jadi membuatmu mendengarkan hal-hal yang membosankan dan memalukan ini."

Desta menatapnya dalam-dalam, tidak berbicara, hanya menggoyangkan kaleng bir di tangannya dan meneguknya dengan kepala terangkat. Gerakannya ketika minum ini sangat elegan dan indah.

Diana menyanggah pipinya dengan tangannya dan tidak bicara.

Pada saat ini, bel terdengar di alun-alun yang jauh dari mereka. Suara jam berdentang menandakan jam dua belas.

Diana menghela napas lalu menoleh untuk melihat pria yang duduk di sebelahnya, "Desta, bisakah kamu mengucapkan selamat ulang tahun padaku?"

“Diane, selamat ulang tahun,” kata Desta sambil tersenyum.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu