Someday Unexpected Love - Bab 60 Aku Suka Padamu (1)

Dengan keras kepalanya mengatakan kalimat ini padanya, dia ingin berputar badan pergi, Dennil Du menarik dia langsung: “Helena, kamu dengar penjelasan aku dulu, bukan seperti hal yang kamu pikirkan.”

Helena He meronta tangannya dengan kuat, saking bencinya berkata: “kamu tidak perlu menjelaskannya lagi, aku tidak ingiin mendengar sama sekali, aku tidak akan percaya dengan perkataanmu lagi!”

Dia berjalan cepat keluar dari kantornya, tangisan yang ditahan tadi akhirnya berjatuh-jatuh, dari awal seharusnya tidak percaya pada Dennil Du, pertama kali bertemu, tidak percaya perkataannya, bakalan tidak kehilangan kemurnian, dalam waktu yang paling tak berdaya, tidak percaya perkataanya, bakalan tidak bisa kehilangan hati.

Benaran, kalau dari awal, seharusnya tidak mempercayainya.

“Helena He!”

Dennil Du berkejar keluar, Helena He dengan cepat menghapuskan air mata, berbalik badan berteriak: “Jangan ikutin aku lagi!”

Dia tidak menghiraukan peringatannya, maju berkata: “Beri aku 10 menit untuk menjelakannya padamu, bolehkah?”

“Tidak perlu! Jangan bercoba untuk menipuku lagi, karena aku tidak akan mempercayai lagi!” Helena He bergegasan memutarkan badan terus pergi, ketika sudah berjalan 7 langkah, dia berhenti langkahan kaki, dengan sakit hatinya berkata: “Dennil, kamu benaran sangat keterlaluan, silahkan kamu ingat, aku tidak ada berkewajiban menggantikan Michelle Yang untuk memenuhi kerinduanmu padanya.”

Dulu setiap dia mabuk, dia selalu tiada mukanya berlengket padanya, memanggil nama Michelle, ini semua masih bisa ditahan, tapi ketika kesabaran orang sudah maksimal, semakin bersabaran, suatu saat juga bakalan kehilangan kesabaran.”

Apalagi saat yang demikian, dia merasa sendiri tidak berguna, telah berjatuh cinta, dia malah seperti dengan dulunya, hanya berdiri diposisi teman, membiarkan dia menanggung semua kemaluan ini, sama sekali tidak mengerti, di hatinya dia tidak lagi diletakan pada posisi teman.

Langit sudah gelap, malam natal, sama seperti tahun lalu ramainya, Helena He sendirian berkeliling di jalan, melihat orang-orang yang penuh kebahagian, tapi selalu hanya ada rasa iri.

Hari ini dia seharusnya tidak boleh berharap sendiri bakalan bisa melewati hari natal yang indah, dia seharusnya kepikiran, dalam kehidupan dia yang tidak indah ini, harapan sepertinya ini hanya cukup memandang.

Telepon dari Tony Lou selalu tepat waktu sekali, kata awal dia: “Helena, Selamat hari natal.”

Beberapa saat keheningan, dia langsung lanjut berkata kalimat kedua: “Mood jelek? Datang ke Danau Skyblue, bahu kakak pinjam padamu bentar.”

Helena He air mata mengalir bersambil ketawa: “Yah.”

Senyum yang menangis dari hati yang terlambat: baik

Dia naik mobil melaju kesana, Tony Lou sudah menunggunya disana, ketika melihatnya, kedua tangan diletakan pada dada dengan nada mengejek bertanya: “Kamu mau pelukan atau bahu?”

“Semuanya tidak mau.”, Sambil tersedak dan menolaknya: “Kamu tahu dari mana kalau mood aku jelek?”

Cari tempat terus duduk, dia dengan ekspresi bingung dan menunduk kepala bertanya.

Tony Lou tertawa, menunjuk padanya berkata: “Kamu yah, aku masih kurang mengerti apa lagi? Kalau moodmu baik, saat aku bilang Selamat hari Natal, emang kamu gak berbalik selamat juga?”

Helena He menatap terus danau yang berkilauan di kejauhan, mengetawakan dirinya sendiri, benar, Tony Lou mengerti dia, dibanding lelaki itu lebih baik banyak.

Dennil Du berdiri di kejauhan, dengan tatapan yang dingin melihat kedepan, dari dia pergi, dia selalu mengikutinya dari belakang, dia sama sekali tidak menyadarinya.”

Ketika melihat Tony Lou mengulurkan tangan ingin merangkulnya, akhirnya dia tidak tahan lagi, bergegasan maju kedepan, kemudian menarik Helena, dengan tegas berkata: “Ikut aku pergi.”

Malam menatap Danau berkilau di kejauhan, tertawa pada dirinya sendiri, dan, ya, Tony mengenalnya, lebih dari pria itu.

Helena He terkejut dengan situasi mendadak ini, tapi segera tenang, kemudian dia meronta-ronta: “Lepaskan aku, kenapa aku harus mengikutimu pergi?!”

“Karena kamu istri aku.”

“Kamu sama sekali tidak mencintaiku, istri kamu dari mana aku?”

Dennil Du dengan canggungnya melirik kearah Tony Lou, dengan pelan berteriak: “Jangan kamu setiap kali menggunakan kata-kata ini menekanku.”

“Aku tidak menekankanmu, ini kenyataan!”

Dia semakin ingin berbicara dengan suara kecil, dia semakin sengaja berbicara dengan suara yang lebih besar.

“Kamu ingin membuatku emosi kah?”

Helena He mengangkat kepala: “Ya, aku ingin membuatmu emosi! Kalau aku tidak duluan mengemosikan kamu mati, emang harus nunggu kamu mengemosikan aku mati hah?”

“Kamu…”, Kepintaran cakap dia, selalu berhasil membuatnya emosi hingga dia buntuh perkataan.

“Jadi kamu mau ikut aku pergi atau idak?”

Helena He belum sempat menjawab, Tony Lou sudah maju membantuinya: “Lepasi dia.”

Piang…, Dennil Du sudah langsung meninjunya, dengan penuh amarah tunjuk pada Tony Lou berkata: “Urusan aku dengan wanitaku, bukan orang luar yang bisa ikut campur.”

Tony Lou hanya tertawa dingin, mengangkat tangan ingin meninju kembali, Helena He segera menghadang di depan Dennil Du.

Dengan tatapan mata dia berisyarat, tidak boleh memukulnya.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu